Konten dari Pengguna

Perjalanan Spiritual dalam Tiga Lembar Kartu Pos

Balqis Meira Salwa
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
22 Mei 2024 12:14 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Balqis Meira Salwa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sumber: Dokumen Pribadi
Puisi "Tiga Lembar Kartu Pos" karya Sapardi Djoko Damono adalah sebuah karya sastra yang ditulis pada tahun 1975 dan termasuk ke dalam manuskrip puisi "Hujan Bulan Juni". Puisi ini memiliki tema ketuhanan dan memiliki makna yang dalam bagi pembacanya. Dalam puisi Tiga Lembar Kartu Pos, terdapat unsur pembangun puisi terdiri dari pengimajian (citraan), majas dan amanat.
ADVERTISEMENT
(1)
soalnya kau tak pernah tegas menjelaskan keadaanmu, tak pernah tegas
mengakui bahwa harus menyelesaikan perkaramu dengan-Ku
suratmu dulu itu entah di mana, tidak di antara bintang-bintang,
tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat
masih Kuingat benar: alamat-Ku kau tulis dengan sangat tergesa,
Kubayangkan tanganmu gemetar, tanda bahwa ada yang
ingin lekas-lekas kau sampaikan pada-Ku
Pengimajian (citraan)
• “tak pernah tegas mengakui bahwa harus menyelesaikan perkaramu dengan-Ku”, ada citraan kebingungan atau ketidakpastian seseorang dalam hubungannya dengan yang lain.
• “suratmu dulu itu entah di mana, tidak di antara bintang-bintang, tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat”, menciptakan citraan tentang kehilangan dan kebingungan yang lebih dalam lagi.
ADVERTISEMENT
• “kubayangkan tanganmu gemetar”, menggambarkan ketegangan dan kegelisahan dalam berkomunikasi.
Majas
• Metafora: “tak pernah tegas menjelaskan keadaanmu” merupakan penggunaan metafora untuk menyatakan bahwa orang yang dituju tidak pernah jelas dalam menjelaskan keadaanya.
• Hiperbola: “tak pernah tegas mengakui” adalah hiperbola yang digunakan untuk menekankan ketidaktegasan seseorang dalam mengakui sesuatu.
• Personifikasi: “suratmu dulu itu entah di mana, tidak di antara bintang-bintang, tidak di celah awan, tidak di sela-sela sayap malaikat” merupakan personifikasi karena memberikan sifat manusia pada sebuah surat, yang seakan-akan bisa ada di tempat-tempat tertentu.
• Imaji: “kuyabangkan tanganmu gemetar” merupakan penggunaan imaji untuk membangun citraan tentang kegelisahan dan ketegangan yang dialami seseorang saat menulis.
Amanat
Amanat dalam puisi tersebut mungkin menggambarkan kesedihan atau kekecewaan seseorang atas ketidakjelasan dan ketidakpastian dalam hubungan. Ada kesan bahwa penulis ingin menyampaikan pesan kepada seseorang yang tidak pernah menjelaskan keadaannya dengan jelas dan tidak tegas mengakui kebutuhan untuk menjelaskan masalah bersama. Amanatnya bisa berupa kebutuhan akan komunikasi yang jujur dan terbuka, serta pentingnya kesediaan untuk menyelesaikan konflik atau masalah bersama-sama.
ADVERTISEMENT
(2)
kau di mana ini? sebenarnya saja: pernahkah kau tulis surat itu?
pernahkah sekujur tubuhmu mendadak dingin ketika
kau lihat bayang-bayang-Ku yang tertinggal di kamarmu?
mungkin aku keliru, mungkin selama ini kau tak pernah merasa
memelihara hubungan dengan-Ku, tak pernah ingat akan
percakapan kita yang panjang perihal topeng yang
pergantung di dinding itu
bagaimanapun aku ingin tahu di mana kau kini
Pengimajian (citraan)
Puisi tersebut mengekspresikan gambaran hubungan spiritual antara individu dengan Tuhan. Citra bayangan Tuhan yang tertinggal di kamarnya menggambarkan kesadaran akan keberadaan-Nya, sementara pertanyaan-pertanyaan retoris menyoroti keraguan dan kerinduan akan hubungan tersebut. Metafora topeng yang bergantung di dinding mencerminkan aspek-aspek kepalsuan atau perlunya jujur dalam hubungan tersebut. Keseluruhan puisi menciptakan suasana introspeksi dan pertanyaan tentang keberadaan spiritual dan hubungan dengan yang Maha Kuasa.
