Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Kisah Fudhail Bin Iyadh dan Perjalanan Taubat Selama Hidupnya
17 Januari 2025 17:51 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Bacaan Doa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Tak sampai di situ, kisah tentang pertaubatan Fudhail bin Iyadh selama hidupnya ini juga dapat dijadikan sebagai teladan bagi umat muslim. Maka dari itu, Fudhail bin Iyadh dianggap sebagai salah satu sosok yang berperan besar dalam agama Islam.
Kisah Fudhail Bin Iyadh dan Perjalanan Taubatnya
Dikutip dari buku berjudul 198 Kisah Haji Wali-Wali Allah, Abdurrahman Ahmad (2014: 128), Fudhail bin Iyadh sebelumnya merupakan seorang perampok yang suka membegal orang dan sangat ditakuti masyarakat sekitarnya.
Namun pada suatu hari, Fudhail bin Iyadh terpana dan tertarik dengan seseorang wanita muslim yang sangat cantik. Karena tertarik Fudhail bin Iyadh kemudian mengikuti perempuan tersebut sehingga terdengar ayat Al-Quran yang dibaca wanita tersebut. Berikut ini ayat yang didengarnya.
ADVERTISEMENT
Ayat Al-Quran tersebut kemudian menembus hati sanubarinya dan menghentak kesadaran seorang Fudhail bin Iyadh. Ayat yang didengarnya juga memberi pengaruh yang besar sehingga Fudhail bin Iyadh menyadari kesalahannya selama ini.
ADVERTISEMENT
Fudhail bin Iyadh berkata “Benar wahai Tuhanku, saatnya memang sudah tiba”. Sejak saat itu Fudhail bin Iyadh bertaubat dengan setulus-tulusnya. Tak sampai di situ, wujud taubat seorang Fudhail bin Iyadh ditunjukkan dengan kemauan yang sangat besar dari Fudhail bin Iyadh.
Mengutip dari buku Kisah kaum Salaf Bersama Al-Quran, Dr. Badar Bin Nashir Al-Badar (2017: 543), Fudhail bin Iyadh bertekad untuk tak lagi melakukan perampokan seperti yang dilakukan biasanya.
Saat itu, terdapat sekelompok musafir yang hendak berjalan melalui jalan yang biasa disinggahi Fudhail bin Iyadh. Kemudian ada seseorang musafir berkata, “Mengapa kita berhenti di sini? Ayo lanjutkan perjalanan.” kemudian musafir lainnya berkata, “Jangan, kita tunggu saja hingga pagi hari karena Al-Fudhail pasti sudah menunggu kita untuk merompak.”
ADVERTISEMENT
Mendengar hal tersebut, Fudhail bin Iyadh kemudian berbisik dalam hati “Aku menjalani setiap malamku dalam kemaksiatan, hingga sekelompok kaum muslimin itu merasa takut kepadaku, padahal aku gnetaran karena ingin bertemu dengan mereka. Ya Allah persaksikanlah bahwa aku telah bertaubat kepada-Mu dan aku jadikan taubatku berdampingan dengan Baitullah”
Demikian kisah Fudhail bin Iyadh. Kisah ini dapat dijadikan teladan yang bermanfaat untuk diterapkan dalam kehidupan umat muslim. (DAP)