Tiga Cara Orangtua Menjadi Sahabat Anak di Masa Pandemi

Ahmad Syaiful Bahri
Membaca dan Menulis
Konten dari Pengguna
30 November 2020 7:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ahmad Syaiful Bahri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Paparkan materi- Maryono, dosen PGSD Universitas Jambi yang juga fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation menyampaikan materi diseminasi Program PINTAR kepada para dosen FKIP Universitas Jambi. Foto: Ahmad Syaiful Bahri.
zoom-in-whitePerbesar
Paparkan materi- Maryono, dosen PGSD Universitas Jambi yang juga fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation menyampaikan materi diseminasi Program PINTAR kepada para dosen FKIP Universitas Jambi. Foto: Ahmad Syaiful Bahri.
ADVERTISEMENT
Agar anak betah dan nyaman selama belajar dari rumah, orangtua di rumah juga sebaiknya tidak memosisikan diri seperti bos terhadap anak yang selalu memerintah.
ADVERTISEMENT
Situasi ini, akan membuat anak tidak betah di rumah. Oleh karena itu, orangtua harus memperlakukan anak layaknya teman berdiskusi.
"Nah ini menarik, kita harus memosisikan diri sebagai sahabat anak," ucap Maryono, praktisi pendidikan yang juga dosen PGSD FKIP Universitas Jambi, Senin, (30/11/2020).
Latih Kemandirian Belajar Anak
Maryono menambahkan, kepercayaan diri anak harus ditumbuhkan selama pandemi. Anak tumbuh karena adanya apresiasi dari lingkungan keluarga.
Kalau anak digiring ke ranah akademik saja selama belajar online, semakin lama ia akan merasa bosan dan frustasi.
"Oleh sebab itu berikan kesempatan buat anak untuk melakukan kegiatan lain, seperti bermain dan menyiram bunga," ucap pria yang juga menjadi fasilitator Program PINTAR Tanoto Foundation.
Melatih kemandirian anak tentu akan menambah kepercayaan diri, dorongan dan pendampingan orangtua sangat penting.
ADVERTISEMENT
"Selama pandemi, aktivitas anak lebih banyak dilakukan di dalam rumah. Pembelajaran jarak jauh (PJJ) seharusnya menyenangkan," katanya.
Edukasi Anak Sejak Dini
Selama pandemi, berikan edukasi kepada anak dengan 3M yaitu mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak.
Informasi itupun harus disampaikan melalui diskusi keluarga dan berbicara dari hati ke hati.
Jika anak masih kecil, penjelasan terkait bahaya Covid-19 bisa diberikan melalui dongeng, gambar, atau menyanyi.
Sementara bagi remaja, cara penyampaiannya bisa melalui diskusi dengan data. Hal ini penting mengingat saat ini banyak pengaruh dan pemahaman yang keliru.
"Melalui diskusi dan contoh, anak-anak mendapat pemahaman yang benar, penuh persahabatan, dan kegembiraan tanpa kekerasan," katanya.
Lakukan Komunikasi
Komunikasi antar anggota keluarga juga penting dilakukan, terutama membangun komunikasi dengan anak di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
"Bapak ibunya sibuk dengan HP, anak-anaknya sibuk dengan HP, kapan berdiskusi? kapan ngobrol?. Kita tidak pernah tahu apa yang dirasakan anak-anak," katanya.
Hal yang perlu dilakukan adalah adanya kesepakatan bersama dengan anak, apa yang boleh dan tidak boleh, itu adalah konsekuensi alami.
"Jadi bukan lewat ancaman, itu harus dihindari, remaja dengan hal itu tidak masuk," katanya.
Hal yang perlu dihindari menurut Maryono adalah jangan marah-marah di depan anak karena itu akan mengganggu dan membekas sampai kapan pun.
Memberikan kesempatan anak bermain dengan teman-temannya juga suatu hal yang penting asalkan orangtua tahu dengan siapa anaknya bergaul.
"Dengan cara seperti itu, orangtua bisa menjadi sahabat bagi anak-anaknya," pungkasnya.
ADVERTISEMENT