ADVERTISEMENT
Majas
• Personifikasi: “bayang-bayang-Ku” memberikan atribut manusia pada konsep Tuhan, menciptakan gambaran visual tentang keberadaan-Nya yang hadir dalam kehidupan individu.
• Simile: “sekujur tubuhmu mendadak dingin” menggunakan perbandingan untuk menggambarkan sensasi fisik yang dirasakan individu saat menyadari kehadiran Tuhan, seperti sensasi dingin yang mungkin terjadi secara fisik namun juga mencerminkan perasaan spiritual.
• Metafora: “ pergantung di dinding” digunakan untuk menciptakan gambaran tentang aspek kepalsuan atau hal-hal yang disembunyikan dalam hubungan spiritual.
Amanat
Amanat dalam puisi tersebut adalah untuk mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan spiritual mereka dengan Tuhan. Puisi tersebut menyoroti pertanyaan-pertanyaan yang menggugah kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam kehidupan sehari-hari, serta keraguan dan kerinduan yang mungkin dirasakan individu terhadap hubungan tersebut.
ADVERTISEMENT
(3)
anakmu yang tinggal itu menulis surat, katanya antara lain, “...
alamat-Mu kudapati di tong sampah, di antara surat-surat yang
dibuang ayah; hanya sekali ia pernah
menyebut-nyebut nama-Mu, yakni ketika aku meraung
karena dihalanginya mengenang topeng yang ...”
rupanya ia ingin mengajak-Ku bercakap tentang mengapa aku
sengaja memberimu hadiah topeng di hari ulang tahun-
mu dulu itu
siasatnya pasti siasatmu juga; menatap tajam sambil menuduh
bahwa kunfayakun-Ku sia-sia belaka
Pengimajian (citraan)
• Tong sampah: digambarkan sebagai tempat di mana alamat Tuhan “kudapati”, mencerminkan kesan bahwa Tuhan sering diabaikan atau dilupakan oleh manusia, bahkan hingga ke tempat yang dianggap remeh seperti tong sampah.
• Surat-surat yang dibuang ayah: melambangkan pengabaian terhadap komunikasi dengan Tuhan. Ini menyoroti sikap manusia yang sering kali mengabaikan atau menolak hubungan spiritual,
ADVERTISEMENT
• Topeng: topeng yang dihadiahkan di hari ulang tahun Tuhan merupakan metafora untuk kepalsuan atau ketidakjujuran dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Ini menggambarkan situasi di mana individu menyembunyikan atau mengelak dari kebenaran spiritual.
• Kunfayakun: istilah ini merupakan referensi kepada ayat dalam Al-Qur’an yang berarti “jadilah” atau “jadi akan terjadi”. Penggunaan istilah ini menekankan kekuasaan Tuhan dan menunjukkan ketidakpuasan individu terhadap keputusan atau kehendak-Nya.
Majas
• Personifikasi: “alamat-Mu kudapati di tong sampah”, Tuhan disamakan dengan manusia, memberikan atribut manusia pada Tuhan untuk mengekspresikan keputusasaan atau ketidakpuasan akan pengabaian hubungan spiritual.
• Simile: “di antara surat-surat yang dibuang ayah”, puisi menggunakan perbandingan untuk menekankan bagaimana Tuhan diabarkan atau dianggap remeh, seperti surat-surat yang dibuang oleh ayah.
ADVERTISEMENT
• Metafora: pemberian topeng di hari ulang tahun Tuhan dijadikan metafora untuk menggambarkan tindakan atau peristiwa yang mungkin bertentangan dengan kehendak atau kehendak Tuhan, menciptakan ketegangan atau konflik dalam hubungan tersebut.
• Paralelisme: “siasatnya pasti siasatmu juga” menggambarkan paralelisme antara tindakan anak dengan kemungkinan reaksi atau keputusan Tuhan, menciptakan gambaran bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi yang mungkin dihadapi.
Amanat
Amanat dalam teks puisi tersebut adalah untuk mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan spiritual mereka dengan Tuhan dan untuk menyadari bahwa tindakan manusia dapat mempengaruhi dinamika hubungan tersebut. Melalui pesan tersebut, puisi mengajak untuk lebih memperhatikan dan memelihara hubungan spiritual dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari.
.
.
.
Balqis Meira Salwa, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
ADVERTISEMENT
DAFTAR PUSTAKA
Darmono, Sapardi Djoko. (1994). Manuskrip Puisi Hujan Bulan Juni. Jakarta: PT. Grasindo.