Konten dari Pengguna

Memahami Tipologi Belajar Anak Didik: Kunci Sukses Pembelajaran Individual

Balqis Meira Salwa
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
20 Oktober 2024 14:18 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Balqis Meira Salwa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mental health awareness concept. Sumber: Freepik.com.
zoom-in-whitePerbesar
Mental health awareness concept. Sumber: Freepik.com.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
a. Hakikat Tipologi Belajar
Pendidik dalam hal ini berperan sebagai fasilitator saja dan memungkinkan meningkatnya kemampuan belajar siswa. Kemandirian belajar adalah suatu aktivitas yang didorong oleh kemauan, niat, pilihan dan tanggung jawab dari siswa (Pratama & Pratiwi dalam Wahyuni 2020). Kegiatan belajar mandiri yang dilakukan oleh siswa memunculkan beberapa tipologi belajar. Tipologi belajar merupakan kombinasi dari kemampuan seseorang dalam menyerap, mengatur, dan mengolah informasi belajar (Suparman dalam Wahyuni 2020).
ADVERTISEMENT
b. Macam-Macam Tipologi Belajar
Macam-macam tipe belajar siswa ke dalam 3 (tiga) bagian yaitu Visual, Auditorial, dan Kinestetik yang biasa disingkat menjadi V-A-K.
Orang visual akan lebih memahami melalui apa yang mereka lihat. Warna, hubungan ruang, potret mental dan gambar menonjol dalam modalitas ini. Adapun beberapa ciri orang dengan tipe belajar visual, yaitu:
a. Rapi, teratur, memperhatikan segala sesuatu dan menjaga penampilan,
b. Berbicara dengan cepat,
c. Lebih suka membaca daripada dibacakan dan pembaca yang cepat,
d. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon atau dalam rapat,
e. Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato,
f. Lebih menyukai seni gambar daripada musik.
Orang dengan tipe ini akan lebih memahami sesuatu melalui apa yang mereka dengar. Modalitas ini mengakses segala jenis bunyi dan kata. Musik, irama, dialog internal dan suara menonjol pada tipe auditori. Seseorang yang sangat auditori memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
a. Suka berbicara kepada diri sendiri saat bekerja,
b. Perhatiannya mudah terpecah dan mudah terganggu oleh keributan,
c. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan,
d. Lebih suka musik daripada seni gambar,
e. Merasa kesulitan untuk menulis dan lebih suka mengucapkan secara lisan,
f. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat.
Orang dengan tipe kinestetik belajar melalui gerak, emosi dan sentuhan. Modalitas ini mengakses pada gerakan, koordinasi, irama, tanggapan emosional, dan kenyamanan fisik. Ciri-ciri orang dengan tipe belajar kinestetik yaitu:
a. Berbicara dengan perlahan,
b. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka saat berbicara,
c. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat,
d. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca,
ADVERTISEMENT
e. Tidak dapat diam untuk waktu yang lama,
f. Kemungkinan tulisannya jelek.
c. Jenis-Jenis Belajar Menurut Robert M. Gagne
Menurut Robert M. Gagne belajar mempunyai 8 tipe. Kedelapan tipe ini bertingkat- ada hirarki dalam masing-masing tipe. Setiap tipe belajar merupakan prasyarat bagi tipe belajar di atasnya. Tipe belajar dikemukakan oleh Gagne pada hakikatnya merupakan prinsip umum baik dalam belajar maupun mengajar.
Dapat diartikan sebagai penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat involuntary ( tidak sengaja dan tidak disadari tujuannya). Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah diberikannya stimulus (signal) secara serempak dan perangsang-perangsang tertentu secara berulang kali.
ADVERTISEMENT
Bila tipe di atas digolongkan dalam jenis classical condition, maka belajar 2 ini termasuk ke dalam instrumental conditioning atau belajar dengan trial and error (mencoba-coba). Proses belajar bahasa pada anak-anak merupakan proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah faktor inforcement. Waktu antara stimulus pertama dan berikutnya amat penting. Makin singkat jarak S-R dengan S-R berikutnya, semakin kuat reinforcement.
