Konten dari Pengguna

You Language Vs. I Language

Babyologist
The trusted and resourceful media for pregnancy & maternity in Indonesia. Our vision is to make The Journey beautiful and enjoyable!
13 April 2018 3:00 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Babyologist tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
You Language Vs. I Language
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Seringkali dalam sebuah perseteruan kita tanpa sadar selalu menyerang suami dengan pernyataan-pernyataan yang menuduh, demikian sebaliknya suami. Kalimat seperti "kamu sih ... " , "harusnya kamu begini, kamu gimana sih!" ,  "kamu tuh selalu aja begitu." , atau "kamu ga pernah ngerti." 
ADVERTISEMENT
Selalu kata kamu yang dimulai, inilah yang disebut You Languange. You languange jika digunakan dalam percekcokam justru memperburuk keadaan, karena pihak yang disasar selalu akan merasa dituduh, dipojokkan, atau disalahkan.
Dalam situasi panas, coba kita ganti You Languange ini dengan I Languange. Dimana lebih fokus ke kata "aku". Misalnya, "Yank, aku nih ngerasa ga nyaman melihat kamu jalan sama dia." , "aku pengen kamu lebih pengertian" , "aku ga suka ... " , "aku tersinggung kalau ..."
Moms bisa membayangkan perbedaan dari efek yang ditimbulkan ya kan, moms. Akan jauh lebih meredam situasi panas saat kita menggunakan I Languange.
Namun hal ini tentu perlu dibiasakan. Karena saat terpancing emosi, respon pertama kita biasanya adalah menyakahkan. I got to say, menerapkan I languange ini sangatlah sulit terlebih di tengah percekcokan. Untuk itu bisa kita latih setiap hari saat ngobrol sehari-hari bersama suami atau anak. Semakin banyak latihan tentu akan semakin mempoles kebiasaan kita dalam merubah teknik komunikasi kita.
ADVERTISEMENT
Semoga bermanfaat.
By: Marlisa Tenggara.