Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.2
15 Ramadhan 1446 HSabtu, 15 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
3 Hadits Itikaf yang Menjadi Landasan Ibadah dalam Ajaran Islam
15 Maret 2025 17:34 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Bacaan Doa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Hadits itikaf merupakan landasan atau dalil yang dapat memberi penjelasan terhadap umat muslim tentang anjuran iktikaf. Islam menganjurkan pemeluknya untuk melaksanakan iktikaf pada bulan Ramadan, terutama pada sepuluh hari terakhir.
ADVERTISEMENT
Iktikaf dalam bahasa Indonesia memiliki arti sebagai diam beberapa waktu di dalam masjid sebagai bentuk ibadah. Ketika iktikaf, umat muslim dapat memperbanyak zikir, doa, dan membaca kitab suci Al-Qur’an.
3 Hadits Itikaf dalam Ajaran Islam
Hadis merupakan salah satu dalil atau sumber hukum dalam ajaran Islam. Keberadaan hadis dapat menjadi dalil karena memiliki sumber dari Nabi Muhammad saw., baik perkataan, perbuatan, maupun ketetapan. Wallahu a’lam bishawab.
Hal itu membuat hadis menjadi rujukan dari banyak anjuran ibadah dalam agama Islam. Salah satu di antaranya adalah anjuran untuk melaksanakan iktikaf.
Dikutip dari buku Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 3, Imam an-Nawawi (2012: 12 – 13), berikut ini adalah tiga contoh hadits itikaf dalam ajaran Islam.
ADVERTISEMENT
1. Hadis tentang Iktikaf di Sepuluh Hari Terakhir
2. Hadis tentang Istri Rasulullah saw. Beriktikaf
3. Hadis tentang Iktikaf Dua Puluh Hari
Berdasarkan tiga hadis di atas, jelas bahwa iktikaf merupakan ibadah dalam ajaran Islam. Rasulullah saw. sebagai suri teladan umat muslim telah memberikan contoh, yakni iktikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.
ADVERTISEMENT
Tiga hadits itikaf dalam uraian di atas merupakan contoh dari sekian banyak hadis dalam ajaran Islam. Ketika iktikaf, umat muslim perlu niat karena Allah Swt. Kebenaran hanya milik Allah dan kesalahan datang dari manusia itu sendiri. Wallahu a’lam bishawab. (AA)