Konten dari Pengguna

Doa I'tidal: Arab, Latin, dan Terjemahannya

Bacaan Doa
Akun yang khusus membahas tentang doa-doa Islami
19 November 2024 13:52 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bacaan Doa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Doa I'tidal, Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dolanan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Doa I'tidal, Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dolanan
ADVERTISEMENT
Dalam menjalankan ibadah salat, terdapat beberapa gerakan yang memiliki bacaan doa tertentu. Salah satunya adalah gerakan i'tidal, yakni ketika bangkit dari posisi rukuk dan berdiri tegak. Doa i'tidal ini memiliki keutamaan yang besar dan menjadi salah satu rukun salaat yang harus dilakukan dengan benar.
ADVERTISEMENT
Bacaan i'tidal ini sebenarnya cukup singkat, namun memiliki makna yang sangat dalam. Dengan melafalkan doa ini, seorang muslim seakan-akan sedang memuji kebesaran Allah Swt. Selain itu, doa ini juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Pengertian I’tidal dalam Gerakan Salat

Ilustrasi Doa I'tidal, Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dolanan
Dikutip dari artikel ilmiah, “Konsep Terapi Salat Menurut Perspektif Moh. Ali Aziz”, Sopyan Hadi Budiman dkk, (2022:659), saat melaksanakan salat, terdaoat gerakan berdiri dari rukuk. Gerakan inilah yang disebut dengan I’tidal.
Gerakan ini dilakukan dengan cara berdiri setelah rukuk dan mengucapkan kata “sami’allahu liman hamidah” yang artinya adalah “Allah mendengar orang-orang yang memujinya”. Inti dari doa ini adalah keyakinan pada Allah untuk memberikan dan mencegah sesuatu hal yang terjadi dengan kehendaknya.
ADVERTISEMENT
Jika Allah Swt tidak ingin memberikan sesuatu, maka tidak ada satu makhluk pun yang dapat memberikan hal itu.

Doa I’tidal

Ilustrasi Doa I'tidal, Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dolanan
Doa I’tidal adalah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan dalam salat sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah saw., dalam Hadis Riwayat Bukhari No.796 dan Muslim No.409:
إِذَا قَالَ الإِمَامُ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ . فَقُولُوا اللَّهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ . فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Idza qolal imamu sami’allahu liman hamidah, faqulul lahummu robbana lakalhamdu, fainnahu man wafaqo qouluhu qoulal malaikatihi gufiro lahu ma taqoddama min’ dzanbih.
Artinya: “Jika imam mengucapkan sami’allahu liman hamidah, maka hendaklah kalian mengucapkan ‘robbana wa lakal hamdu’. Karena siapa saja yang ucapannya tadi berbarengan dengan ucapan malaikat, maka dosanya yang telah lalu akan dihapus.” (HR. Bukhari no. 796 dan Muslim no. 409)
ADVERTISEMENT
Hadis lain juga menyebutkan bahwa malaikat akan berlomba-lomba untuk mencatat amalan seseorang yang membaca doa ini:
رَأَيْتُ بِضْعَةً وَثَلاَثِينَ مَلَكًا يَبْتَدِرُونَهَا ، أَيُّهُمْ يَكْتُبُهَا أَوَّلُ
Ro aitu bidh’atan wa salasina malakan yabtadiru wanaha, ayyuhum yaktubuha awwal.
Artinya: “Aku melihat ada 30-an malaikat, berlomba-lomba siapakah di antara mereka yang lebih duluan mencatat amalannya.” (HR. Bukhari no. 799)
Bacaan I’tidal terbagi menjadi dua yaitu bacaan versi Nahdatul Ulama (NU) dan versi Muhammadiyah.

Bacaan I’tidal versi Nahdatul Ulama (NU)

Ilustrasi Doa I'tidal, Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dolanan
Saat bangun dari rukuk berdirilah tegak sambil mengangkat tangan seperti takbiratul ihram kemudian melafalkan bacaan:
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
Sami'allahu liman hamidah.
Artinya: “Aku mendengar orang yang memuji-Nya.”
Kemudian saat berdiri dilanjutkan dengan membaca:
ADVERTISEMENT
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Rabbanaaa lakal hamdu mil-ussamaawaati wa mil-ul-ardhi wa mil-u maa syik-ta min syai-im ba’du.
Artinya: “Ya Allah Tuhan Kami, Bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu.”

Bacaan I'tidal Versi Muhammadiyah

Ilustrasi Doa I'tidal, Foto: Unsplash/Jeremy Yap
Tidak jauh berbeda dengan Nahdatul Ulama, setelah membaca Sami'allahu liman hamidah, dilanjutkan dengan melafalkan bacaan berikut:
رَبَّنَا وَلَكَ الحَمْدُ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ
Robbana walakal hamdu hamdan kasiran thayyiban mubarokan fihi.
Artinya: “Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala pujian, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh dengan berkah” (HR Bukhari No. 799).

