Konten Media Partner

Suling Tambur, Budaya Papua Jadi Festival di Raja Ampat

1 Desember 2019 11:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Permpuan di Raja Ampat sedang meniup suling, foto: Aditya Nugroho
zoom-in-whitePerbesar
Permpuan di Raja Ampat sedang meniup suling, foto: Aditya Nugroho
ADVERTISEMENT
Secara umum, suling tambur merupakan bagian dari budaya Papua. Namun di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, suling tambur menjadi festival yang diselenggarakan setiap tahun.
ADVERTISEMENT
Meski suling tambur budaya Papua pada umumnya, tetapi sudah menjadi kultur masyarakat Raja Ampat, dan menjadi salah satu icon.
Festival suling tambur 2019 yang ke tiga kalinya dipusatkan di Pulau Fam, Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Raja Ampat, Papua Barat, yang di ikuti tujuh belas distrik yang ada di Raja Ampat.
Parade suling tambur di Desa Pam, Distrik Waigeo Barat Kepulauan, Raja Ampat. Foto: Aditya Nugroho
"Kami pemerintah daerah melihat perlu diangkat menjadi sebuah festival. Ini budaya yang mempersatukan masyarakat Raja Ampat", Ujar Bupati, Abdul Faris Umlati saat membuka kegiatan tersebut. Sabtu, (30/11).
Lanjut Faris, festival hadir tidak hanya sebagai lomba. Namun harus menjadi daya tarik wisatawan yang hadir, sekaligus menjadi warna untuk festival-festival lainya.
"Kami pemerintah daerah berharap, seluruh lapisan masyarakat dapat mendukung festival ini. Karena ini bagian dari kebersmaan, kekeluargaan ditengah-tengah kemajemukan masyarakat Raja Ampat," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Bupati juga mengingatkan kepada seluruh organisasi perangkat daerah (OPD) untuk saling mendukung jika ada event-event seperti festival.
Peserta suling tambur. Foto Aditya Nugroho
"Kedepan setiap festival harus libatkan semua pemangku kepentingan, terutama Mereka operator wisata. Seperti yang memiliki resort-resort. Untuk hadirkan wisatawan mancanegara saat kegiatan berlangsung. Sehingga bisa membantu perekonomian masyarakat setempat," ungkap Faris.
Suling tambur sendiri berada di Raja Ampat bertepatan dengan masuknya injil. Tepatnya pada abad ke-18. Hal tersebut disampaikan ketua dewan kesenian Raja Ampat, Alfius Mirino.
"Dahulu suling tambur hanya dilaksanakan saat kegiatan-kegiatan gereja. Namun seiring berjalannya waktu, suling tambur bisa di nikmati banyak orang. Dan lagu-lagu yang dimainkan lewat suling juga sudah beraferiasi. Kini sudah menjadi event tahunan di Raja Ampat," ungkapnya.
Mama-mama saat meniup suling. Foto : Aditya Nugroho
Reporter: Aditya Nugroho
ADVERTISEMENT