Konten dari Pengguna

Belajar dari kesalahan tahun lalu, Bisakah saya menyambut Ramadhan dengan happy

Ahmad Syaiful Bahri
Membaca dan Menulis
17 Februari 2025 15:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Syaiful Bahri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar diambil di canva.com
zoom-in-whitePerbesar
Gambar diambil di canva.com
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun lalu jelang datangnya Ramadhan, saya melewatinya dengan kurang semangat, tidak menyambut dengan penuh suka cita, tidak bergembira. Dalam hati berfikir koq gak semangat ya, entah karena keimananku sedang turun, atau karena memang kondisiku sedang merantau, padahal bukankah sepanjang hidup saya selama ini merantau terus-terusan, berada dalam kesendirian di kota orang dan tentu saja hidup berpindah-pindah dari satu kota ke kota lainnya, dari satu kos ke kos yang lainnya.
ADVERTISEMENT
Ah, itu hanya tebakanku saja. Tapi koq ya benar, gak semangat pokoknya, meskipun saya berhasil tuntas berpuasa satu bulan penuh, tetapi ketika mau datang bulan penuh berkat ini, saya menganggapnya biasa-biasa saja, tidak happy seperti waktu saya kecil dulu. Saya juga tidak tahu persis kenapa bisa begitu ya, atau memang beneran sedang turun, bener-bener drop ruh semangat ini dalam menyongsong kehadiran Bulan Ramadhan. Padahal ketika tulisan ini ditulis, Ramadhan tahun 2025 tinggal sekitar 2 minggu lagi, yang menurut perkiraan akan dimulai 1 Maret 2025. Tapi belum merasa gembira akan kedatangannya.
Ramadhan yang seharusnya penuh berkah dan keistimewaan sering kali datang dengan perasaan yang campur aduk. Banyak orang menyambutnya dengan sukacita, tetapi tidak jarang ada juga yang merasa cemas, lelah, atau bahkan tidak semangat sama sekali. Termasuk saya.
ADVERTISEMENT
Entah karena kesibukan yang menumpuk, rutinitas yang terasa semakin berat, atau mungkin karena pengalaman di tahun-tahun sebelumnya yang penuh dengan tantangan. Tapi kalau alasan di atas bukan untuk saya, kayaknya bukan karena itu.
Saya hanya bisa berharap dalam waktu 2 minggu lagi jelang 1 Maret 2025 pas awal puasa, saya benar-benar bisa menerimanya, bisa menjemputnya, memeluknya bak menerima kehadiran seorang kekasih, bukan sekedar saya melaksanakan kewajiban menunaikan puasa, namun juga secara ruh dan hati ini ikhlas lapang dada menerima akan kehadirannya. Sebenarnya saya sedih juga ketika Ramadhan akan berakhir dan jelang idul fitri, kenapa koq tiba-tiba sudah selesai saja, tiba-tiba sudah mau takbiran saja, itu saya alami di dua ramadhan terakhir. Sedih dan tentu tak terasa air mata ini menetes, kenapa saya tidak sedari awal menyambutnya dengan gembira.
ADVERTISEMENT
Mungkin saja bagi sebagian orang, bulan Ramadhan bisa terasa seperti beban. Menahan lapar dan dahaga sepanjang hari, ditambah dengan kewajiban ibadah yang terasa semakin banyak. Rasanya, segala yang dilakukan menjadi lebih sulit karena tubuh dan pikiran yang sudah lelah, seolah Ramadhan malah menambah rasa berat itu.
Tidak jarang kita merasa tertekan untuk bisa memenuhi harapan-harapan yang ada, baik dari diri sendiri maupun orang lain, untuk menjadi lebih baik di bulan yang suci ini.
Namun, perasaan seperti ini adalah hal yang manusiawi. Tidak semua orang selalu bisa merasa penuh semangat setiap saat, apalagi dalam kondisi yang tidak mendukung. Mungkin, yang perlu kita ingat adalah bahwa Ramadhan bukan hanya tentang kesempurnaan, tetapi tentang usaha dan niat yang tulus untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
ADVERTISEMENT
Mungkin kita tidak selalu bisa maksimal, tetapi yang terpenting adalah kita tetap berusaha, meskipun itu dimulai dengan langkah yang kecil.
Semoga hati saya, jiwa dan ruh serta badan saya menerima tanpa syarat dengan tulus ikhlas kedatangan sang kekasih hati, ramadhan nan mulia di tahun 2025 ini.