Tadamichi Kuribayashi: Iwo Jima dan Mimpi Buruk Bagi Sekutu

Bagas Putra R
Kata, makna, sabda Military Enthusiast
Konten dari Pengguna
15 Maret 2018 23:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bagas Putra R tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tadamichi Kuribayashi: Iwo Jima dan Mimpi Buruk Bagi Sekutu
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
(Mayor Jenderal Tadamichi Kuribayashi, Sumber: Google)
"Dari semua lawan - lawan kita di Pasifik, Kuribayashi adalah yang paling ditakuti. Pertahanannya jauh lebih superior daripada apa yang saya pernah temui di Perancis dalam Perang Dunia I dan para pakar militer bilang bahwa pertahanan Kuribayashi lebih jempol daripada organisasi pertahanan bawah tanah dari Jerman selama Perang Dunia ke-2" Jenderal USMC Holland M. Smith, dalam bukunya Coral and Brass, 1949.
ADVERTISEMENT
Begitulah Jenderal Holland M, Smith menggambarkan Kribayashi, seorang Jenderal Angkatan Darat Jepang. Pada Perang Dunia ke-2, memimpin kedudukan Tentara Kekaisaran Jepang di Pulau Iwo Jima. Pulau yang memiliki peran penting bagi sekutu membuka jalan bagi Angkatan Udara Sekutu untuk membom Tokyo.
Kuribayashi berhasil membuat Marinir Amerika membayar mahal usahanya dengan darah dan penderitaan dalam merebut Iwo Jima. Pertempuran Iwo Jima menjadi medan perang dengan pertahanan paling kuat dan cerdas selama Perang Asia Timur Raya (1941 - 1945).
Tadamichi Kuribayashi lahir 7 Juli 1891 di Nagano. Karier militernya dimulai dari Akademi Militer dan lulus pada 1914, lalu dilatih menjadi perwira kavaleri. Ia berasal dari kalangan Samurai dan telah bertugas di angkatan darat selama 30 tahun.
ADVERTISEMENT
Kuribayashi bukanlah sosok yang asing bagi Amerika Serikat. Selama 2 tahun. Ia ditugaskan sebagai staf Atase Pertahanan di Kanada (1931 - 1933). Kecintaannya pada budaya Amerika dan keakrabannya dengan perwira negeri Paman Sam bahkan di gambarkan dalam sebuah adegan Film Letter From Iwo Jima (2006).
Saat berpangkat Mayor Jenderal, Kuribayashi dituagkan ke China Utara (1941 - 1943). Dalam buku Battle Report, jilid V oleh Walter Korig, dkk, mantan staff Kuribayashi, Mayor Horie mengatakan "Pada 30 Juni 1944, Daihonei (sebutan markas besar kerajaan) mengangkat Letjen Tadamichi Kuribayashi sebagai Komandan Divisi ke - 109. Ia bertanggungjawab untuk mempertahankan Pulau Iwo Jima dari Sekutu.
Tadamichi Kuribayashi: Iwo Jima dan Mimpi Buruk Bagi Sekutu (1)
zoom-in-whitePerbesar
(Kuribayashi bersama sejumlah serdadu Jepang di Iwo Jima, Sumber: Google)
ADVERTISEMENT
Pulau Iwo Jima merupakan pulau vulkanik, bagian dari Kepulauan Ogasawara. Letaknya 1200 km selatan dari Kota Tokyo, begitu strategis jika digunakan sebagai pangkalan transit pembom B-25 Amerika untuk menggempur jantung Kekaisaran Jepang, Tokyo.
Dalam buku Perang Pasifik (P.K. Ojong, 2001: 271) digambarkan pulau ini belum genap 50 tahun "lahir" dari laut setelah kemunculan Pulau Anak Krakatau di Laut Jawa (1927). Pulau itu berwarna hitam tertutup pasir Gunung Suribachi. Di sebelah Tengah dan Utara terdapat jurang-jurang karang yang tinggi. Luasnya hanya sekitar 21 km dengan permukaan yang datar. Sangat terbuka untuk sebuah serangan ampibi dalam skala besar.
Lalu apa yang membuat pertahanan Kuribayashi di Iwo Jima begitu kuat?
