Konten dari Pengguna

Nussa: Antara Hantaman Pandemi dan Isu Radikalisme

bagus mustakim
Instruktur Nasional Kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti pada Direktorat PAI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
19 Januari 2021 18:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari bagus mustakim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di awal tahun 2021 ini publik dikejutkan dengan kabar berhentinya serial web animasi Nussa. Awalnya banyak yang meragukan berita tersebut. Bagaimana mungkin serial animasi yang cukup populer dengan dukungan warganet yang sangat besar bisa berhenti tayang begitu saja. Tapi setelah ada penjelasan dari manajemen bahwa Nussa menghentikan produksinya dikarenakan hantaman pandemi covid-19, barulah semua bisa menerima.
ADVERTISEMENT
Tidak sekali ini saja Nussa terjatuh dihantam pandemi. Tahun lalu dua agenda Nussa juga harus batal dan berantakan. Pertama, event Islamic Family Show yang bertajuk Jelajah Nussa harus undur diri. Padahal acara ini sudah di-launching sejak Desember tahun sebelumnya. Acara yang digadang-gadang menjadi festival keluarga Islam terbesar itu urung digelar. Kedua, film Nussa yang direncanakan dirilis pada tahun 2020 juga batal dilaksanakan. Konon, pembatasan akses bioskoplah yang menjadi persoalan. Pihak manajemen enggan mengambil risiko dikarenakan besarnya nilai investasi yang telah dikeluarkan untuk film ini.
Tidak hanya Nussa, dunia hiburan di negeri ini semuanya menjerit dengan adanya penerapan social distancing dan phisycal distancing selama pandemi. Betapa tidak, industri hiburan sangat identik dengan kerumunan. Ketika kerumunan yang menjadi ciri utama dunia hiburan menghilang karena pandemi, maka industri hiburan juga kehilangan pasarnya. Memang ada beberapa industri hiburan yang mengubah orientasinya ke dunia digital. Namun banyak faktor yang tetap harus dihitung terkait dengan investasi yang akan atau telah mereka keluarkan.
ADVERTISEMENT
Sejak kehadirannya Nussa mendapatkan banyak apresiasi dari berbagai kalangan. Animasi ini mendapatkan penghargaan Gold Play Button dari Youtube dalam waktu kurang dari satu bulan. Penghargaan ini diberikan oleh Youtube bagi akun yang berhasil mendapatkan satu juta subscriber. Hal ini menunjukkan bahwa Nussa sangat bisa diterima oleh pasar.
Keberhasilan Nussa menyabet gelar Piala Citra pada tahun 2019 dalam kategori Film Animasi Pendek Terbaik juga menunjukkan bahwa animasi ini punya kualitas yang sangat baik. Hebatnya lagi animasi ini merupakan karya para animator anak-anak bangsa. Selain itu Nussa pun diproduksi oleh studio dalam negeri. Catatan-catatan ini tentu menunjukkan bahwa Nussa adalah aset bangsa.
Di tengah hantaman pandemi, Nussa juga diterpa isu kontroversial. Denny Siregar, seorang pegiat media sosial, menuding Nussa disusupi radikalisme. Pakaian Nussa yang kearab-araban dijadikan sebagai indikator adanya paham radikalisme dalam animasi ini. Demikian juga dengan keterlibatan Felix Siauw dalam berbagai proyek Nussa dinilai sebagai bentuk keterpaparan radikalisme pada animasi anak yang baru berusia dua tahun ini.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari kontroversi apakah animasi ini radikal atau tidak, saya berpandangan bahwa Nussa harus diselamatkan. Jangan sampai isu radikalisme itu justru menjadi alat untuk menjatuhkan Nussa. Apalagi kalau sampai upaya menjatuhkan Nussa, yang sudah terjungkal dihantam pandemi itu, didasarkan pada persaingan bisnis yang tidak sehat. Kualitas Nussa sebagai produk animasi dalam negeri yang mampu eksis di tengah dominasi raksasa animasi dunia perlu dijadikan pertimbangan.
Persoalan isu radikalisme yang memboncengi animasi Nussa, masih perlu kajian dan riset yang mendalam. Perlu ada analisis akademis tentang tampilan kearab-araban yang dituduhkan kepada Nussa. Tuduhan radikalisme itu bisa jadi benar apabila animasi Nussa memuat ideologi Islamisme yang mengajarkan tentang paham totalitarianisme Islam. Tapi tuduhan itu menjadi salah apabila wajah “kearab-araban” yang ditampilkan dalam Nussa hanya sebatas pemahaman keagamaan Islam yang konservatif. Namun menyimpulkan apakah Nussa berwajah fundamentalis-radikalis atau sekedar konservatif tidak bisa ditarik hanya dengan melihat satu atau dua episode saja.
ADVERTISEMENT
Untung saja ditengah terkaparnya Nussa oleh hantaman Pandemi, awal Januari ini, manajemen Nussa merilis ulang trailer film Nussa yang pernah dirilis juga pada tahun 2019. Hal ini menunjukkan bahwa animasi ini masih tetap bertahan. Masih ada secercah harapan bagi dunia animasi dalam negeri untuk tetap eksis dan berkembang ke depan.
Pandemi ini memang begitu kuat menghantam. Wajar jika Nussa yang baru seumur jagung itu kelabakan. Tapi semoga saja Nussa memiliki semangat sebagaimana karakter yang dibuat oleh para penciptanya. Meskipun harus terjatuh dikarenakan kaki buatannya terlepas, Nussa tetap berusaha bangkit lagi dengan tetap memberikan senyuman.
karakter Nussa yang mengenakan gamis dan berpeci haji dijadikan sebagai indikator keterpaparan radikalisme
Jangan menyerah, Nussa!
Bagus Mustakim, Mahasiswa Program Doktor Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sedang meneliti anggota komunitas daring animasi Nussa
ADVERTISEMENT