Pemerhati Lingkungan di Manokwari: Perlu Ada Reklamasi di Pesisir Pantai Maruni

Konten Media Partner
23 Februari 2023 15:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petugas membersihkan jalan Maruni yang dipenuhi batu dan pasir akibat jebolnya talut
zoom-in-whitePerbesar
Petugas membersihkan jalan Maruni yang dipenuhi batu dan pasir akibat jebolnya talut
ADVERTISEMENT
Pemerhati lingkungan di Manokwari, Yohanes Ada' Lebang menaruh perhatian pada jebolnya talut di pantai Maruni pada Selasa (21/2/2023) malam.
ADVERTISEMENT
Ada' Lebang menuturkan wilayah tersebut perlu adanya Reklamasi di Pesisir pantai Maruni.
"Sebelumnya kita sudah pernah mencoba untuk penanaman mangrove, namun kondisinya tidak memungkinkan," ujarnya, Kamis (23/2/2023).
Ia menjelaskan jebolnya talut Pesisir pantai Maruni yang berdekatan dengan Pabrik Semen Conch seharusnya menjadi perhatian juga dari pihak pabrik.
"Pabrik semen harus banyak berkontribusi terkait lingkungan sekitar," jelasnya.
Selain itu, pemerintah daerah juga musti menaruh perhatian serius terhadap lingkungan di Pesisir Pantai Maruni.
"Intervensi pemerintah daerah yakni melihat kembali kajian amdal pabrik semen conch," kata Lebang.
Seharusnya, kata Lebang, Pesisir pantai Maruni menjadi bagian dari pengelolaan pabrik semen conch terkait dengan lingkungan.
"Artinya, wilayah tersebut di proteksi pabrik semen dan menjadi bagian dari perusahaan," kata Dia.
ADVERTISEMENT
"Pabrik harus terlibat dalam persoalan lingkungan dengan CSR nya," tambah Dia.
Jebolnya talut Pesisir Maruni salah satu penyebabnya yakni cuaca ekstrem yang tengah terjadi. Untuk itu, harus ada kajian mendalam terkait topografi dan oceanisentris.
Ia menuturkan kenaikan air laut di wilayah tersebut sudah sering terjadi, namun untuk kejadian hingga jebolnya talut bari kali ini terjadi.
"Perubahan iklan juga mempengaruhi naiknya volume air laut," tuturnya.