Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kognitif, Konstruktivisme, dan Metakognitif: Tiga Pilar dalam Dunia Pembelajaran
1 Oktober 2024 6:33 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Balqis Meira Salwa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
A. Teori Belajar Kognitif
Kognitif dilihat dari segi perkembangannya sebenarnya merupakan perkembangan pikiran melalui proses berpikir dari otak yang digunakan untuk mengenali, Permainan berlandasakan Keterampilan Proses mengetahui, dan memahami. Perkembangan kognitif sangat erat kaitannya dengan perkembangan intelektual dan pertumbuhan mental. Teori perkembangan kognitif menurut Piaget dalam Harlock menyatakan bahwa anak secara aktif membangun pengetahuan dan pemahamannya melalui empat tahapan perkembangan kognitif. Perkembangan kognitif merupakan aspek perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengetahuan yang mana seorang individu mampu mempelajari dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan lingkungan di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Berkaitan dengan hal tersebut penulis akan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya mutu perkembangan kognitif anak di antaranya:
a. Faktor internal merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia dini yang berasal dari diri anak sendiri. Faktor internal meliputi:
Teori yang mendukung faktor ini adalah teori nativisme yang dipelopori oleh filosof yang bernama Schopenhaur. Teori tersebut berpendapat bahwa perkembangan anak telah ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir, faktor-faktor itulah yang dinamakan dengan faktor pembawaan dan pembawaan yang telah terdapat pada waktu anak dilahirkan itulah yang akan menentukan perkembangannya kelak.
Tiap anak memiliki organ tersebut dapat dikatakan matang apabila telah mencapai kesanggupan dalam menjalankan fungsinya masing-masing. Faktor kematangan ini berhubungan dengan usia kronologis atau usia kalender.
ADVERTISEMENT
Minat mengarahkan pada dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan bakat pada dasarnya merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan agar dapat terwujud.
b. Faktor eksternal merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif anak usia dini yang berasal dari luar. Faktor eksternal ini meliputi:
Teori yang mendukung faktor ini adalah teori empirisme yang dikembangkan oleh John Locke dengan teorinya yang dinamakan dengan tabula rasa. Menurut John Locke, anak dilahirkan seperti kertas putih yang bersih tanpa noda (belum ada tulisan sedikit pun), namun dalam perkembangannya kertas tersebut menjadi penuh dengan tulisan, dan bagaimana tulisan tersebut akan ditentukan oleh faktor lingkungan. Menurutnya, perkembangan kognitif anak akan sangat ditentukan oleh berbagai pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya lingkungan di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Pembentukan merupakan segala keadaan di luar diri anak yang mempengaruhi perkembangan kognitifnya. Pembentukan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu pembentukan sengaja (pendidikan di sekolah ) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar).
Kebebasan merupakan keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa anak dapat memilih metode-metode tertentu dalam menyelesaikan tugasnya ataupun memecahkan masalah-masalahnya, dan termasuk dalam memilih maslah sesuai dengan kebutuhannya.
B. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan fasilitasi orang lain, sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri (Rangkuti, 2014).
ADVERTISEMENT
Model Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut Yuliatiningsih, MS dan Irianto, DM. (2009, p. 31) langkah-langkah Pembelajaran Model Konstruktivisme ada 4 yaitu:
Pada tahap ini siswa didorong untuk mengungkapkan pengetahuan awal tentang konsep yang akan dipelajari. Guru memancing dengan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan fenomena kehidupan sehari-hari yang mengkaitkan konsep yang akan dibahas.
Pada tahap ini siswa diajak untuk menemukan konsep melalui penyelidikan, pengumpulan data melalui suatu kegiatan yang dirancang oleh guru. Kegiatan eksplorasi dapat berupa pengamatan, percobaan, diskusi, tanya jawab, mencari informasi melalui buku atau surfing di internet secara berkelompok.
Pada tahap ini siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya. Tugas guru memberikan penguatan bukan memberi informasi. Dengan demikian siswa sendiri yang membangun pemahaman baru tentang konsep yang sedang dipelajari. Bila konsepsinya (pengetahuan awalnya) benar, maka siswa menjadi tidak ragu-ragu lagi tentang konsepsinya. Bila konsepsinya (pengetahuan awalnya) salah, maka eksplorasi akan merupakan jembatan antara konsepsi siswa dengan konsep baru.
ADVERTISEMENT
Pada tahap ini guru berusaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konsepnya. Guru memunculkan isi-isu dilingkungan yang dapat dipecahkan melalui pemahaman konsep yang telah diperoleh. Dengan demikian diharapkan konsep yang dipelajarinya akan bermakna.
C. Teori Belajar Metakognitif
Flavel (Jonassen, 2000 : 14) memberikan definisi metakognitif sebagai kesadaran seseorang tentang bagaimana ia belajar, kemampuan untuk menilai kesukaran sesuatu masalah, kemampuan untuk mengamati tingkat pemahaman dirinya, kemampuan menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, dan kemampuan menilai kemajuan belajar sendiri. Sementara menurut Margaret W. Matlin (Desmita, 2006 : 137), metakognitif adalah “knowledge and awareness about cognitive processes – or our thought about thinking”
ADVERTISEMENT
Penerapan Metakognitif & Belajar
Menurut John Flavell, langkah-langkah dalam pelaksanaan metakognitif dalam pembelajaran adalah:
1. Planning atau aktivitas merencanakan
2. Knowledge atau ilmu yang akan menjadi acuan saat dibutuhkan
3. Strategies to use to get there atau menyusun strategi
4. Monitoring progress atau proses pemantauan
5. Evaluationg atau evaluasi
6. Terminating atau menyimpulkan hasil.
Asnawir, dan M. Basyiruddin Usman menjelaskan bahwa Media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan materi pengajaran yang terdiri dari buku tape recorder, kaset video, kamera, recorder, film, gambar, bingkai dan komputer. Dengan kata lain media merupakan komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan murid yang dapat merangsang murid untuk belajar. Selain E-Learning, penerapan metakognitif dalam media pembelajaran bisa juga dengan membuat media pembelajaran yang inovatif. Guru sebagai ujung tombak keberhasilan perubahan pola pendidikan diharapkan dapat menciptakan inovasi pembelajaran yang mengarah pada pengembangan potensi peserta didik.
ADVERTISEMENT
.
.
.
Dosen Pengampu: Ibu Maolidah, M.Psi.
Daftar Pustaka
Asnawir, dan M.Basyiruddin Usman. (2002). Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers
Ahmad Susanto. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Kencana
Desmita.(2006). Psikologi Perkembangan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Desmita. 2013. Psikologi Perkembangan. Bandung. Remaja Rosdakarya
Nova Ardi Wiyani, 2014. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Gava Media
Jonassen, D.(2000). Toward a Design Theory of Problem Solving To Appear in Educational Technologi : Research and Depelopement. [online] http://www.coe.missouri.edu/~jonassen/PSPaper%20 final.pdf
Puspitasari, I. (2019). Penerapan Metakognitif dalam Media Pembelajaran. Jurnal Tadarus: Jurnal Pendidikan Islam.
Rangkuti, NA. 2014. Konstruktivisme Dan Pembelajaran Matematika. Jurnal Darul ‘Ilmi Vol. 02, No. 02 Juli 2014.
Supardan, H. D. (2016). Teori dan praktik pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran. Edunomic Jurnal Pendidikan Ekonomi, 4(1).
ADVERTISEMENT
Yuliatiningsih, MS dan Irianto, DM. (2009). Pendidikan IPA di Sekolah Dasar. Bandung: UPI KAmpus Cibiru.