Chaining adalah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R (Stimulus-Respons) yang satu dengan yang lain. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini antara lain, secara internal anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal. Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, dan reinforcement tetap penting bagi berlangsungnya proses chaining. Rangkaian atau rantai dalam chaining adalah semacam rangkaian antar S-R yang bersifat segera. Hal ini terjadi dalam rangkaian motorik, seperti gerakan dalam mengikat sepatu, makan, minum, atau gerakan verbal seperti selamat tinggal, bapak-ibu.
ADVERTISEMENT
Suatu kalimat “unsur itu berbangun limas” adalah contoh asosiasi verbal. Seseorang dapat menyatakan bahwa unsur berbangun limas kalau ia mengetahui berbagai bangun, seperti balok, kubus, atau kerucut. Hubungan atau asosiasi verbal terbentuk jika unsur-unsurnya terdapat dalam urutan tertentu, yang satu mengikuti yang lain.
Discrimination learning atau belajar membedakan. Tipe ini peserta didik mengadakan seleksi dan pengujian di antara perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-pola respons yang dianggap paling sesuai. Kondisi utama berlangsung proses belajar ini adalah anak didik sudah mempunyai pola aturan melakukan chaining dan association serta pengalaman (pola S-R). Tipe belajar ini adalah pembedaan terhadap berbagai rangkaian. Seperti membedakan berbagai bentuk wajah, waktu, binatang, atau tumbuh-tumbuhan.
ADVERTISEMENT
Konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil membuat tafsiran terhadap fakta. Dengan konsep dapat digolongkan binatang bertulan belakang menurut ciri-ciri khusus (kelas), seperti kelas mamalia, reptilia, amphibia, burung, ikan. Dapat pula digolongkan, manusia berdasarkan ras (warna kulit) atau kebangsaan, suku bangsa atau hubungan keluarga. Kemampuan membentuk konsep ini terjadi jika orang dapat melakukan diskriminasi.
Hukum, dalil atau rumus adalah rule (aturan). Tipe belajar ini banyak terdapat dalam semua pelajaran di sekolah, seperti benda memuai jika dipanaskan, besar sudut dalam segitiga sama dengan 180 derajat. Belajar aturan ternyata mirip dengan verbal chaining (rangkaian verbal), terutama jika aturan itu tidak diketahui artinya. Oleh karena itu setiap dalil atau rumus yang dipelajari harus dipahami artinya.
ADVERTISEMENT
Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para peserta didik belajar merumuskan memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, yang mempergunakan berbagai kaidah yang telah dikuasainya. Belajar memecahkan masalah itu berlangsung sebagai berikut: Individu menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya semacam kesulitan.
d. Perbedaan Individual
Dalam psikologi perkembangan, perbedaan antara individu satu dengan yang lainnya amat berbeda baik dari segi fisik maupun psikologis. Pendidikan menjelaskan perbedaan yang berkaitan dengan individu yaitu perbedaan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak antara siswa. Masalah individu menjadi perhatian besar dalam kajian psikologi. Perbedaan individu merupakan faktor penting sebagai dasar pengembangan dan pengajaran. Perbedaan dalam proses pengajaran yaitu perbedaan kemampuan, bakat, minat dan cara belajar siswa (Sumadi dalam Bebasari 2022).
ADVERTISEMENT
Dari beberapa perbedaan yang di jelaskan di atas, pembahasan mengenai perbedaan individu penulis mencoba mengklasifikasikan menjadi tiga aspek yaitu:
Merupakan perbedaan yang sering kita jumpai pada jasmani individu. Pada anak kembar pun mempunyai perbedaan jasmani. Artinya dalam hal-hal tertentu anak kembar memiliki kesamaan dan perbedaan, entah itu jenis kelamin, bentuk tubuh, warna kulit, warna rambut, mata dan sebagainya. Semua itu adalah ciri-ciri individu yang dibawa sejak lahir.
Dalam dunia pendidikan hal ini disebabkan oleh intelegensi individu yang ikut dalam mempengaruhi keberhasilan belajar anak didik. Setiap individu pasti berbeda tingkat intelegensi mereka, dapat dilihat pada hasil rapor dan tes kemampuan yang dilakukan oleh guru. Keaktualan itu dikarenakan intelegensi adalah unsur yang ikut mempengaruhi keberhasilan belajar anak didik.
