Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
2 Kisah Wali Allah yang Dihina, Suatu Kisah Pelajaran bagi Seorang Muslim
17 Januari 2025 17:48 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Bacaan Doa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak kisah wali Allah yang dihina saat dahulu kala untuk dijadikan pelajaran bagi seorang muslim di masa kini. Kisah-kisah tersebut menjadi inspirasi bagi muslim agar tetap teguh dalam beragama dan berkehidupan walaupun mendapat hinaan dari orang lain.
ADVERTISEMENT
Dalam hidup, banyak dijumpai orang yang mudah marah karena tidak mampu mengendalikan hawa napsunya saat dihina. Namun, sebagai muslim, dengan mengetahui kisah wali Allah, maka dapat dijadikan pelajaran bahwa orang yang mulia adalah orang yang mampu bersabar atas keadaan dirinya.
Kisah Wali Allah yang Dihina, Suatu Kisah Pelajaran bagi Seorang Muslim
Mengutip buku Bahaya Aliran Kebatinan, Asaduddin, dkk (2011), wali Allah adalah orang yang menjadikan Allah sebagai tujuan utama dari semua yang dikerjakannya. Ada beberapa kisah wali Allah yang dihina. Dua di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Kisah Abu Bakar al-Mubarak
Abu Bakar al-Mubarak memiliki nama lengkap Abu Bakar al-Mubarak bin Sa’id bin ad-Dahlan. Beliau adalah salah seorang ulama yang ahli dalam nahwu atau ilmu bahasa Arab.
ADVERTISEMENT
Selama perjalanan hidupnya, Abu Bakar al-Mubarak mempelajari bahasa Arab dan menghafal beberapa sya’ir Arab. Bahkan beliau hafal banyak hikayat-hikayat, menguasai beberapa bahasa, seperti bahasa Arab, Turki, Romawi, Habasyah, dan Negro.
Ibnu Katsir dalam kitabnya al-Bidayah wa An-Nihayah, menyebutkan bahwa Abu Bakar al-Mubarak adalah seorang ulama yang tidak pernah marah sama sekali. Kepribadiannya yang tidak pernah marah, pernah membuat beberapa orang bertaruh kepada orang yang mampu membuatnya marah.
Orang yang diminta untuk membuat Abu Bakar al-Mubarak pun mendatanginya dan bertanya tentang satu persoalan. Mendapat sebuah pertanyaan, Abu Bakar al-Mubarak pun memberikan jawabannya. Karena ingin membuat Abu Bakar al-Mubarak, orang itu membantah jawaban yang diberikan.
Mendengar bantahan tersebut, Abu Bakar al-Mubarak tetap memberikan jawaban yang sama. Namun, kali ini dengan diksi kalimat yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Karena niatnya ingin membuat Abu Bakar al-Mubarak marah. Orang itu pun bersikeras dan menuduh Abu Bakar al-Mubarak berbohong. Dia pun berkata, "engkau telah berdusta, menurutku engkau telah lupa ilmu nahwu".
Dengan sabar, Abu Bakar al-Mubarak menjawab, "sampaikanlah apa yang menurutmu benar agar kami bisa belajar darimu." Mendapat jawaban seperti itu, orang tersebut justru mengucapkan kata-kata kasar.
Abu Bakar al-Mubarak hanya tersenyum seraya berkata, "jika engkau bertaruh, sesungguhnya engkau telah kalah. Engkau seperti seekor nyamuk yang jatuh ke tubuh gajah. Ketika ia akan terbang, ia berkata kepada gajah, "berpeganglah, aku akan terbang." Gajah itu menjawab, "aku tidak merasakan apa-apa ketika engkau jatuh di tubuhku. Oleh sebab itu, aku tidak perlu berpegang ketika engkau terbang."
ADVERTISEMENT
Apa yang dilakukan oleh Abu Bakar al-Mubarak adalah bentuk ajaran Nabi Muhammad Saw agar menjadi umat muslim yang tidak mudah marah saat mendapat perlakuan buruk.
2. Kisah Ahli Maksiat Diangkat Menjadi Wali Allah
Pada suatu masa, ada seorang lelaki ahli maksiat yang sering di hina orang mendatangi salah satu seorang wali Allah. Sesampainya di tempat wali Allah tersebut, lelaki tersebut hanya memandangnya ketika wali Allah salat.
Lelaki ini lantas ditanya, apakah ia diajak berbincang oleh wali Allah tersebut. Lelaki itu hanya menjawab bahwa ia hanya memandangnya saja sudah cukup, karena merasa bahwa ia adalah ahli maksiat sedangkan wali Allah adalah orang yang taat kepada Allah.
Setelah itu, sampailah ucapan lelaku tersebut kepada wali Allah. Wali Allah kemudian bertanya kepada orang-orang, benarkan lelaki tadi mengucapkan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Setelah itu wali Allah tersebut berkata bahwa tidak ada yang pantas mendapatkan kedudukannya kecuali dia (si lelaki tadi).
Al-Imam Assyeikh Ali Bin Abubakar Assakran mengatakan "Allah itu lebih dekat dengan ahli maksiat yang hatinya pecah (karena menyesali perbuatannya) daripada orang sombong yang mengaku dirinya mempunyai keutamaan dan kebaikan."
Itulah dua kisah wali Allah yang dihina. Semoga umat muslim dapat mengambil hikmah dari cerita diatas. (ARD)