Menelusuri Penjara Angker Peninggalan Belanda yang Kini Jadi Sekolah

Konten Media Partner
28 April 2019 12:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bangunan bekas penjara peninggalan Belanda yang sudah rusak. Foto: Paul/balleo-kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Bangunan bekas penjara peninggalan Belanda yang sudah rusak. Foto: Paul/balleo-kumparan
ADVERTISEMENT
Pulau Doom di Sorong, Papua Barat, sempat dijadikan pusat pemerintahan pada masa penjajahan Belanda. Pada masa itu, Belanda membangun banyak bangunan penunjang di sana. Puluhan tahun setelah penjajahan berakhir, bangunan-bangunan peninggalan Belanda masih bisa dilihat hingga hari ini.
ADVERTISEMENT
Salah satunya adalah kompleks bekas penjara yang sekarang difungsikan sebagai sekolah. Bangunannya tampak sederhana, kuno, dan memiliki gerbang berjeruji besi laiknya sebuah penjara. Gedung ini dinilai angker dan dari penampakannya saja, memang, membuat bulu kuduk bergidik.
Gedung sekolah yang sudah direnovasi, sebelumnya adalah penjara peninggalan Belanda. Foto: Paul/balleo-kumparan
Rafael, salah satu warga, mengatakan bahwa sebagian bangunan di area sekolah itu sudah direnovasi, tetapi masih ada juga gedung penjara yang masih dipertahankan bentuknya. Bagian yang sudah direnovasi digunakan sebagai kelas untuk murid belajar. Sisanya, masih benar-benar dibiarkan apa adanya tanpa direnovasi.
"Ada sebagian bangunan yang sudah direnovasi dijadikan sekolah, sementara lainnya masih dibiarkan apa adanya. Gedung yang telah direnovasi dicat dan letaknya ada di seberang gerbang," jelasnya, Minggu (28/4).
Suasana dalam sekolah. Foto: Paul/balleo-kumparan
Penjara itu sudah tidak utuh, hanya tinggal reruntuhan. Jeruji besi yang berkarat masih ada yang menempel kuat di dinding yang catnya terkelupas dan sudah tak beratap. Tak pelak, kesan angker pun sekilas muncul ketika berjalan di sekitar bekas penjara tersebut.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Doom, Max Samberi, menceritakan sejarah di balik pengalihfungsian bekas penjara tersebut menjadi sekolah. Jadi sebelum sekolah tersebut didirikan, siswa yang lulus dari Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus menyeberangi laut untuk melanjutkan sekolah tingkat SMA di Kota Sorong.
"Dulu sebelum SMA (Negeri 4 Doom) ini ada, siswa yang tamatan SMP harus menyeberang lautan untuk sekolah ke Kota Sorong," ungkapnya, ketika dikonfirmasi, Sabtu (27/4).
Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Doom, Max Samberi. Foto: Paul/balleo-kumparan
Lantas, kenapa harus menggunakan bangunan bekas penjara? Sebab, tidak ada tempat khusus untuk mendirikan sekolah. Kemudian, pihak Pemerintah Kota Sorong bekerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM agar dapat menggunakan bangunan tersebut.
"SMA Negeri 4 Doom belum memiliki tempat tersendiri, sehingga pemerintah (Kota Sorong) membangun kerja sama dengan Kementerian Hukum dan HAM agar bekas penjara Belanda digunakan untuk sekolah," jelasnya.
Papan nama SMA Negeri 4 Doom. Foto: Paul/balleo-kumparan
Keberadaan gedung ini, yang telah menjadi sekolah, juga pernah menelan korban jiwa. Pada tahun 2017 misalnya, dua siswa meninggal dunia karena tiang bangunan tersebut roboh.
ADVERTISEMENT
"Sekolah ini sebelumnya dipalang oleh orang tua siswa karena, tiang bangunan sekolah tersebut roboh, yang mengakibatkan dua orang siswa meninggal dunia," jelas Silvester, warga Doom lainnya, ketika dikonfirmasi Minggu (28/4).
Tampak belakang Penjara yang belum direnovasi hingga kini. Foto:Paul/balleo-kumparan
Pewarta: Paul