Konten dari Pengguna

Waspada Silent Disease, Picu Berat Badan Anak Tidak Kunjung Naik!

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
18 Mei 2018 23:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Waspada Silent Disease, Picu Berat Badan Anak Tidak Kunjung Naik!
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Apa itu silent disease?
Definisi simple-nya adalah suatu penyakit yang tidak memunculkan tanda gejala spesifik apapun. Anak tampak aktif, sehat, dan ceria, tapi BB tidak naik 2-3 bulan berturut-turut. Ada yang disertai GTM berkepanjangan, tapi ada juga yang justru makannya tidak bermasalah
ADVERTISEMENT
Penyakit pemicu silent disease
ADB (Anemia Defisiensi Besi),
ISK (Infeksi Saluran Kencing),
TBC (Tuberculosis),
Alergi berat,
Gangguan endokrin, dan lain sebagainya.
Perlu diketahui, berat badan Si Kecil tidak naik, belum tentu selalu disebabkan karena silent disease ya Moms. Namun, silent disease memiliki kemungkinan besar selalui ditandai dengan berat badan yang stagnan.
Bagaimana awal mula Kinan diketahui mengalami silent disease?
Awalnya berat badan Kinan, anak saya stagnan selama 3 bulan berturut-turut.
Pada usia 7 bulan menunju ke usia 8 bulan, berat badannya naik namun kurang dari KBM. Saya pikir, kondisi ini adalah wajar karena baru selesai flu dan nafsu makan menurun. Lalu, pada usia 8 bulan menuju 9bulan, berat badan Kin tidak naik sama sekali. Padahal flunya sudah sembuh. Saya mulai agak khawatir, namun tetap mencoba tenang dan mencoba menyakinkan diri sekali lagi.
ADVERTISEMENT
Pada usia 9 bulan menuju ke 10 bulan, berat badan Kin juga tidak kunjung naik. Total sudah 3 bulan berturut-turut berat badan stagnan. Alhasil efek dari kurva pertumbuhan memotong garis pertumbuhan dan kurva berjalan menurun dan bukan mendatar lagi.
Perasaan khawatir dan panik sudah pasti saya alami, apalagi sebagai petugas kesehatan. Tentunya paham bentul dengan apa yang dimaksud dari kurva pertumbuhan yang berjalan datar bahkan turun yaitu anak dapat berisiko kurang gizi. Lalu, segera saya membawa Kina ke DSA subspesialis tumbuh kembang.
Awalnya saya tidak menyangka kondisinya akan menuju ke silent disease, karena saya hanya ingin berkonsultasi terkait pola makan dan MPASI. Siapa tahu terdapat permasalahan pada asupan gizi yang kurang atau mungkin Kinan butuhkan. Kebetulan pada saat ini anak saya sedang mengalami GTM yang cukup parah.
ADVERTISEMENT
Saat berkonsultasi dengan DSA, beliau mengatakan Kinan tidak memerlukan susu tambahan karena ASI saja sudah cukup. Disini Kinan disarankan untuk melakukan uji laboratorium secara lengkap seperti cek darah, urin dan feses.
Setelah 2 hingga 3 hari, hasil uji laboratorium anak saya menyatakan leukosit dalam darah di atas normal dan menandakan adanya infeksi dalam tubuh. Di dalam urine dan fesesnya terdapa bakteri. Ditambah lagi hemoglobin dibawah normal yang merupakan tanda-tanda dari anemia/ Kadar Hb memang tidak terlalu rendah namun serum ion (besi) sangat kuran dan TIBC sangat tinggi. Serum iron dan TIBC ini ibarat kadar air dan rasa haus. Saat tubuh kekurangan zat besi, TIBC akan naik menandakan bahwa tubuh membutuhkan asupan iron yang lebih.
ADVERTISEMENT
Inilah yang disebut dengan silent disease. Adanya infeksi atau penyakit tapi tidak ada tanda gejala spesifik. Tidak mengalami demam, diare, lemas, BAK ataupun BAB. Kinan tetap super aktif dan ceria layaknya anak sehat pada umumnya.
Semoga bermanfaat.
By: Irma Sari Fitriana