Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Lewat Sepenggal Puisi, Cok Ibah Curahkan Rindu untuk Ayah
19 Maret 2018 10:49 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
Tulisan dari Bali News tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Bagi seorang anak, Ayah merupakan guru pertama yang ia miliki. Anak perempuan akan menganggap bahwa Ayah adalah cinta pertamanya. Sedangkan bagi anak laki-laki, Ayah akan dianggap sebagi contoh hidupnya dimasa depan. Sosok seorang ayah tidak terlepas dari kenyataan bahwa ayah merupakan kepala keluarga, ayah merupakan tulang punggung keluarga, ayah adalah tameng pertama dari segala marabahaya, ayah juga yang akan merelakan bulir-bulir peluhnya menyucur kencang di teriknya siang. Intinya Ayah itu sosok yang kuat.
ADVERTISEMENT
Namun sosok kuat seorang Ayah tidak lama di rasakan oleh Tjokorda Raka Kerthyasa atau akrab disapa Cok Ibah. Sedari kecil, Cok Ibah terpaksa melewati hari-hari bahagianya tanpa sosok Ayah karena lebih dulu meninggalkan dirinya menuju alam keabadian. Sosok Ayah yang terus Cok Ibah banggakan ternyata menjadi sosok yang di kagumi oleh Cok Ibah. Dari kecil menuju remaja hingga dewasa, Cok Ibah sangat mencintai dunia Seni, Budaya dan Sastra. Hal tersebut senada dengan apa yang dicintai oleh Ayahnya yang merupakan Raja dari Puri Ubud.
Lahir dan tumbuh besar di wilayah kerajaan puri Ubud membuat Cok Ibah semakin mencintai semua jenis kesenian, terutama Sastra. Saking Cintanya dengan dunia sastra, Cok Ibah rajin menulis puisi yang bercerita tentang banyak hal. Entah itu kisah Cinta, Keluarga, Alam, Lingkungan sekitar, tentang keagamaan, hingga tentang Ayah, yang sengaja ia tulis untuk mengobati kerinduannya pada sosok Ayah yang telah lama meninggalkannya.
ADVERTISEMENT
Berikut adalah salah satu puisi yang Ia tulis dengan sepenuh hati, dan didedikasikan untuk Ayah tercinta.
Ayah
Ayahanda tengoklah anandamu
Pernahkah ayah tahu ?
Aku ingin cepat bertemu dan berada disampingmu
Ayah panggillah aku
Ajaklah aku
Ke mana saja ayah mau
Cepat panggilah aku
Aku ingin mengadukan isi hatiku
Hanya kepadamu ayahku
Giring dan seretlah aku ke tempatmu
Ingin-Ingin aku bersatu padu.