Konten Media Partner

Ketam Kenari, Fauna Laut Raja Ampat yang Kini Dilindungi

4 November 2019 9:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ketam kenari (Birgus latro) Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ketam kenari (Birgus latro) Foto: Istimewa
Perkembangan industri pariwisata di Raja Ampat mulai berkembang maju dan menghadirkan peluang tak terbatas bagi masyarakat di Raja Ampat. Seiring berkembangnya industri pariwisata, tidak menutup kemungkinan keanekaragaman Sumber Daya Alam (SDA) hayati Raja Ampat akan tergerus dan punah.
ADVERTISEMENT
Salah satunya, Ketam Kenari atau nama latin Birgus latro yang merupakan fauna yang dilindungi dan juga digemari sebagai makanan yang memiliki ciri khas rasa yang unik.
Menyadari hal itu, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua Barat, yang bekerja sama dengan Badan Layanan Umum Daerah Unit Pengelola Teknis Daerah (BLUD UPTD) Pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan (KKP) Kepulauan Raja Ampat dan Conservation International (CI) Indonesia menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) mengenai pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH) dan lokasi pelestarian ketam kenari di Kepulauan Fam.
Bapak Menase Soruwe saat pegang ketam kenari. Foto: Istimewa
Usai diskusi, masyarakat di Kepulauan Fam, Distrik Waigeo Barat Kepulauan Raja Ampat, berkomitmen menjaga kelestarian tumbuhan dan satwa liar yang dilindungi (TSL). Hal tersebut untuk meminimalisir perdagangan liar Ketam Kenari (Birgus latro) yang marak terjadi di objek Wisata Piaynemo. Suatu hal yang berdampak terhadap mata pencaharian masyarakat di sana.
ADVERTISEMENT
“Saya mohon kita betul-betul menjaga lokasi yang dipersiapkan untuk pelestarian Ketam Kenari dengan sebaik mungkin. Kita menamakan kelompok ini Sasewar Kayam (dalam bahasa biak) atau 'Berusaha Bersama',” tegas ketua terpilih Sasewar Kayam Kampung Pam, Saul Urbasa.
Selain Pulau Fam, komitmen menjaga dan melestarikan Ketam Kenari juga juga disampaikan di beberapa desa. Diantaranya, Desa Saupapir, Desa Saukabu dan lainya.
“Saya berharap agar ke depan masyarakat lokal bisa mewujudkan pariwisata Ketam Kenari yang berkelanjutan, agar anak-cucu kita juga bisa mengenal dan merasakan manfaat dari ketam kenari,” ujar Menase Soruwe.
Sementara itu, Kepala Bidang Teknis BBKSDA Papua Barat, Tasliman, menjelaskan dalam konteks Ketam Kenari tiga fungsi konservasi, yaitu perlindungan, pengawetan, dan pemanfaatan, dapat berjalan berbarengan.
Masyarakat foto bersama dengan tim survei. Foto: Istimewa
"Kami dari BBKSDA lebih menekankan pemanfaatan sumber daya alam secara lestari, agar pemanfaatan ketam kenari supaya terus ada dan tidak merugikan masyarakat. Serta bisa menjadi objek wisata selanjutnya," jelasnya Senin, (04/11)
ADVERTISEMENT
Terkait dengan intensitas jual-beli Ketam Kenari di Piaynemo, Koordinator Area VI Kepulauan Fam dari BLUD UPTD Pengelolaan KKP Kepulauan Raja Ampat, Daud Dimara, menyampaikan terjadi penurunan penjualan Ketam Kenari secara signifikan di Piaynemo dan Kepulauan Fam semenjak bulan Maret 2019. "Kami beberapa kali patroli barang itu (Ketam Kenari, Pen) sudah tidak dijual lagi Piaynemo," ujarnya.
Keberhasilan Piaynemo dalam memenangkan penghargaan Green-Gold (pemenang pertama) dalam ajang Indonesia Sustainable Tourism Award (ISTA) 2019. Setelah penghargaan tersebut, Kepulauan Fam juga dinilai berhasil sebagai tuan rumah dalam rangkaian acara pada Festival Pesona Bahari Raja Ampat 2019.
Reporter: Aditya Nugroho