Konten Media Partner

Melanggar Perintah Presiden soal Lockdown, Wali Kota Sorong: Saya Siap Dipenjara

2 April 2020 9:30 WIB
comment
130
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wali Kota Sorong Lambert Jitmau didampingi Ketua DPRD Kota Sorong dan Kabandara saat meninjau Bandara Deo, Kamis (2/4), foto : Yanti
zoom-in-whitePerbesar
Wali Kota Sorong Lambert Jitmau didampingi Ketua DPRD Kota Sorong dan Kabandara saat meninjau Bandara Deo, Kamis (2/4), foto : Yanti
ADVERTISEMENT
Penutupan Bandara Deo dan Pelabuhan Sorong untuk karantina wilayah, akhirnya resmi diberlakukan sejak 1 April 2020. Hal ini tentunya merupakan langkah tegas yang dilakukan Wali Kota Sorong Lambert Jitmau, sebagai upaya pencegahan penyebaran Virus COVID-19 di wilayah Sorong, Papua Barat.
ADVERTISEMENT
Namun yang jadi persoalan adalah penutupan akses bandara dan pelabuhan yang dilakukan sepihak oleh kepala daerah, ternyata bertentangan dengan instruksi Presiden RI Jokowi yang melarang Pemerintah Daerah (Pemda) menutup bandara dan pelabuhan, karena itu merupakan kewenangan pemerintah pusat. Jika ada kepala daerah yang nekad melakukan hal tersebut, maka terancam hukuman pidana 1 tahun penjara atau denda Rp 100 juta.
Wali Kota Sorong saat meninjau Bandara Deo Sorong, foto : Yanti
Terkait hal tersebut, Wali Kota Sorong Lambert Jitmau angkat bicara. Menurutnya, apa yang dilakukannya semata-mata adalah demi keselamatan dan kesehatan warga Kota Sorong. Dalam hal ini, penutupan bandara dan pelabuhan adalah karantina wilayah, bukan lockdown secara keseluruhan.
"Jangankan dipenjara satu tahun, dipenjara lima tahun juga saya siap. Yang penting warga saya yang ada di Kota Sorong aman dan selamat. Saya hanya menutup bandara dan pelabuhan, bukan lockdown secara keseluruhan. Kalau bandara dan pelabuhan tidak tutup, orang datang bawa virus itu kesini, kita semua yang ada di sorong ini habis. Aktivitas perekonomian di Kota Sorong tetap berjalan, toko sembako masih ada yang buka, bank juga masih buka," bebernya.
Akibat karantina wilayah, didalam Bandara Deo Sorong tampak sepi, foto : Yanti
Oleh sebab itu, sambung Lambert, apa yang diinstruksikan Presiden Jokowi adalah demi kepentingan negara. Sebagai kepala daerah dan Wali Kota Sorong, apa yang diinstruksikannya menutup Bandara Deo dan Pelabuhan Sorong adalah demi kepentingan daerah.
ADVERTISEMENT
"Kalau bandara dan pelabuhan tidak ditutup, maka kota sorong akan sama seperti jakarta, di mana penyebaran virus corona tidak bisa dibendung lagi. Saya tidak mau kota sorong seperti jakarta," tegasnya.
Lanjutnya, apa yang dilakukan Pemerintah Daerah ini adalah baik, semata-mata hanya ingin melindungi dan mengamankan warganya. "Saya menutup bandara dan pelabuhan ini, tidak ada maksud lain. Biar siapa mau bilang apa lagi, saya lebih condong melindungi warga saya yang ada di Kota Sorong," ungkapnya kepada Balleo News, saat ditemui di Bandara Deo Sorong, Kamis (2/4).
Dijelaskannya, sebagaimana diketahui, Kota Sorong merupakan pintu gerbang di tanah Papua dan Papua Barat. Oleh karena itu, jika dirinya lengah dan tidak bisa mengambil keputusan dengan baik, maka masyarakat yang ada di wilayah Sorong khususnya dan Papua Barat umumnya, yang akan menjadi korban.
Penerbangan komersil dihentikan, Bandara Deo Sorong tampak sepi, foto : Yanti
"Saya tutup bandara dan pelabuhan dengan batas waktu yang tidak ditentukan. Kalau kita biarkan pesawat dan kapal masuk terus ke kota sorong, itu sama saja kita memberikan peluang kepada orang-orang yang terinfeksi virus corona masuk kesini," tandasnya.
ADVERTISEMENT
---
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran coronavirus. Yuk, bantu donasi sekarang!