Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Indonesia Harus Waspada Resesi dan Gejolak Ekonomi
27 November 2022 17:59 WIB
Tulisan dari Bagas Rizki Dwi Payana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Resesi dan gejolak ekonomi menjadi dua hal yang harus diwaspadai oleh pemerintah karena berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Dalam pidatonya mengenai kondisi ekonomi Indonesia saat ini, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa perekonomian dunia memang sedang tidak baik. Hal Ini sudah terpantau sejak akhir 2021 hingga sepanjang tahun 2022. Dunia secara global sedang dihadapkan pada perlambatan ekonomi yang cukup signifikan karena tingkat inflasi yang sangat tinggi terutama di negara maju yang sudah berada di atas angka 10% dan menyebabkan perubahan pada kebijakan untuk menaikkan tingkat suku bunga yang cepat dan tajam. Hal ini yang kemudian menimbulkan gejolak ekonomi terutama di pasar keuangan global dan menyebabkan ketidakpastian terhadap arus modal dan iklim usaha di banyak negara.
ADVERTISEMENT
Indonesia akan terdampak cukup signifikan akibat gejolak ekonomi global dengan terjadinya kenaikan harga barang. Kondisi ini hampir sama seperti yang pernah terjadi di tahun 2008 saat ekonomi dunia mengalami kontraksi cukup kuat terutama di negara maju. Indonesia secara langsung terdampak gejolak ekonomi tersebut namun ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh cukup tinggi dilihat dari sisi neraca perdagangan yang menunjukkan tren positif. Pada tahun 2020 dan 2021 saat masa pandemi Covid 19, Indonesia masih memiliki ketahanan dalam menghadapi krisis dan mampu memperbaiki kondisi ekonomi sehingga resesi 2023 yang akan terjadi diprediksi akan mampu untuk diatasi.
Gejolak ekonomi ini harus diwaspadai dan dipantau perkembangannya secara berkala. Dilansir dari Bank Indonesia, untuk menjaga kondisi makroekonomi agar tetap baik, secara resmi telah diputuskan untuk menaikkan suku bunga acuan menjadi 5,25% yang digunakan untuk menekan terjadinya lonjakan inflasi. Sepanjang tahun 2022, Indonesia memang sudah dihadapkan pada tekanan yang cukup berat dari sisi inflasi. Kenaikan harga barang terutama kebutuhan pokok menjadi faktor penyebab tingginya inflasi. Pemerintah secara terus-menerus berupaya menekan terjadinya inflasi dengan langsung bergerak cepat mencari dan mengatasi faktor apa saja yang menjadi sumber dari penentu inflasi tersebut. Dengan demikian inflasi tidak akan naik terlalu tajam.
ADVERTISEMENT
Tahun 2023 nanti yang diprediksi akan terjadi gejolak ekonomi yang cukup tinggi, APBN harus diperankan sebagai shock absorber. APBN harus tetap siap dengan segala kondisi ekonomi yang tidak menentu, harus lebih fleksibel dan siap untuk melakukan penyesuaian sehingga gejolak yang terjadi bisa diantisipasi dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat. Hal ini bisa dilakukan dengan memberikan perlindungan kepada masyarakat berupa bantuan langsung tunai, perlindungan sosial yang cukup dan sesuai dengan target, dan realokasi belanja agar lebih tepat sasaran misalnya dengan pengalihan subsidi dan kompensasi energi kepada kelompok masyarakat yang lebih membutuhkan. Bantuan ini diharapkan dapat mengurangi kemiskinan dan pengangguran pada saat terjadi gejolak ekonomi dan menghadapi tekanan berat karena pemerintah harus memperhatikan dan menjaga masyarakatnya untuk tetap terlindungi
ADVERTISEMENT