Poin Penting Gerakan I’tidal

Ilustrasi Doa I'tidal, Foto: Unsplash/Fadkhera Official
Terdapat dua poin penting dalam gerakan I’tidal yang perlu diketahui, yaitu:
ADVERTISEMENT

Poin Pertama (Hak atas Pujian kepada Allah Swt)

Poin pertama ini sangat penting sebagai bentuk dari pujian yang ditujukan kepada Allah Swt dari umatnya. Hanya Allah lah yang maha besar dan maha menguasai sesuatu di langit maupun di bumi, untuk itu tidak ada satupun yang pantas dipuji selain-Nya.
Kita sebagai manusia tidak sepantasnya mengharap kepada selain Allah, baik dalam bentuk pujian ataupun lainnya. Hal tersebut hanya milik Allah Swt, jika manusia melakukannya niscaya akan menjadi sombong dan lupa diri.

Poin Kedua ( Takdir Allah Swt)

Segala hal yang terjadi pada manusia, tidak terjadi secara kebetulan. Semua atas kehendak dan izin Allah Swt. Jika Allah tidak berkehendak maka tidak akan terjadi, jika Allah berkehendak maka tidak ada satu pun yang dapat menghentikannya.

Syarat Pelaksanaan I’tidal

Ilustrasi Doa I'tidal, Foto: Unsplash/Jim Pave
Berikut adalah beberapa syarat pelaksanaan I’tidal dikutip dari islam.nu.or.id:
ADVERTISEMENT

Keutamaan Membaca Doa I'tidal

Ilustrasi Doa I'tidal, Foto: Unsplash/Masjid Pogung Dolanan
Terdapat beberapa keutamaan bacaan I’tidal yang perlu diketahui, yaitu:
Membaca bacaan i'tidal memiliki banyak keutamaan, di antaranya:
ADVERTISEMENT

Makna Bacaan I’tidal

Ilustrasi Doa I'tidal, Foto: Unsplash/Hasan Almasi
Makna dari bacaan I’tidal mencakup beberapa nilai spiritual yang mendalam. Berikut adalah penjelasan tentang makna di balik doa ini:

Pujian kepada Allah SWT

Bacaan i’tidal berisi pengakuan atas kebesaran Allah yang mencakup langit, bumi, dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya. Ucapan seperti "Rabbana wa lakal hamdu" berarti "Segala puji hanya untuk-Mu, ya Allah." Hal ini menunjukkan bahwa segala bentuk penghormatan dan rasa syukur ditujukan hanya kepada Allah SWT sebagai sumber segala nikmat.

Pengakuan atas Kekuasaan Allah

Melalui bacaan seperti mil’as-samawati wa mil’al-ardhi wa mil’a ma syi’ta min syai’in ba’du (sepenuh langit, bumi, dan segala yang Engkau kehendaki setelah itu), seorang muslim mengakui bahwa kekuasaan Allah tidak terbatas. Bacaan ini mempertegas bahwa segala sesuatu ada dalam kendali-Nya.
ADVERTISEMENT

Wujud Syukur dan Kerendahan Hati

Dengan membaca I’tidal, seorang hamba menunjukkan sikap syukur atas nikmat yang diberikan Allah Swt. Selain itu, doa ini mencerminkan kerendahan hati seorang muslim yang mengakui bahwa dirinya hanyalah makhluk lemah yang bergantung pada kasih sayang dan kekuasaan Allah.

Menegaskan Keikhlasan Ibadah

Doa i’tidal mempertegas bahwa ibadah, termasuk salat, dilakukan semata-mata untuk Allah Swt. Dengan mengucapkan doa ini, seorang muslim mengingatkan dirinya sendiri bahwa setiap perbuatannya harus ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Mengingatkan Akan Keterbatasan Manusia

Doa ini juga mengingatkan bahwa manusia memiliki keterbatasan dan sangat membutuhkan Allah SWT. Dengan memuji kebesaran Allah, seorang hamba menyadari bahwa hidupnya tidak lepas dari pertolongan dan rahmat Allah.
Doa i'tidal merupakan salah satu bacaan yang sangat penting dalam ibadah salat. Dengan memahami makna dan kandungan doa tersebut, kita akan semakin menghargai setiap gerakan dan bacaan dalam salat.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita juga akan lebih khusyuk beribadah. Mari kita senantiasa melatih diri untuk membaca doa i'tidal dengan benar, sehingga ibadah salat kita menjadi lebih sempurna. (Mit)