Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Perkembangan Fast Fashion di Dunia: Berbahaya bagi Lingkungan dan Sosial
11 Januari 2023 8:41 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Bagus Reval Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Industri garmen adalah salah satu industri yang terbesar, mendunia, dan mendasar dari berbagai industri lainnya di dunia modern. Sebab, sebagian besar negara memproduksi pakaiannya yang tidak hanya untuk konsumsi domestik, tetapi juga untuk ekonomi internasional pasar tekstil dan pakaian jadi.
ADVERTISEMENT
Peningkatan ekspor pakaian telah menjadi salah satu kebijakan dasar bagi negara-negara yang menaiki tangga industrialisasi, karena biaya tetapnya yang rendah dan berfokus pada manufaktur yang padat karya. (Anguelov, 2016).
Fakta ini kemudian menyebabkan muncul dan berkembangnya "fast fashion" di seluruh dunia. Banyak literatur yang telah menyebutkan bahwa kehadiran fast fashion ternyata berdampak negatif, terutama pada lingkungan dan sosial.
Secara khusus, tulisan ini akan membahas mengenai dampak fast fashion terhadap lingkungan dan sosial dari kacamata sosiologi. Selain dampak, tulisan ini juga berusaha memberikan upaya untuk mengatasi masalah yang satu ini.
Sebagai awalan, kita perlu untuk memahami apa definisi dari fast fashion terlebih dahulu.
Apa itu Fast Fashion?
Fast fashion adalah konsep yang mengacu pada teknik untuk mempersingkat waktu tunggu (misalnya, produksi, distribusi, dan lainnya), serta untuk menawarkan produk baru kepada masyarakat dengan secepat mungkin.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini umumnya diadopsi oleh perusahan fesyen seperti Zara, Topshop, H&M, dan sebagainya. Selain itu, fenomena ini juga mengedepankan gaya hidup yang "modis'', yaitu mengacu pada penampilan seseorang yang mengikuti tren terkini dan bersifat sementara (Choi, 2014).
Cachon dan Swinney (2011) menyatakan bahwa karakteristik komponen sistem fast fashion meliputi:
Fast Fashion Melahirkan Masyarakat Risiko
ADVERTISEMENT
Pada era yang modern ini, beragam kebutuhan sandang manusia dapat dipenuhi dengan mudah dan cepat. Memang setiap orang memiliki hak untuk memilih apa yang ingin mereka kenakan, terutama produk fast fashion, tanpa perlu berpikir panjang.
Banyak orang yang masih belum menyadari bahwa mengkonsumsi produk fast fashion adalah tindakan yang membahayakan, terutama bagi lingkungan dan sosial.
Dari segi lingkungan, fast fashion memiliki pengaruh besar terhadap perubahan iklim. Produksi massal dan konsumsi karena turunnya harga produk fast fashion telah menyebabkan masyarakat terjun ke dalam periode pola konsumsi "ambil-buat-gunakan-limbah" yang linier, serta budaya membuang yang telah menjadi norma.
Akibatnya, tren ini menghasilkan carbon and water footprint (jejak karbon dan air) yang sangat besar (Sarkar, 2022). Industri fesyen menghasilkan 8–10 persen emisi global, lebih dari gabungan emisi dari industri penerbangan dan pelayaran.
Sebagian besar dampak lingkungan akibat fesyen adalah berasal dari penggunaan bahan mentah yang meliputi:
ADVERTISEMENT
Sementara dari segi sosial, seperti kelas menengah yang tumbuh, pertumbuhan perempuan tenaga kerja, dan meningkatnya sikap individualistik telah menghasilkan ruang di pasar untuk gaya pakaian baru yang mewakili identitas baru.
Akibatnya, sekitar 90 persen dari produksi pakaian dunia dialihdayakan ke lower middle-income countries (negara dengan pendapatan menengah ke bawah), di mana barang-barang pakaian ini diproduksi dengan murah, berkualitas rendah, dan dijual dengan harga murah untuk produksi dan konsumsi selanjutnya dengan cepat. (Bailey, Basu, & Sharma, 2022).
ADVERTISEMENT
Salah satu teoretikus kontemporer dalam ilmu sosiologi adalah Ulrich Beck. Ulrich Beck adalah ahli teori modernitas kontemporer. Seorang sosiolog Jerman yang telah menulis secara ekstensif tentang risiko dan globalisasi.
Ia berpendapat bahwa risiko yang melekat dalam masyarakat modern akan berkontribusi terhadap pembentukan masyarakat risiko (risk society).
Dalam masyarakat modern, ada perubahan teknologi. Dan teknologi menghasilkan bentuk risiko baru, serta kita terus-menerus dituntut untuk merespons dan menyesuaikan diri dengan perubahan itu.
Menurutnya, masyarakat risiko tidak terbatas pada risiko lingkungan dan kesehatan saja. Namun, itu juga mencakup serangkaian perubahan yang saling terkait dalam kehidupan sosial kontemporer seperti pergeseran pola pekerjaan, meningkatnya ketidakamanan pekerjaan, menurunnya pengaruh tradisi dan kebiasaan, erosi pola keluarga tradisional, serta demokratisasi hubungan pribadi.
ADVERTISEMENT
Apa yang khusus tentang masyarakat risiko modern adalah bahwa bahaya risiko tidak tetap terbatas pada satu negara saja. Di era globalisasi, risiko ini mempengaruhi semua negara dan semua kelas sosial. Mereka memiliki konsekuensi global, bukan hanya pribadi. Demikian pula, banyak bentuk risiko manufaktur, seperti yang menyangkut kesehatan manusia dan lingkungan, serta lintas batas negara (Beck, 1992).
Modernitas, yang ditemukan di dunia sekarang, disebut "modernitas baru" oleh Beck. Ini pada dasarnya melahirkan masyarakat berisiko. Modernitas menciptakan masyarakat industri yang memunculkan banyak bahaya baru dari risiko yang tidak diketahui pada zaman sebelumnya.
Risiko yang terkait dengan perubahan iklim adalah salah satu contohnya. Di era industrialisasi saat ini, sifat risiko telah mengalami perubahan yang luar biasa. Sebelumnya, risiko diciptakan oleh adanya bahaya atau bahaya alam, seperti gempa bumi, epidemi, kelaparan, dan banjir.
ADVERTISEMENT
Namun, risiko dalam masyarakat modern diciptakan oleh perkembangan sosial kita sendiri, dan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam modernitas industri, alam dan masyarakat sangat terintervensi. Artinya, perubahan yang dibawa masyarakat juga mempengaruhi lingkungan alam, dan pada gilirannya mempengaruhi masyarakat.
Menurut Beck, alam adalah masyarakat dan masyarakat juga alam. Alam telah dipolitisasi, dengan hasil bahwa ilmuwan alam, seperti ilmuwan sosial, telah mempolitisasi pekerjaan mereka.
Secara khusus, fast fashion telah menciptakan masalah lingkungan yang dibawa oleh masyarakat berisiko karena teknologi baru di bidang industri.