Konten dari Pengguna

Jeritan Hati Nakes yang Tidak Terdengar Perihal Gaji Perawat

Bagas Agus Ismono
Saya mahasiswa Universitas Airlangga, prodi S1 Keperawatan
1 Januari 2025 11:40 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bagas Agus Ismono tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dokumen Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi.
Siapa lagi jika bukan perawat. Sering dianggap sebelah mata. Namun, melalui tangannya seorang pasien dapat sembuh melalui perawatan terapeutiknya. Mungkin dimata masyarakat perawat hanya sekedar pembantu, keliling kesana kemari dengan dokter untuk melakukan kunjungan kepada pasien. Perawat adalah sosok yang selalu ada untuk pasien. Perawat adalah seseorang yang memberikan kenyamanan pada pasien selama masa pengobatan. Perawat adalah garda terdepan dalam memberikan perawatan kepada pasien dan sebagai jantung rumah sakit. Sebelum pasien berurusan dengan dokter, tetap perawat yang pertama kali melakukan komunikasi ataupun kontak secara fisik dengan pasien. Apabila di sistem kesehatan perawat tidak ada, sistem kesehatan di rumah sakit pasti terganggu. Semuanya saling membutuhkan satu sama lain, tanpa perawat dokter akan kelabakan dalam menjalankan tugasnya. Sesungguhnya seluruh tenaga kesehatan atau tenaga medis mereka adalah mitra kerja, saling bekerja sama satu sama lain tanpa meninggikan ego karena tujuan mereka satu yaitu menyelamatkan pasien.
ADVERTISEMENT
Namun mengapa profesi seperti perawat ini sering dipandang sebelah mata? Apakah karena beban kerja perawat kurang ataukah bagaimana? Sungguh ketika terucap dari mulut ataupun ketikan netizen bahwa perawat adalah pembantu rasanya hati mereka terkikis, ujaran kebencian mengenai perawat terus berdatangan bahwa perawat adalah orang yang kejam, padahal hal itu dilakukan oleh oknum tertentu. Kepercayaan masyarakat terhadap perawat menurun hanya karena perawat di cap sebagai orang yang jahat. Padahal perawat rela mengabdikan diri demi kesejahteraan orang lain. Beban kerja yang berat dan memerlukan tanggung jawab yang besar, serta resiko yang besar apakah masih disebut pembantu? Mereka rela 24 jam demi menyelamatkan nyawa pasien dan dibalas dengan ujaran kebencian terhadap perawat, pantaskah hal ini? Sama sekali tidak pantas. Mereka para perawat sudah melakukan pengorbanan yang luar biasa. Resiko tertular penyakit menjadi hal yang mereka khawatirkan namun, hal ini mereka kesampingkan hanya karena demi menyelamatkan pasien. Walaupun tubuh dalam keadaan sakit tetap mereka bekerja, kepala sudah menempel di meja terkadang ada panggilan darurat, berlari-lari dari satu ruangan ke ruangan lainnya hingga keringat bercucuran hanya demi pasien. Belum lagi terkena cacian dari keluarga pasien padahal yang dilakukan perawat sudah sesuai dengan SOP.
ADVERTISEMENT
Apapun tindakan yang dilakukan perawat, cacian terkadang menghampiri. Selain itu rasa rindu terhadap keluarga di rumah harus mereka tahan hanya karena demi merawat pasien. Sekali lagi kesembuhan pasien menjadi suatu prioritas bagi mereka. Memang pantas perawat dijuluki memiliki hati layaknya malaikat. Semua cacian yang mereka terima tidak menghalangi mereka dalam melakukan perawatan kepada pasien. Seluruh tenaga dan ilmu mereka keluarkan demi pasien. Mereka juga manusia terkadang rasa marah menghampiri mereka, namun ketika bertemu keluarga pasien ataupun pasien sendiri, mereka harus bisa professional dan menerapkan etika keperawatan. Seluruh perkataan yang mereka ucapkan menjadi suatu pertanggung jawaban ketika melakukan komunikasi terhadap pasien. Seorang perawat haruslah dapat mengucapkan hal yang tidak membuat perasaan pasien dan keluarga pasien menjadi sakit hati. Itulah mengapa perawat dituntut harus memiliki etika yang baik.
ADVERTISEMENT
Sering dipandang sebelah mata siapa lagi jika bukan perawat. Salah satu hal yang ingin saya soroti yaitu tentang gaji perawat. Dengan tuntutan pekerjaan yang sangat luar biasa, beban tanggung jawab yang besar, dan berbagai resiko yang menerpa diri mereka apakah gaji mereka sesuai? Sama sekali tidak. Berdasarkan The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) mengkaji berbagai negara mitra mereka, dan mengungkapkan bahwa dari 10 negara di Asia, Indonesia punya gaji awal paling rendah di antara negara Asia lainnya seperti Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, India, Taiwan, Filipina, Thailand. Data ini berasal dari sektor publik atau rumah sakit pemerintah dan sistem manajerial (C. Andhika. S, 2023). Sungguh mengkhawatirkan gaji mereka para nakes terutama perawat. Terkadang dari gaji perawat tersebut hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Perawat di puskesmas juga mendapatkan gaji yang kurang sesuai dengan beban kerjanya. Belum lagi perawat yang bekerja di pelosok. Mereka sangat minim mendapat perhatian dari pemerintah. Resiko yang tinggi bagi mereka apalagi mobilisasi dari satu desa ke kota membutuhkan pengorbanan yang besar. Melewati Sungai yang penuh dengan hewan buas seperti buaya, karena tidak ada jembatan para perawat ini terpaksa menggunakan perahu, perasaan takut menerpa diri mereka. Tidak ada cara lain, hal ini harus mereka jalani walau membutuhkan pertaruhan nyawa. Melihat permasalahan ini para perawat yang bekerja didalam negeri rata-rata ebih memilih bekerja di luar negeri karena disana mereka lebih diperhatikan. Kalaupun tidak bekerja di luar negeri, mereka lebih memilih sebuah usaha bisnis yang bergerak dibidang kesehatan yaitu Home Care. Dari Home Care ini penghasilan yang mereka dapatkan juga lumayan besar. Tidak hanya Home Care saja, namun juga dapat melayani seperti khitan masal, menjual alat kesehatan dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
Pemerintah haruslah bisa memperhatikan para perawat. Mereka para perawat juga bekerja untuk menghidupi diri mereka sendiri dan keluarganya. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga perlu mengerti bahwa perawat itu bukanlah seorang pembantu, namun perawat memiliki profesinya sendiri dan ranah masing-masing sesuai dengan keilmuannya. Apabila hal ini tidak ditindaklanjuti kesejahteraan profesi perawat menjadi lebih buruk. Mereka para perawat yang bekerja di Indonesia akan lebih memilih beralih ke pengusaha yang masih berkaitan dengan bidang profesinya seperti, membuka sebuah bisnis Home Care dan lain-lain. Tidak hanya itu saja, mereka para perawat lebih memilih bekerja di luar negeri karena disana mereka mendapatkan kesejahteraannya. Tidak hanya perihal gaji, namun kesejahteraan yang lain seperti tunjangan dan dengan di luar negeri profesi perawat ini lebih dihargai dianggap setara dengan dokter.
ADVERTISEMENT
REFERENSI
C. Andhika. S. (2023). Profesi Perawat Masih Diminati di Tengah Kurang Apresiasi? Profesi Perawat Masih Diminati di Tengah Kurang Apresiasi? – DW – . https://www.dw.com/id/profesi-perawat-masih-diminati-di-tengah-kurang-apresiasi/a-65019090