ADVERTISEMENT
Dalam aspek psikologis yang tidak dapat dihindarkan di sekolah karena faktor pembawaan dan faktor lingkungan yang mempengaruhi perbedaan pada individu. Hal ini dapat dilihat pada perbedaan yang terjadi pada masing-masing individu, ada yang suka marah, ada yang mudah senyum, ada yang berjiwa sosial dan ada yang egois karena semuanya dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan tempat individu itu tinggal.
e. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Individual dalam Belajar
Ada dua jenis emosi, yang ditandai dengan perasaan menyenangkan dan negatif. Emosi yang berpengaruh baik dalam belajar antara lain kebahagiaan, kepuasan, dan rasa aman. Ini juga dapat memiliki efek yang merugikan pada proses berpikir dan belajar jika emosi negatif seperti ketakutan, ketakutan dan murka hadir. Menurut Peter Salovey dan John Mayer (1990), kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk secara akurat dan adaptif merasakan, mengekspresikan, memahami, dan menggunakan emosi diri sendiri dan orang lain untuk membantu aliran pikiran seseorang, seperti berada dalam suasana hati yang baik ketika seseorang sedang berpikir kreatif, dan mengukur emosi diri sendiri dan orang lain, seperti kemampuan mengendalikan amarah.
ADVERTISEMENT
Dalam psikologi, istilah "motivasi" mengacu pada keadaan pikiran internal yang mengilhami, membimbing, dan menopang perilaku. Di bidang psikologi motivasi, peneliti melihat bagaimana dan mengapa orang memulai tindakan tertentu yang diarahkan pada tujuan, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memulai aktivitas, dan bagaimana siswa yang gigih berjuang untuk mencapai tujuan mereka. Pelajar yang termotivasi lebih mungkin untuk berhasil. Faktor pendorong di balik kegiatan belajar, motivasi inilah yang membuat siswa tetap tertarik untuk belajar. Usaha siswa akan didorong oleh keinginan yang kuat untuk belajar.
Perasaan menyukai sesuatu serta tertarik untuk melakukannya atas kemauan sendiri adalah apa yang kita maksudkan ketika kita berbicara tentang minat. Pengakuan hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri sendiri dapat dipahami sebagai esensi minat. Semakin besar kekuatan hubungan atau tingkat kedekatan, semakin tinggi tingkat kepentingannya.
ADVERTISEMENT
f. Cara Mengatasi Perbedaan Individual
Upaya yang bisa dilakukan pendidik dalam mengatasi perbedaan individu dalam belajar:
1. Menemukan Pendekatan Terbaik untuk Pendidikan,
2. Strategi pembelajaran yang hanya melibatkan membaca mungkin tidak cocok untuk anak-anak yang mengandalkan kemampuan pendengaran mereka. Di sisi lain, penjelasan saja tidak cukup bagi sebagian anak untuk memahami konsep yang disajikan,
3. Memberi Siswa Perlakuan yang Setara,
4. Memberikan Inspirasi yang Tepat,
5. Membangun jalur komunikasi yang produktif dengan siswa pertama-tama membutuhkan kesadaran dan apresiasi terhadap karakteristik unik yang dibawa anak-anak ke dalam kelas. Siswa A mungkin lebih antusias dalam menanggapi kritik, tetapi Siswa B lebih cenderung memanfaatkan kritik sebagai pemacu untuk meningkatkan pekerjaannya.
.
.
.
ADVERTISEMENT
Dosen Pengampu: Ibu Maolidah, M.Psi.
Daftar Pustaka
Bebasari, M., & Suhaili, N. (2022). Perbedaan Individu di dalam Psikologi Pendidikan. Indonesian Journal of Counseling and Development, 4(1), 1-8.
Rananta, J. E., & Tando, D. (2022). Strategi Pendidik Menangani Perbedaan Individu dalam Proses Pembelajaran. Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen, 7(2), 237-251.
https://psikologi.uma.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/Faktor-faktor-yang-Mempengaruhi-Hasil-Belajar.pdf
Wahyuni, P. L. (2020). Analisis Tipologi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Daring Pada Pembelajaran Matematika Siswa di Jenjang SMA. (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Ganesha).