Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1

ADVERTISEMENT
Jalan Trans Papua Barat Manokwari-Bintuni, yang menghubungkan tiga (3) kabupaten yakni Manokwari, Manokwari Selatan, dan Teluk Bintuni kondisinya memprihatinkan.
ADVERTISEMENT
Kondisi yang ada di salah satu ruas jalan yang masuk dalam program nawacita Presiden Jokowidodo, ini sudah berlangsung lebih kurang 2 bulan, baik pengemudi maupun penumpang bisa merasakan sensasi ‘mandi’ lumpur.
"Kurang lebih sudah 13 tahun saya berprofesi sebagai sopir mobil jalur Manokwari-Bintuni, namun kali ini memang benar-benar jalannya sudah rusak parah. Kondisi jalan seperti ini bisa merusak mobil,” tutur salah seorang sopir, Jamaludin ketika ditemui, Selasa (28/5).
Diketahui, ruas Manokwari-Bintuni merupakan salah satu ruas jalan Trans Papua yang ada di Provinsi Papua Barat, dan masuk dalam jalan strategis nasional.
Jamal demikian ia disapa melanjutkan, tidak ada jalur alternatif yang bisa dilintasi untuk bisa menjangkau tiga daerah tersebut. Pasrah dan coba bersahabat dengan kondisi yang ada adalah cara yang manjur untuk menghilangkan kekhawatiran saat berada di ruas jalan yang dipenuhi kubangan lumpur tanah lempung.
ADVERTISEMENT
“Mau tidak mau, suka tidak suka demi kebutuhan hidup kita jalani saja. Kalau ongkos penumpang tidak saya naikan harganya, mengingat semua sopir pun begitu, yang terpenting saya bisa mengantar penumpang sampai di tujuan dengan selamat,” ucap Jamal.
Ruas jalan dari Manokwari-Bintuni sudah terhubung dan teraspal, kecuali di titik Mameh, kabupaten Manokwari Selata sepanjang lebih kurang 20 kilometer masih berupa tanah.Kondisi tanah yang labil membuat ruas ini hanya dapat dilintasi mobil Four-Whee-Drive (4WD).
“Kalua jalan lagi kering biasa ditempuh dalam perjalan darat selama 6 jam, dari Bintuni menuju Manokwari, demikian pun arah sebaliknya. Jalan yang rusak parah hanya di batas Kampung Mameh, arah Bintuni-Manokwari Selatan, sedangkan arah sebaliknya dari Kampung Tahota sekitar 4 kilometer,” jelas Jamal.
ADVERTISEMENT
Untuk membantu para pengendara serta penumpang, kata Jamal, pemerintah kabupaten (Pemkab) Teluk Bintuni menyiagakan satu unit eksavator, untuk menarik kendaraan yang terjebak di dalam kubangan lumpur. Sayangnya, upaya itu hanya temporer saja.
“Pada siang hingga sore hari saja ada eksavator, malam harinya operator alat berat sudah istirahat,” ujarnya.
Sensasi ‘mandi’ lumpur, diutarakan juga oleh Sundari, pengguna jasa transportasi darat jalur Manokwari-Bintuni ini. Bahkan, ia mengaku pernah harus bermalam di perjalanan akibat kondisi jalan yang rusak parah sehingga tidak bisa dilintasi mobil yang ditumpanginya.
“Saya menginap, selama 24 jam di perjalanan karena medan yang berlumpur sampai seukuran pinggang orang dewasa dalamnya,” kenang Sundari.
Menurut Sundari, saat itu ada sekira 30- an lebih kendaraan yang terjebak. “Saya bersama penumpang lainya pun sempat jalan kaki sejauh 4 kilometer untuk menunggu mobil bisa lolos dari kubangan lumpur,” tukasnya.
ADVERTISEMENT
Mewakili suara masyarakat pengguna jasa transportasi, Sundari berharap ada perhatian dari pemerintah terhadap kondisi ruas jalan tersebut. Mengingat, ruas jalan yang ada itu juga menjadi urat nadi perekonomian baik mobilisasi arus manusia maupun arus barang lintas kabupaten di Papua Barat.
Pewarta : Wawan
Editor : Abdul R.F