Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
5 Fakta Tentang Jalan Raya Pos Daendels
14 Maret 2018 2:28 WIB
Diperbarui 6 Agustus 2020 13:19 WIB
Tulisan dari Bagas Putra R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Jalan Raya Anyer-Panarukan merupakan salah satu peninggalan pemerintahan Hindia Belanda. Jalan Raya yang membentang dari ujung barat sampai ke ujung timur pulau Jawa ini dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda pada masa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1808-1811).
ADVERTISEMENT
Dalam Khasanah sejarah Nasional Indonesia, Jalan Raya Pos merupakan salah satu bukti penerapan sistem kerja paksa terhadap kaum pribumi dan banyak meninggalkan luka penderitaan dalam masa Kolonial Belanda. Kisah-kisah mengenai Jalan Raya Pos ini telah banyak menghiasi buku-buku sejarah, bahkan terekam dalam salah satu buku karangan sastrawan dan penulis Indonesia, Pramoedya Ananta Toer yang berjudul “Jalan Raya Pos, Jalan Daendels”.
Namun fakta-fakta apa saja yang membuat Jalan yang bergelar De Grote Postweg ini memiliki posisi yang penting dalam rekaman Sejarah Nasional Indonesia? Berikut ini terangkum beberapa fakta-fakta menarik mengenai Jalan Raya Pos Daendels.
1. Dibangun oleh seorang Gubernur Jenderal bergelar “Mas Galak”
Maarschaalk Herman Willem Daendels diangkat menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 28 Januari 1807 oleh Raja Louis Napoleon di Den Haag. Pada 5 Januari 1808, Daendels tiba di Anyer, Banten dan pada 14 Januari 1808 menggantikan Gubernur Jenderal Albertus Henricus Wiese sebagai pimpinan tertinggi di Hindia Belanda. Semasa menjabat sebagai Gubernur Jenderal, Daendels dikenal sebagai seorang yang bertangan dingin dan kejam dalam memimpin Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah buku Ekspedisi Anyer–Panarukan, laporan Jurnalistik KOMPAS: 200 Tahun Anyer – Panarukan, Jalan untuk Perubahan (2008) yang menyebutkan Daendels memiliki sebutan “Mas Galak”. Sebutan itu banyak populer di kalangan masyarakat Sunda yang sulit mengucapkan “Maarschaalk”. Kata tersebut mengalami perubahan menjadi “Marsekalek”, lalu menjadi “Mas Galak”.
2. Hasil pencontohan dari Imperium Romawi
Tugas utama Daendels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda adalah mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris. Dalam sebuah buku Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia (1980:52) Daendels melakukan perjalanan dari Batavia ke ujung timur Pulau Jawa, Daendels menelusuri perjalanan dengan kondisi jalan yang buruk. Bagaimana dapat mempertahankan pulau Jawa yang luas dengan kondisi jalan yang buruk. Mobilisasi pasukan dan logistik pasti sangat sulit dilakukan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi masalah tersebut, Daendels menerapkan cara Imperium Romawi pada masa Imperium Byzantine yang membangun jalan raya pos yang dikenal dengan Curcus Publicus. Kebijakan itu dapat mempertahankan daerah kekuasaan Romawi sebelum lepas pada tahun 476 M. Daendels menerapkan kebijakan yang sama di Pulau Jawa. Sebagai langkah awal, Daendels membangun Jalan Raya Pos antara Buitenzorg (Bogor) – Karangsambung.
3. Dibangun untuk tujuan komunikasi, ekonomi, dan militer
Pembangunan Jalan Raya Pos tidak hanya diperuntukan untuk kepentingan pertahanan semata. Daendels juga mulai melihat bahwa fungsi yang tidak kalah penting dari dibangunnya Jalan Raya Pos ini untuk tujuan komunikasi dan mendukung aktivitas ekonomi. Melalui sumber sejarah dalam Laporan Jurnalistik KOMPAS: Ekspedisi Anyer – Panarukan (2008) salah satu kebijakan ekonomi Daendels adalah memberikan instruksi kepada penduduk pribumi untuk memperbaiki kualitas pertanian dan meningkatkan produksi komoditas ekspor seperti teh, kopi dan padi.
ADVERTISEMENT
Dengan kondisi jalan yang rusak, upaya yang ditujukan untuk menyejahterakan penduduk itu gagal mengingat ongkos pengangkutan yang tinggi.
Sesuai dengan namanya, Jalan Raya Pos juga digunakan untuk mempersingkat waktu tempuh pengiriman surat dan pesan. Waktu tempuh dari Batavia menuju Surabaya semula memerlukan waktu satu bulan, namun dengan berdirinya Jalan ini dapat ditempuh dalam waktu tiga sampai empat hari. Komunikasi antara Batavia dengan wilayah-wilayah di daerah menjadi terhubung.
4. Hanya digunakan untuk kepentingan Kolonial
Menurut salah satu tulisan Raffles dalam History Of Java (1817/ed. 1982: 198) setelah 40 tahun Jalan Raya Pos dibangun, pemerintah Kolonial Hindia Belanda hanya memperbolehkan mobil pos miliki pemerintah dan milik pribadi orang Belanda melewati jalan ini. Gerobak dan cikar milik pribumi tidak perbolehkan lewat karena akan merusak jalan. Hanya elit pribumi yang boleh melewatinya. Rakyat-rakyat kecil hanya boleh melewati jalan-jalan yang sekadarnya saja di sisi jalan raya pos itu.
ADVERTISEMENT
5. Menjadi jalur transportasi 'Trans Jawa' di sepanjang Utara Pulau Jawa
Kini, jalan yang terbentang dari ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa ini diproyeksikan sebagai jalur transportasi di sepanjang pantai utara Pulau Jawa lebih dikenal dengan sebutan Jalan Pantura (Pantai Utara). Kiranya menurut Daendels, percepatan mobilitas dalam berbagai kepentingan yang mendukung pemerintahan kolonial melalui Jalan Raya Anyer-Panarukan sangat diperlukan dan dapat berdampak secara luas terhadap akses transportasi darat yang menjangkau seluruh wilayah Pulau Jawa.
(Foto: Google - KnowledgeDoan)