Ketika Laksamana Madya Shibasaki mendirikan benteng-benteng beton di atas tanah dalam Pertempuran Tarawa, Kuribayashi mendirikan benteng-benteng itu di bawah tanah (P.K. Ojong, 2001: 271). Lubang-lubang bawah tanah dibangun dengan terowongan yang saling terhubung sepanjang 5 km.
ADVERTISEMENT
Kuribayashi menciptakan pertahanan bawah tanah dengan meriam-meriam tersembunyi yang langsung mengarah ke arah pantai. Ia meninggalkan pola pertahanan tradisional Jepang yang dikenal dengan serangan "Banzai". Sebuah serangan langsung dalam jumlah besar yang mencoba menghentikan musuh di daerah pendaratan di pantai. Menurutnya hanya sebuah tindakan pemborosan sumber daya manusia dan sia-sia. Amerika pasti bisa menguasai Iwo Jima, namun Kuribayashi bertekad menimbulkan penderitaan dan korban yang lebih banyak dari pasukannya.
Peran dari mortir-mortir raksasa yang disembunyikan di lubang-lubang yang terletak di lereng pegunungan sangat membantu. Mortir-mortir itu berdiamter 320 mm dan merupakan mortir terbesar yang pernah digunakan selama Perang Dunia Ke-2. Posisinya sangat sulit diketahui, karena Kuribayashi menggunakan mesiu yang tidak mengeluarkan asap (smokles powder). Akibatnya ribuan prajurit sekutu tewas dan terluka parah sebelum bisa sampai ke bibir pantai. Kondisi korban-korban prajurit sekutu digambarkan oleh seorang dokter kapal medis AL Amerika yang menuturkan "saya pernah berhadapan dengan serdadu-serdadu yang luka di Normandia, tapi belum pernah dengan luka-luka yang begitu rusak seperti di Iwo Jima." (P.K. Ojong, 2001: 264).
Tadamichi Kuribayashi: Iwo Jima dan Mimpi Buruk Bagi Sekutu (2)
zoom-in-whitePerbesar
(Prajurit Marinir Amerika bertahan di bawah gempuran meriam dan senapan mesin Jepang, terlihat Gunung Suribachi, Sumber: Google)
ADVERTISEMENT
Ungkapan "let's hope the japs don't have anymore like him" dari Holland M. Smith (Coral and Brass, 1949), mengisyaratkan kalau Kuribayashi telah meninggalkan kesan kagum bagi Marinir Amerika yang turut dalam Pertempuran Iwo Jima. 19 Februari 1945 sekutu melancarkan Detactment Operation untuk menggempur Iwo Jima dan 24 Maret 1945 Iwo Jima baru dikuasai seluruhnya.
Tadamichi Kuribayashi: Iwo Jima dan Mimpi Buruk Bagi Sekutu (3)
zoom-in-whitePerbesar
(Gambar Marinir Amerika mengibarkan bendera di puncak Gunung Suribachi, 23 Februari 1945 oleh fotografer Associated Press Joe Rosenthal. Sumber: Google)
Korban tewas di pihak sekutu mencapai lebih dari 20.000 jiwa. Hampir seluruh tentara Jepang yang menduduki Iwo Jima tewas terbunuh, dan melakukan melakukan harakiri. Jasad Kuribayashi tidak pernah ditemukan. Sebuah Tugu Peringatan di dekat salah satu lokasi gua Iwo Jima, saksi pertahanan ekstensif Tadamichi Kuribayashi.
Tadamichi Kuribayashi: Iwo Jima dan Mimpi Buruk Bagi Sekutu (4)
zoom-in-whitePerbesar
(The first B-29 Superfortress "Dinah Might", Iwo Jima 1945. Sumber: Flickr)
ADVERTISEMENT
Terebutnya Iwo Jima ke tangan sekutu nampaknya bukan sesuatu yang harus dibayar mahal oleh seluruh unsur armada sekutu. Sejak 4 Maret 1945, Armada B-29 Angkatan Udara Amerika pertama kali mendarat di Iwo Jima. Pada saat itulah jalan sekutu menuju Okinawa menjadi lebih mudah. Jalur B-29 untuk menggempur Tokyo semakin terbuka lebar.