Konten Media Partner

Mengenal Bandara Peninggalan Belanda di Kabupaten Tambrauw, Papua Barat

16 Februari 2021 18:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Anak-anak bermain dan menikmati sunset di Bukit Sontiri, Distrik Kebar, Tambrauw, Papua Barat. Foto: Dok.Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak bermain dan menikmati sunset di Bukit Sontiri, Distrik Kebar, Tambrauw, Papua Barat. Foto: Dok.Biro Komunikasi Publik Kementerian Pariwisata
ADVERTISEMENT
Bandar Udara Werur adalah bandar udara yang terletak di Werur, Distrik Bikar, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Bandar udara ini memiliki ukuran landasan pacu 1.200 × 23 m.
ADVERTISEMENT
Bandara ini sejatinya merupakan pangkalan udara tua yang didirikan pada saat Perang Dunia II dan dipergunakan oleh pasukan Jepang dan sekutu secara bergantian. Namun hingga tahun 2012, pangkalan udara ini tidak dipergunakan lagi.
Atas inisiatif pemerintah daerah setempat, pangkalan udara yang terbengkalai tersebut mulai dibangun kembali menjadi sebuah bandar udara dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sejak 2012.
Bandara ini resmi beroperasi pada Tahun 2018 usai diresmikan Direktur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Maria Kristi Endah Murni kalah itu.
Bukit Sontiri di Distrik Kebar, Tambrauw, Papua Barat, salah satu objek wisata yang dapat dikunjungi wisatawan. Foto: Aria Sankhyaadi/kumparan
Hal mendasar yang kini menjadi dampak terhadap jedah penerbangan Susi Air rute Werur tidak lain adalah persoalan penyelesaian pembayaran pemilik hak ulayat oleh Pemerintah Kabupaten Tambrauw. Memang di samping itu pula fasilitas penunjang pun masih belum memadai turut memberikan dampak yang sama.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Kabupaten Tambrauw terus berupaya untuk menyelesaikan persoalan tersebut melalui pembentukan tim untuk turun dan mengukur tanah yang berimbas, kemudia telah mendekati setiap pemilik hak ulayat untuk menetapkan harga tanah. Tentu upaya tersebut diharapkan mencapai kesepakatan dan penyelesaian. Namun lagi, hal tersebut belum mencapai titik terang.
Sementara itu, Nelwan Yeblo selaku Ketua LMA Suku Abun sekaligus salah satu pemilik hak ulayat mengaku saat ini bandara masih ditutup karena Pemerintah Tambrauw belum membayar ganti rugi tanah yang digunakan untuk membangun bandara tersebut.
"Kita selalu menunggu sampai mereka selesaikan pembayaran itu baru bandara ini operasi kembali," akunya kepada media ini di Sorong, Minggu (14/2).
Ketua LMA Suku Abun, Nelwan Yeblo, pemilik hak ulayat
Satu hal yang mesti menjadi pertimbangan pemerintah adalah soal harga tanah setiap meter. Bahwa harga tanah per meter Rp. 10.000 yang telah ditetapkan pemerintah daerah merupakan harga yang tidak berpihak karena dinilai tidak logis. Karena itu dia menawarkan harga yang cocok kepada perintah daerah adalah Rp 500.000 per meter.
ADVERTISEMENT
Diakui bahwa pemerintah daerah telah berjanji untuk membayar tanah tersebut pada awal tahun 2021 namun sampai saat ini belum kunjung terealisasi.
Dia menilai ketika pemerintah mengulur pembayaran ganti rugi ini sampai waktu yang tidak ditetentukan, maka pemerintah sendiri pun tidak mau cepat-cetap penerbangan Susi Air kembali beroperasi ke Werur, Kabupaten Tambrauw. Karena selama persoalan ini masih belum terselesaikan maka selama itulah penerbangan belum bisa beroperasi.
Sentara itu, Wakil Bupati Tambrauw, Mesak Metusala Yekwam, SH mengakui hal tersebut. Menurutnya persoalan ini telah dan sedang ditangani pemerintah. Bukti konkrit, sebutnya pembayaran tanah yang dihitung per meter telah dibayar tahap pertama.
"Jadi wilayah kita masih banyak membutuhkan perhatian bukan cuma satu bagian saja yang diperhatikan melainkan seluruh wilayah yang ada di 12 distrik butuh pembangunan. Karena itu kita selalu bayarnya bertahap bukan sekaligus selesai," jelasnya kepada media ini via telepon pekan lalu.
Mesak Yekwam, SH. Wakil Bupati Tambrauw
Dia pun mengakui bahwa penerbangan Susi Air rute Werur kini terhentikan untuk sementara waktu karena persoalan yang belum terselesaikan.
ADVERTISEMENT
Pemerintah daerah tidak pernah tinggal diam menyikapi setiap persoalan khususnya persoalan di Bandar Udara Werur.
Karena di satu sisi penyerahan penanggung jawab bandara ini ke pihak Bandara Deo Sorong harus mesti sudah dilakukan, namun di lain sisi penyelesaian persoalan tersebut masih belum tuntas. Tentu, katanya ini menjadi alasan dasar bagi pihak Bandara Deo Sorong untuk menghentikan sementara pemerbangan rute Werur.
"Kita semua sadar akan hal tersebut namun kita juga berharap dukungan dari berbagai pihak agar bandara ini kembali beroperasi," ungkapnya bernada harapan.
Terkait hal ini, telah dilakukan upaya konfirmasi kepada Pihak Bandara Deo Sorong namun belum ada tanggapan hingga berita ini dinaikkan.
Reporter: Vini