Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Sosok Penjaga Rumah yang Mengganggu
18 Oktober 2022 21:53 WIB
Tulisan dari baiqcynthia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pemadaman listrik sore itu, aku yang tengah hamil muda agak gelisah. Langit mendung sementara rumah gelap. Menurut mitos hamil muda itu mudah banget diganggu dengan jin jahat. Suamiku belum pulang dari kerja, di rumah tidak ada orang, mertua sedang keluar. Jadi kututup semua pintu, jendela sangat rapat. Hujan belum reda sejak sore, hingga air membuat pembuangan sampah, got mengeluarkan segala isinya. Bau menyengat, apak dan gas yang membuatku makin mual. Aku mau masak sesuatu, namun
ADVERTISEMENT
urung karena gelap. Meskipun berbekal senter lampu juga beberapa lilin, aku tetap saja tidak berani.
Rumah yang aku tempati merupakan salah satu pelosok di kota Jember. Menurut cerita rumah yang kutempati dulu itu kosong, karena pemiliknya meninggal secara tak wajar. Botol kosong miras berserakan, dan rumah ini jauh dari kata layak untuk ditempati. Pasalnya tidak ada sanitasi dan dapur. Orang tua dari suami mengontrak rumah tersebut, karena letaknya strategis.
Suara hewan liar bersautan, mulai dari kodok yang berusaha menarik perhatian betina. Jangkrik yang mengerik bergantian dengan burung peminta hujan. Aku tidak tahu namanya, hanya saja setiap akan hujan atau sedang hujan suara burung itu menyeramkan. Jaringan internet terputus bahkan untuk mengirimkan pesan WA gak bisa. Akhirnya aku memiskol suamiku, berharap dia mau menelpon balik.
ADVERTISEMENT
Sejam … dua jam dan hampir tiga jam, lampu tidak kunjung hidup. Perutku melilit karena kelaparan. Maafkan aku janin, tapi aku tidak berani masak sendiri. Kata adikku yang pernah menginap di rumah ini. Di depan pintu dapur ada sosok nenek tua yang menggunakan kebaya.
Aku tak berani, apalagi suara ketukan pintu dapur yang terkadang berbunyi. Setelah ditengok tak ada orang. Bulu kudukku berdiri.
Belum lagi aku mendengar suara aneh di depan rumah, namun aku tahu tidak ada orang yang bertamu. Seingatku adikku juga pernah bilang kalau ada sosok bermata merah yang meloncat-loncat. Aku mulai resah karena lampu belum menyala, kutelpon berkali-kali suamiku ternyata ia tidak mengangkat.
Keringat di pelipis mulai bercucuran, kumelihat ke atas ada kain berwarna merah yang membuatku berteriak. "Aaaaa …"
ADVERTISEMENT
***
Masih dini hari, lampu belum menyala, bateraiku melemah dan suami masih terlelap. Otomatis Sanyo mati tidak ada air tersisa di kamar mandi. Bau pesing di kamar mandi membuat seisi perutku ingin keluar. Aku bingung mau pipis di mana. Alhasil aku membangunkan suamiku. "Sayang, ayo anterin aku buang air."
"Ngampung di tetangga," katanya.
"Ya udah anterin, yuk."
Ia yang matanya masih terpejam rela bangun dan membuka pintu dengan perlahan. "Krekk … krekk suara pintu yang engselnya mulai berat karena musim hujan.
Lelaki yang tubuhnya tidak begitu kekar, namun tetap kuat mengambil air dari sumur. Suara katrol air sumur dan timbah memenuhi ember di kamar mandi kecil yang tidak memiliki pintu.
ADVERTISEMENT
"Sayang, tungguin di luar ya … Aku takut sama gelap."
"Hmm …," katanya.
Selesai urusan hajat aku kembali. Meski aku tidak bisa melihat sosok apa pun itu. Namun aku merasa ada mata-mata yang mengawasiku. Hingga terlelap pun aku gak bisa.
Perutku seakan mengatakan sesuatu bukan lapar namu gerakan kecil dari jabang bayi. Ia masih belum berumur 2 bulan.
