Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
Mengetahui Hukum Munggahan dalam Islam
23 Februari 2025 18:15 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Bacaan Doa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Hukum munggahan dalam Islam selalu menjadi topik diskusi ketika bulan suci Ramadan semakin mendekat. Beberapa hari atau seminggu sebelum Ramadan, masyarakat akan berkumpul untuk makan bersama dan saling memaafkan.
ADVERTISEMENT
Terkadang seseorang dapat menghadiri munggahan beberapa kali, baik di rumah, di tempat kerja, atau dengan teman sebaya. Persiapan menjelang Ramadan memang sangat penting. Namun, banyak orang meragukan apakah munggahan juga merupakan bagian dari persiapan tersebut.
Hukum Munggahan dalam Islam yang Perlu Diketahui
Ramadan adalah bulan yang penuh dengan aktivitas ibadah dan pengendalian diri, berlangsung selama sebulan. Oleh karena itu, persiapan yang matang sangat diperlukan. Dalam Islam, persiapan yang dianjurkan mencakup persiapan fisik, mental, dan pengetahuan mengenai ibadah tersebut.
Munggahan adalah tradisi yang berasal dari Indonesia. Masyarakat Indonesia dikenal memiliki rasa kekeluargaan yang kuat, sehingga hubungan sosial selalu terjaga. Salah satu cara untuk menjaga hubungan ini adalah dengan berkumpul dan berbagi makanan.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, munggahan merupakan tradisi yang baik untuk mempertahankan silaturahmi. Namun, kegiatan munggahan tidak seharusnya dilakukan jika dianggap sebagai ibadah. Berikut adalah hukum munggahan dalam Islam .
1. Munggahan yang Boleh Dilakukan
Banyak ahli agama yang berpendapat bahwa hukum munggahan dalam Islam adalah mubah. Menurut Fikih Madrasah Aliyah Kelas XII, Harjan Syuhada dan Sungarso (2021:86), mubah atau ibahah adalah hukum yang mencakup kebebasan untuk memilih, baik itu melakukan atau tidak melakukannya.
Mubah berarti bahwa jika dilakukan, seseorang tidak akan mendapatkan pahala, dan jika tidak dilakukan, tidak akan ada dosa. Salah satu contoh hukum mubah dapat ditemukan dalam firman Allah Swt, yang berbunyi:
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, munggahan yang diperbolehkan adalah seperti contoh di atas. Jadi, salat menjadi kewajiban dan aktivitas lainnya seperti munggahan termasuk dalam kategori mubah.
2. Munggahan yang Tidak Boleh Dilakukan
Munggahan yang tidak diperkenankan dapat dijelaskan dengan ayat di atas, yaitu munggahan yang dianggap sebagai kewajiban, seperti salat. Munggahan yang mengandung unsur keyakinan sebaiknya dihindari.
Makanan yang disajikan dalam munggahan tidak seharusnya memiliki tujuan khusus, seperti untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. Makanan tersebut seharusnya hanya untuk mengatasi rasa lapar dan menjaga kesehatan.
Namun, sebagian orang berpendapat bahwa lebih baik menghindari hal yang tidak memiliki pedoman dalam Islam daripada membuka peluang untuk kesalahan. Semua pendapat ini perlu dihargai.
ADVERTISEMENT