Konten Media Partner

Jembatan dari Pohon Kelapa, Akses Transportasi bagi Kampung Sewiam-Nauwita

2 April 2021 8:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga kampung Sewiam dan Kampung Nauwita Distrik Ayamaru Utara Timur Kabupaten Maybrat saat membangun jembatan gunakan batang pohon kelapa untuk perlancar akses transportas
zoom-in-whitePerbesar
Warga kampung Sewiam dan Kampung Nauwita Distrik Ayamaru Utara Timur Kabupaten Maybrat saat membangun jembatan gunakan batang pohon kelapa untuk perlancar akses transportas
ADVERTISEMENT
Warga kampung Sewiam dan kampung Nauwita Distrik Ayamaru Utara Timur Kabupaten Maybrat Papua Barat, terpaksa harus membangun jembatan darurat menggunakan batang pohon kelapa dan memperbaiki jalan rusak alakadarnya dengan upah swadaya dan semangat gotong royong. Hal ini dilakukan warga kedua kampung tersebut agar bisa melancarkan akses transportasi untuk kebutuhan ekonomi keluarga.
ADVERTISEMENT
Warga di sana sulit untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, lantaran masih terhambat jalan yang masih rusak dan gorong-gorong yang tak kunjung dibuatkan jembatan oleh pemerintah setempat. Akses transportasi jadi putus, kebutuhan ekonomi mendesak, dengan terpaksa tanpa harus menunggu janji-janji manis pemangku kepentingan dari pemerintah, warga berinisiatif dan hanya bermodalkan gotong royong memanfaatkan pohon kelapa menggantikan semen dan besih dijadikan jembatan, agar bisa menjawab kebutuhan keluarga.
Tentunya semangat warga Kampung Sewiam dan Nauwita untuk buat jembatan walaupun manual itu ada alasanya. Diketahui mereka memiliki potensi ekonomi yang luar biasa. Di sana ada kebun Nenas. Bahkan kedua kampung tersebut dijuluki sebagai "kampung Nenas". tetapi mereka masih kesulitan untuk pasaran keluar karena masih terhambat akses jembatan yang tidak ada. Begitupun jalan yang sudah rusak berat, sulit untuk mobil bisa lewat.
ADVERTISEMENT
"Kami di sini tidak menikmati pembangunan sama sekali. Pembuatan jembatan dengan menggunakan pohon kelapa itu inisiatif dan kebijakan warga kampung sendiri. Kami ambil pohon kelapa dari kampung Sewiam lalu muat dengan truk bawa datang ke jembatan dan kita kerjakan. Kalau kita mau tunggu pemerintah sampai kapan mau datang perbaiki jembatan ini," ujar Sekretaris Kampung Nauwita, Septer Nauw kepada media ini.
Kondisi jalan menuju kampung Sewiam dan Kampung Nauwita Distrik Ayamaru Utara Timur Kabupaten Maybrat yang rusak parah. Warga berinisiatif memperbaiki secara manual.
Ia mengungkapkan sudah berulang kali warga memperbaiki jembatan tersebut, yang mana apabila kayu ataupun papan sudah lapuk dan nyaris ambruk, maka warga akan kembali menggantikan kayu lagi, begitupun seterusnya. "Ketika pemerintah sudah melihat kondisi seperti itu, tetapi dibiarkan begitu saja. Untuk jalan sudah pernah dilakukan pengerasan, tetapi untuk jembatan tidak. Padahal ukuran jembatanya hanya 1 meter saja. Jalan juga sudah lama dikerjakan, dan sampai hari inipun kembali dibiarkan begitu saja, dan akhirnya sudah rusak kembali dan lebih parah lagi," ungkap Septer.
ADVERTISEMENT
"Yang kami kerja ini murni swadaya dan gotong royong dari masyarakat. Bahkan ibu-ibu juga ikut masak untuk Bapak-Bapak kerja. Ini dengan terpaksa kami harus lakukan, agar memperlancar kebutuhan ekonomi keluarga kami, dan juga membantu memperlancar akses transportasi keluar masuk bagi warga untuk kebutuhan di Kota dan kembali ke kampung bisa aman dan tidak terhambat," sambung Septer.
Sementara itu kepala Distrik Ayamaru Utara Timur, Izhak Jitmau saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. Hal ini dilakukan masyarakat karena ada pemukiman warga di dua kampung tersebut sehingga membutuhkan kelancaran akses keluar masuk untuk kebutuhan ekonomi dan kebutuhan lainya. "Sebelumnya juga sudah dikerjakan dengan cara yang sama yakni manual gunakan kayu. Dengan berjalanya waktu sudah patah, karena sering dilalui kendaraan, maka warga kembali perbaiki, dengan tujuan satu saja, agar akses tetap lancar untuk kebutuhan ekonomi warga di situ," ujarnya saat dikonfirmasi via telepon selularnya.
ADVERTISEMENT
Dijelaskanya bahwa kedua kampung tersebut sering banyak pengunjung dari luar, karena hasil komoditi pertanian Nenasnya. Jadi potensi ekonominya luar biasa. Sehingga ini menjadi salah satu ukuran untuk bagaimana bisa memperlancar akses, agar pengunjung terus lancar, dan bahkan ada kepentingan warga yang pasarkan keluar tanpa harus menunggu pengunjung atau pembeli.
"Saya ikut terjun langsung dalam proses pembuatan jembatan manual itu. Dengan terpaksa kita bersama warga harus lakukan. Karena berbagai upaya sudah kita lakukan dengan mengusulkan ke pemerintah untuk memperhatikan, namun mungkin karena pemerintah masih banyak hal lain yang harus diurus, sehingga mungkin akan diprioritaskan pada tahun-tahun berikutnya," terang Kepala Distrik.
Lanjut dia, Hal yang mungkin menjadi pertimbangan pemerintah adalah jalanya karena belum diaspal. Sehingga untuk pembangunan jembatan pun akan disesuaikan dengan jalan. "Untuk usulan selama ini kami sampaikan. Tetapi semua kewenangan ada pada pemerintah. Kami tidak memaksakan. Tanggungjawab kami sebagai kepala distrik hanya sebatas mengusulkan saja mulai dari Musrengbang tingkat Distrik sampai ke tingkat Kabupaten sudah kami sampaikan, cuman semua keputusan ada di pemerintah," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Disinggung soal kondisi jalan dan jembatan sudah berapa lama tidak diperhatikan, kata dia sudah hampir 10 tahun belakangan ini, masih mengandalkan pekerjaan manual dari masyarakat baik itu jalan maupun jembatan. "Hal ini sudah terbiasa dilakukan masyarakat. Ada beberapa titik jalan dan jembatan warga kerjakan secara manual," tuntasnya.