Konten dari Pengguna

Filosofis Wayang Sebagai Pedoman Hidup

Bagus Nur Alim
Mahasiswa Universitas Pamulang Prodi Sastra Indonesia
12 Desember 2023 13:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bagus Nur Alim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: foto pribadi (diabadikan pada 25 September 2023, di Museum Kota Tua Jakarta)
zoom-in-whitePerbesar
sumber: foto pribadi (diabadikan pada 25 September 2023, di Museum Kota Tua Jakarta)
ADVERTISEMENT
Wayang menjadi salah satu warisan budaya dan kesenian Indonesia yang hingga kini masih dapat ditemui. Wayang tidak hanya sebatas budaya yang diakui oleh bangsa Indonesia, melainkan juga diakui secara internasional oleh UNESCO sebagai representatif warisan budaya pada tahun 2003. Maka dari itu, kini budaya wayang sebagai warisan leluhur telah diakui mancanegara.
ADVERTISEMENT
Seni wayang sebagai salah satu kesenian tradisional warisan para leluhur mengandung nilai-nilai filosofis yang tinggi. Budi-Legowo mengatakan, Seni wayang adalah sebuah gambaran kehidupan manusia, oleh karenanya dapat dipakai sebagai sarana pembinaan jiwa dan budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari. Karena pada dasarnya, seni wayang merupakan sebuah simbol yang dipergunakan untuk mengungkap persoalan-persoalan kehidupan manusia.
Sebagaimana Frans Magniz Suseno, mengungkapkan bahwa kebudayaan Jawa memiliki hubungan dekat dengan kehidupan masyarakat. Misalnya wayang, yang memiliki skenario meliputi pesan moral, budi pekerti, adat istiadat, dan kehidupan sosial. Sehingga, banyak pembelajaran filosofis yang bisa diambil dari pewayangan mulai dari tokoh sampai skenario yang diceritakan.
Jika melihat makna wayang secara bahasa, maka didapati kata dasar dalam bahasa Jawa yaitu “Wah” yang memiliki arti anugerah atau persembahan dan “Hyang” yang memiliki arti Tuhan. Hal ini bisa dimaknai adalah sebuah pemberian dan anugerah dari Tuhan. Pemberian yang dimaksud meliputi kehidupan, alam semesta, beserta seluruh isinya.
Ilustrasi Anugerah. Sumber: pexels.com
Wayang sangat memiliki cerita yang terkait dengan moralitas dan ketuhanan. Seperti halnya menurut Adhikara, lakon Bima dipandang sebagai tokoh yang merepresentasikan manusia yang percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini tertuang dalam cerita yang berjudul Bimasuci, yang fokus membahas keinginan Bima untuk bersatu dengan Tuhan.
ADVERTISEMENT
Bersatu dengan Tuhan dikenal dengan konsep Manunggaling Kawula Gusti yang berkembang di tanah Jawa. Pada intinya, konsep tersebut membawa manusia untuk melakukan sebuah perjalanan spiritual menuju Tuhan. Untuk mengenal Tuhan diperlukan penggalian diri, sebagaimana dalam salah satu ungkapan “Barang siapa yang mengenal dirinya, sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”
Konsep ini menggambarkan bahwa sebenarnya terdapat keterkaitan antara manusia, Tuhan, dengan alam. Keterkaitan ini harus dijaga relasi spiritualnya untuk membentuk kehidupan yang seimbang. Demikian adalah salah satu bentuk makna filosofis yang terdapat dalam dunia pewayangan.
Ilustrasi pedoman hidup. Sumber: pexels.com
Maka dari itu, sebenarnya wayang tidak hanya menjadi sebuah warisan kebudayaan yang biasa. Karena, di balik lakon tokoh dan skenario cerita mengandung banyak filosofis yang bisa diambil. Tidak hanya sebagai pedoman kehidupan sosial, melainkan juga sebagai pedoman manusia dalam mengenal Tuhan.
ADVERTISEMENT
Wayang sebagai media mengekspresikan pikiran dan gagasan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Karena, banyak permasalahan sosial yang ternyata tercantum dalam beberapa lakon wayang yang dipentaskan. Hal ini membuat, wayang tidak hanya sebagai dijadikan alunan cerita hiburan, tetapi juga bisa menjadi pegangan manusia dalam menjalani kehidupan.