***
Seminggu setelah menikah sebenarnya aku merasa tidak nyaman tinggal di rumah itu. Bukan berarti aku tidak mau tinggal bersama keluarga suami. Namun setiap melewati jalan masuk menuju rumah tersebut aura negatif seakan membuat hatiku gusar. Rumah itu menghadap ke arah selatan. Bagian depan ada tumpukkan sampah dari kotoran kambing, sebelah kiri pun lubang sampah. Belakang rumah juga kebun tak digunakan yang ada tumpukan sampah. Rumah ini benar-benar ajaib. Tak heran jika terlihat kumuh.
ADVERTISEMENT
Saat itu ada balita yang masih berusia setahun setengah menangis tanpa sebab dari tengah malam sampai menjelang subuh. Ketika azan berkumandang tangisannya reda. Di saat yang sama bayi itu dirukyah, makin meraung tangisannya. Aku mendengarkan merasa ikut pusing. Tiba-tiba yang merukyah itu masuk ke kamarku, tanpa izin langsung merukyahku. Kau tahu terjadi pergulatan yang hebat antara dia dan aku. Aku tak bisa menguasai diri, seakan berbicara tanpa makna. Pun aku menjadi liar dan suka berteriak. Semakin nyaring suara ia melantunkan ayat suci, namun tak kuat rasanya untuk melawan. Jadi aku Tremor dan menjelma menjadi harimau yang menyeramkan. Siapa pun yang mendekat aku cakar-cakar. Saat itu perutku dipukul berulang kali. Rasanya sangat sakit.
ADVERTISEMENT
Dibawalah diriku pada padepokan rumah si perukyah tersebut, rumahnya paling pojok di dekat gunung yang tidak aktif. Bangunan tua tersebut tidak memiliki tetangga, selain pepohonan kayu jati, musholla dan bekas kamar santri yang kini menjadi ruangan kosong. Konon kata suamiku dulu ia pernah mondok di sini untuk pertama dan terakhir karena pondoknya menjadi sepi dan tidak ada yang berminat.
Ketika malam tiba, dengan lampu temaram aku dan suami tidur di kasur yang kaku itu. Beratap langit-langit yang lapuk dan mudah meruntuhkan kotoran dan debu. Ritual rukyah itu dilakukan setelah sholat isya' setelah sholat subuh dan setelah sholat zuhur. Terkadang aku menjadi terksisa, seperti perempuan yang dipasung. Tidak bisa tidur dengan nyenyak dan mimpi-mimpi buruk yang terus mengintai di tiap malam. Tidak jarang aku ketakutan yang aku rasakan aku ceritakan kepada suamiku.
ADVERTISEMENT
Malam ke-29 aku berobat, si pengrukyah bertanya kepadaku kekuatan apa yang ada dalam tubuhku sampai aku bisa menjadi sangat kuat. Menyeramkan bahkan 5 orang tidak sanggup memegangi diriku yang berontak. Aku nangis merasa kesakitan, tak henti-hentinya pukulan itu menjurus pada bagian lengan dan perutku. Hingga aku merasakan nyeri yang luar biasa. Tangaku lebam dan bagian perutku membiru. Kau tahu aku sendiri kebingungan ini penyakit apa sebenarnya. Esoknya ada kejadian yang tidak bisa aku lupakan yakni aku kehilangan sesuatu yang berharga.
Darah segar yang berwarna pink itu terus mengucur tanpa bisa ditahan. Ternyata aku mengalami pendarahan, saat itu pula janin yang kukandung tak bisa diselamatkan. Ia pergi sangat cepat. Malamnya aku bermimpi kalau ia bilang terima kasih sudah dirawat selama ini di dalam kandungan. Namun aku tidak mengerti maksudnya. Sedih itu terasa, dan lelaki yang kupanggil sebagai suami langsung mengatakan untuk menghentikan proses rukyah ini. Karena sudah membuat lengan dan bagian tubuhku membiru.
ADVERTISEMENT
Aku memang tidak bisa melihat sosoknya namun, adikku lah yang paling peka bahwa di rumah itu ada penghuninya. Adikku sendiri yang bercerita kalau jin jahat yang menghuni rumah itu suka sekali membuat anak-anak menangis atau membuat kandunganku hilang. Karena demikian diputar murotal Al-Qur'an untuk melindungi seluruh anggota keluarga.