Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
'Asa yang Tersisa'
6 Juli 2018 0:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Tulisan dari Bahana Menggala Bara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siang yang hening itu tiba-tiba pecah oleh dentuman artileri. Kontan, saya bersama rekan lainnya bergegas menuju atap gedung KBRI di Kota Sana’a untuk melihat apa yang terjadi.
ADVERTISEMENT
Suara rentetan senjata Kalashnikov yang sehari-hari menjadi “hakim” perkara jalanan berubah menjadi gemuruh artileri di Istana Presiden yang berjarak hanya 3 km dari kantor tempat berkibarnya Sang Merah Putih.
Kami tak akan pernah melupakan peristiwa tersebut. Tepatnya Selasa, 3 Maret 2015, pemberontak Syiah Houthi memasuki wilayah Ibu kota Sana’a, Yaman.
Pemerintah Yaman tampak kewalahan. Tak lama, campur tangan jet tempur Arab Saudi memecah langit dan bumi Yaman dengan suara sonik dan rudalnya yang menyasar pemberontak di antara pemukiman warga.
Sejak itu, sahut-sahutan serangan rudal jet tempur dan artileri berdengung memekikkan telinga seakan tanpa henti. Ketika malam tiba, suara makin mencekam dan kilatan rudal hiasi langit yang gelap pekat.
ADVERTISEMENT
Kala itu sulit rasanya bedakan apakah jiwa masih di raga atau tidak.
Tersadar dari kengerian yang belum pernah dirasakan sebelumnya, strategi evakuasi yang telah dilakukan sejak lama harus berubah. Misi kami amankan dan keluarkan lebih dari 4 ribu WNI di Yaman melalui akses apapun yang memungkinkan. Ruang udara Yaman bukanlah opsi karena telah menjadi singgasana jet-jet tempur Saudi yang mengaung keras.
Dalam suatu perjalanan evakuasi, kami kerap berhenti karena lubang rudal jet tempur menganga di tengah jalan. Tak ketinggalan check points tentara pemerintah dan pemberontak lengkap dengan Kalashnikov dan Bazooka-nya siap menghempas siapapun yang dianggap musuh.
ADVERTISEMENT
Kami pun harus berunding dengan kedua belah pihak bertikai agar dapat lewati check points dengan selamat. Jet tempur pekakkan telinga melintasi kepala, seakan mengawasi iring-iringan kendaraan kami. Tak ketinggalan drone mengintai apapun yang bergerak di daratan.
Foto: Dokumen Pribadi
Sesampainya di wilayah Saudi, ketegangan seakan tidak berhenti mengikuti. Rudal-rudal pemberontak Houthi diluncurkan ke wilayah perbatasan sebagai balasan serangan jet Saudi. Dengan segera, para WNI dipulangkan menuju tanah air melalui jalur udara Saudi.
Kami pun bergegas menuju Oman dengan menumpang pesawat TNI AU B-737 400. Sesampainya di Oman, kami bertugas kembali masuk Yaman untuk keluarkan WNI dari wilayah Selatan Yaman.
Foto: Dokumen Pribadi
Sementara itu, gedung kantor tempat Merah Putih berkibar telah hancur porak-poranda akibat rudal yang menyasar gudang senjata pemberontak. Tak terhitung jenazah bergelimpangan akibat rudal dan hentakannya.
ADVERTISEMENT
Misi terus berjalan, seorang diri tanpa kolega dan hanya dengan ditemani crew pesawat, kami pulangkan ratusan WNI dengan Air Asia X, A330-300. Haru 370 WNI terlihat di mata mereka ketika tiba dengan selamat di tanah air tercinta. Sesaat terbayang nasib sang istri dan si kecil yang masih berada di perbatasan, berharap seandainya mereka ada di antara penumpang pesawat tersebut.
Tak lama, kami kembali menumpang pesawat yang sama menuju Oman dan evakuasi terus berlangsung menyisakan ratusan WNI. Saat itu Jakarta perintahkan pembukaan kembali KBRI di dalam wilayah Yaman. Bersama seorang kolega, saya kembali masuk menuju wilayah kemelut perang.
Sampailah kami di kota Tarim, kota para wali. Kami berdua turun tepat di depan sebuah bank yang baru saja diserang Al Qaeda. Dari kota ke kota, kami mengobservasi keamanan dan menemui sebagian besar WNI yang tersisa sembari mengajak mereka untuk kembali pulang.
ADVERTISEMENT
Di kota Mukalla, keadaan sangat hening mencekam. Kami terus susuri tiap jengkal kota untuk temui WNI. Dalam perjalanan, banyak orang lokal peringatkan kami untuk berhati-hati karena jembatan dekat kami berada digunakan untuk menggantung mati tentara Yaman.
Sementara di utara Yaman, jet masih terus menggempur ibukota Sana’a. Ketidakstabilan keamanan ini membuat munculnya aktor baru di Yaman, ISIS yang kian menambah ancaman.
Berbekal informasi yang kami peroleh, kami pun kembali ke perbatasan membawa daftar lengkap ratusan WNI yang masih berada di Yaman untuk segera dipulangkan seraya membawa berita untuk Jakarta bahwa kecekaman masih selimuti Yaman.
Sampai saat ini, perang di Yaman masih terus berkecamuk mengakibatkan hilangnya puluhan ribu jiwa. Sulit dipercaya dalam misi tersebut, ribuan WNI selamat sampai tanah air. Tak satu pun dari mereka tewas dalam proses evakuasi. Tuhan memang nyata. Di atas tahta-Nya-lah, Ia awasi dan lindungi makhluk-Nya yang masih miliki asa di hati.
ADVERTISEMENT