Sosialisasi Moderasi Beragama di SD Negeri 2 Karangwidoro Kabupaten Malang

Balya Ziaulhaq Achmadin
Editor at the Journal Mutaallim and Postgraduate School Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Konten dari Pengguna
16 Januari 2023 8:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Balya Ziaulhaq Achmadin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumentasi Pribadi : Balya Ziaulhaq Achmadin sebagai pemateri
zoom-in-whitePerbesar
Dokumentasi Pribadi : Balya Ziaulhaq Achmadin sebagai pemateri
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam rangka kuliah kerja mahasiswa untuk program penguatan wawasan moderasi beragama di Sekolah Dasar Negeri 2 Karangwidoro, Dau, Kabupaten Malang, kelompok 6 Sahwahita UIN Maulana Malik Ibrahim melaksanakan sosialisasi penguatan wawasan moderasi beragama yang dalam hal ini di sampaikan oleh Ketua Kelompok 6 Sahwahita (Balya Ziaulhaq Achmadin). Kegiatan ini didasarkan pada program yang digaungkan LP2M UIN Maliki Malang yang bertendensi program prioritas Menteri Agama yakni Penguatan Moderasi Beragama, maksud dari moderasi beragama bukan sebagai upaya memoderasikan pemahaman dan pengalaman kita dalam beragama, yang terdiri dari empat indikator dalam moderasi beragama yakni, toleransi, anti kekerasan, komitmen kebangsaan dan akomodatif terhadap budaya lokal.
Dokumentasi Pribadi : Balya Ziaulhaq Achmadin memimpin istighisah
Sebelumnya Balya Ziaulhaq Achmadin memimpin acara istighosah bersama di SD Negeri 2 Karangwidoro, kemudian dilanjukan sosialisasi dan mengutarakan pentingnya penanaman nilai-nilai moderasi beragama sejak dini di lingkungan sekolah dasar penting untuk dilaksanakan pengenalan dan penanaman konsep moderasi dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya perlu dibiasakan mulai usia dini, khususnya pada siswa-siswi sekolah dasar, dalam upaya menciptakan generasi yang cerdas, sehat secara intelektual dan moderat dalam menyikapi potensi radikalisme serta tindakan ekstrimisme keagamaan di tengah perbedaan (diversity) dan multikulturalisme di masyarakat, dan mengantisipasi terjadinya kemungkina terburuk, bila ini tidak dilaksanakan anak-anak ini mudah terpengaruh, yang berdampak negatif terhadap persatuan bangsa Indonesia, juga terhadap pertumbuhan karakter mereka sebagai generasi penerus bangsa
ADVERTISEMENT
Balya Ziaulhaq menjelaskan contoh aspek toleransi dengan saling menghormati keberagaman diantara teman yang berbeda warna kulit, budaya dan agama, anti kekerasan dengan menjaga kerukunan dan dapat menyaring berita atau informasi yang berpotensi memecah belah kerukunan, kebangsaan misalnya setiap orang harus bisa menjaga dan mencintai tanah air yang dalam Islam dikenal dengan ukhuwah Islaminya dan Wathaniyah yang seimbang antara keyakinan dengan realisasi “wasathiyah”, akomodatif terhadap budaya disini maksudnya menghargai kebudayan yang ada di masyarakat dan menjunjung tinggi adat istiadat dimana kita berpijak (Balya Ziaulhaq Achmadin).