Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Cawagub Jabar Dedi Mulyadi Ingin Perbaiki Sistem Pengupahan Buruh Tani Seperti Zaman Dulu
22 Februari 2018 14:57 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
Tulisan dari Balad Siliwangi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Menurut Dedi, pengelolaan pertanian saat ini tidak berorientasi pada pencipataan kedaulatan pangan, contohnya pola pengupahan buruh tani yang tidak lagi memakai sistem bagi hasil. Sistem pengubahan buruh tani tersebut seharusnya dikembalikan ke masa lalu. Jika pengembalian sistem tersebut dirubah seperti zaman dahulu, para petani diyakini dapat memiliki cadangan pangannya.
“Jadi, untuk sekadar memenuhi kebutuhan berasnya, buruh tani tidak harus membeli,” ujar Dedi Mulyadi saat berada di Hotel Handayani, Kabupaten Indramayu, Minggu (18/2/2018).
Pengembalian sistem itu juga agar petani tidak membeli beras yang sebenarnya mereka produksi. Menurut Dedi, Saluran Distribusi padi dan beras saat ini sudah tidak sehat.
Saat ini, setelah padi dipanen, para tengkulang sudah siap membeli gabah kering giling dari petani. Gabah tersebut akan diangkut dan digiling di tempat penggilingan padi. Setelah itu, padi siap konsumsi tersebut akan diangkut ke pasar-pasar induk.
ADVERTISEMENT
“Biaya tersebut tentu mahal dan kemudian biaya tersebut dibebankan kepada konsumen karena dimasukkan ke dalam harga pokok produksi beras yang menyebabkan harga beras menjadi mahal,” kata Dedi Mulyadi.
“Jadi, bukan petani yang merasakan mahalnya harga beras, tetapi para tengkulak, spekluan, dan pengusaha-pengusaha besar,” ujar Dedi.
Sumber : tribunnews.com