Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Setiap Manusia Berhak Bahagia dengan Jalannya Sendiri
17 April 2023 6:36 WIB
Tulisan dari Bagus Nur Alim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manusia hidup di muka bumi tentunya bertujuan mencapai kebahagiaan, terlepas dari pemaknaan kebahagiaan yang berbeda-beda. Setiap manusia pada dasarnya memiliki permasalahan yang ada di dalam pikiran, seperti kecemasan, kekhawatiran, dan lainnya. Maka dari itu, sebaiknya kita harus memiliki kesadaran tentang apa yang dibutuhkan oleh diri sendiri untuk mencapai kebahagiaan . Karena jika seseorang belum mendapatkan kebahagiaan, maka ia tidak akan puas terhadap apa yang telah diperolehnya.
ADVERTISEMENT
Kebahagiaan yang hakiki tidaklah bisa disandarkan kepada sebuah kenikmatan, kepuasan, ataupun kesenangan. Karena semua itu bersifat sementara dan tidak abadi. Maka dari itu, manusia harus bisa mencari kebahagiaan yang sejati dengan proses perjalanannya.
Proses perjalanan setiap orang yang berbeda menumbuhkan banyaknya persepsi yang samar tentang kebahagiaan. Sehingga membuat banyak tokoh-tokoh filusuf membuat sebuah alternatif mengenai cara mencapai kebahagiaan yang hakiki.
Konsep Stoa atau aliran Stoisisme mengenai kebahagiaan telah cukup populer di seluruh kalangan akademisi maupun non akademisi. Kebahagiaan yang ditawarkan oleh Stoa ini berkaitan dengan dikotomi kendali atau penalaran situasi secara rasional. Hal ini membuat setiap manusia bisa memilih respon apa yang harus dilakukan ketika menemukan sebuah fenomena.
Selain itu, terdapat tokoh filusuf Jawa yaitu Ki Ageng Suryomentaram yang turut memberikan alternatif untuk meraih kebahagiaan. Jiwa dijadikan sebuah alat spiritual untuk mencapai kebahagiaan jikalau jiwa tersebut telah sempurna. Bukan berarti menghilangkan sifat keduniawian, melainkan berusaha untuk melepaskan diri dari rasa dan keinginan yang membelenggu.
Pada intinya, sebuah pencapaian manusia tentang kebahagiaan yang berbeda-beda bisa diraih dengan cara yang berbeda pula. Jangan sampai jalan kebahagiaan menurut kita, dipaksakan untuk kebahagiaan orang lain yang justru memungkinkan menjadi kontradiktif. Maka dari itu, nikmati saja jalan yang sedang dijalani dengan hati dan pikiran yang suci.
ADVERTISEMENT