Konten Media Partner

Potret Pegiat Literasi di Papua Barat

21 Oktober 2019 21:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Susana kegiatan belajar mengajar,foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Susana kegiatan belajar mengajar,foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Lamek Dowansiba, merupakan salah satu pegiat literasi di Papua Barat. Ia dan kawannya gencar melakukan pemberantasan buta aksara di Pedalaman Papua Barat.
ADVERTISEMENT
Untuk memberantas buta aksara, dirinya membuka taman baca dan menulis, di Pegunungan Arfak, Papua Barat. Aktifitas literas diadakan di ruang tempat mengajar. Ia lakukan ini sejak tahun 2015 lalu, sejak masih aktif dalam aktivis. Taman baca yang ia buka pertama kali di Kampung Maisepi, Distrik Manokwari Selatan, Provinsi Papua Barat.
" Jika tidak diterapkan sejak dini, maka pola membaca dan menulis akan ditinggalkan adik-adik, karena pesatnya kemajuan teknologi dan informasi yang saat ini sangat dekat dengan generasi muda khususnya di Papua Barat. Dengan di bentuk leterasi ini Sumber daya Manusia (SDM) akan lebih maju," ujarnya, Senin (21/10).
Lamek mengakui termotivasi untuk membuat literasi, karena di Papua Barat masih banyak buta aksara. "Saya termotivasi bangun literasi, sebab ingin anak- anak Papua, cerdas dan bisa bersaing dengan dengan dunia luar," katanya.
Susana para pegiat literasi sedang mengajar, foto: Istimewa
Dikatanya, untuk mencerdaskan anak bangsa itu diukur kualitas pendidikan. Banyak negara- negara seperti, Amerika, Cina, Jepang, Rusia menjadikan pendidikan sebagai panglima, sebab di negara maju pendidikan itu penting.
ADVERTISEMENT
Lamek mengakui, fokus pemerintah lebih pembangunan infrastruktur, dan sedikit mengaibakan SDM. "Memajukan pendidikan itu menjadi tanggung jawab bersama, sesuai amanat Undang- Undang tahun 1945," bebernya.
terpenting itu aspek pembangunan nasional adalah untuk mencerdaskan anak bangsa. Literasi harus hadir sebagai penggerak sistem pendidikan di Papua Barat" katanya.
"Indeks pembangunan manusia masih sangat rendah di Papua Barat, ini menjadi sebuah tantangan. Kalau berharap pemerintah saja, pendidikan tidak akan maju," tegasnya.
Para pegiat literasi sedang mengarahkan anak Papua, foto: Istimewa
Ia pun heran dengan anggaran yang dikucurkan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah melalui dana Otonomi Khusus (Otsus), APDN dan APBN, namun sistem pedidikan masih terbelakang.
"Sejak berkecimpung di dunia literasi, kami sudah membagikan buku- buku mata pelajaran di Pengunungan Arfak, di kampung Sururei, Menyambouw, Nuni, Kampung Maisepi, Pantura, dan Mupi," tegasnya.
Suasana mengajar anak papua menulis, foto: Istimewa
Reporter: Edi Musahidin
ADVERTISEMENT