Rudal Nuklir: Flexing Berkedok Ancaman ala Korea Utara

Bagas Zesi Eka Prasetya
Mahasiswa hubungan internasional universitas kristen Indonesia
Konten dari Pengguna
27 Oktober 2023 19:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bagas Zesi Eka Prasetya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rudal nuklir Korea Utara| Photo by: istockphoto.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rudal nuklir Korea Utara| Photo by: istockphoto.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Korea Utara, sebuah negeri dengan seribu rahasia yang sudah membumbui negara itu sejak berdirinya pada tahun 1948. Negara ini merupakan salah satu negara dengan ideologi komunis.
ADVERTISEMENT
Lantas akibat dari ideologinya itu, mereka harus mencari cara untuk bagaimana agar negaranya tetap berdiri di tengah-tengah gempuran negara liberalisme kapitalis. Salah satu cara mereka untuk bertahan itu dengan meluncurkan rudal balistik berhulu ledak nuklir. Mari kita kulik mengapa mereka melakukan itu dan apa dampaknya.
Dikutip dari Congressional Research Rervice, program nuklir ini sudah berjalan sejak 1990-an dengan berbagai tingkat. Di tingkat awal hanyalah rudal jarak 300 mil dan hanya untuk pengembangan gudang senjata.
Lalu beralih ke tingkat selanjutnya, yakni rudal dengan jarak 900 mil yang diberi nama Nodong. Dan, yang baru adalah rudal bernama Taepodong-2 yang bisa mencapai daratan Amerika Serikat.
Dengan seluruh perkembangan rudal yang dimiliki, lantas kita bertanya mengapa mereka sangat bertekad untuk mengembangkan kemampuan rudal balistiknya. Ada dua alasan mengapa Korea Utara perlu melakukan ini.
ADVERTISEMENT
Pertama, mereka ingin sekali mendapatkan perhatian dari negara-negara yang kuat ataupun lemah. Korea Utara beranggapan bahwa dengan menunjukkan kekuatan yang dimiliki maka negara lain akan terkesan serta takut untuk berurusan dengan negara dinasti Kim.
Kedua, Korea Utara ingin menunjukkan bahwa tidak hanya Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya yang memiliki teknologi nuklir. Korea Utara menganggap untuk melepaskan nuklir merupakan suatu hal yang mudah,karena bagi negara lain untuk meluncurkan nuklir sangat susah.
Mereka Ingin menunjukkan bahwa semua hal-hal hebat tidak selalu dimiliki oleh Amerika Serikat. Namun, Korea Utara juga dapat melakukan hal tersebut.
Lalu, adakah dampak dari kegiatan flexing ala-ala Korea Utara ini?

Peningkatan Eskalasi di Asia Timur

Instalasi nuklir Korea Utara. Foto: Planet Labs Inc/Handout via REUTERS
Permainan nuklir Korea Utara meningkatkan ketegangan dan kekhawatiran keamanan di kawasan Asia Timur. Adanya ancaman senjata nuklir dari Korea Utara menimbulkan ketidakpastian dan mendorong negara-negara di kawasan untuk meningkatkan kewaspadaan mereka.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keberadaan senjata nuklir Korea Utara meningkatkan risiko konflik dan mengancam stabilitas regional. Ancaman serangan nuklir atau serangan balik dari Korea Utara dapat memicu respons militer yang berpotensi berbahaya dari Amerika Serikat atau negara-negara sekutunya, yang kemudian dapat memicu eskalasi konflik.

Peningkatan Diplomasi yang Intensif

Ilustrasi negara yang akan terlibat dalam perundingan diplomasi. Photo: istockphoto.com
Permainan nuklir Korea Utara juga mendorong upaya diplomasi intensif untuk mengatasi masalah ini. Ini termasuk negosiasi bilateral dan multilateral, seperti perundingan enam pihak antara Korea Utara, Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan Rusia. Upaya diplomatik ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan mencapai kesepakatan yang mencegah eskalasi konflik.
Pada akhirnya, dari semua yang sudah dipaparkan di atas. Dasar dari korea Utara melakukan hal ini jika ditinjau secara teoritis adalah adanya logika ketakutan. Mereka hanya ingin mempertahankan eksistensi negaranya serta menegaskan bahwa Korea Utara bukanlah negara yang lemah sekalipun ada banyak masalah internal menderanya.
ADVERTISEMENT
Namun di sisi lain, mereka mempertaruhkan efek keamanan utamanya keamanan Asia Timur. Bisa saja rudal yang mereka luncurkan gagal dan berakhir menghancurkan salah satu wilayah dari negara yang sempat dilintasi rudal tersebut. Maka dari itu dibutuhkan juga upaya-upaya yang sangat diplomatis agar menciptakan de eskalasi dalam lingkup kawasan Asia Timur.
Dan, di sini juga, kita mengetahui jika negara juga bisa melakukan flexing. Namun kebanyakan flexing dari mereka juga sekaligus ancaman agar negara lain tidak usah berurusan dengan negara dinasti Kim.