Konten dari Pengguna

Ekspansi Global Player, Mimpi Buruk Startup Lokal?

Bambang Irwanto Soeripto
Penulis freelance, blogger, suka jalan-jalan
5 November 2018 19:26 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Bambang Irwanto Soeripto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lingkungan strategis ekonomi digital Indonesia semakin menguatkan dukungan pertumbuhan sektor ekonomi anyar ini. Terutama setelah pemerintah mencanangkan Indonesia sebagai pusat ekonomi digital Asia Tenggara tahun 2020. Visi itu tertuang dalam Road Map Ecommerce yang dikonsiderankan pada akhir tahun 2017 lalu.
ADVERTISEMENT
Target tersebut bukanlah ambisi muluk-muluk. Berbagai statistik berbasis riset ilmiah memperlihatkan bila ekonomi digital di Indonesia bertabur optimisme. Indonesia berada di peringkat 6 negara yang paling produktif melahirkan startup. Indonesia dinobatkan sebagai global digital hub. Menurut riset Young & Rubicam dan Wharton School of the University of Pennsylvania, Indonesia adalah satu dari 12 Of The Most Startup Friendly Countries.
Disamping derasanya arus kepercayaan global seperti disebutkan di atas, dukungan masyarakat (baca ; pasar), juga menjanjikan. Market size ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai angka Rp1.700 triliun hingga tahun 2020. Terbesar di Asia Tenggara.
Pertumbuhan pengguna internet yang menjadi satu instrument untuk melihat sejauh mana penerimaan masyarakat terhadap digitialisasi juga amat impresif. Menyitir data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI), per tahun 2017 penetrasi pengguna internet Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa atau sebesar 54,68% dari populasi.
ADVERTISEMENT
Demikian pula dukungan infrastruktur internet juga terus membaik. Menurut riset Hootsuite dan We Are Social, kecepatan download di Indonesia semakin membaik. Koneksi mobile naik dari 9,73 Mbps pada tahun 2017 menjadi 9,82 Mbps pada Januari 2018. Meskipun angka tersebut masih berada di bawah beberapa negara Asia Tenggara lainnya. Namun kita melihat ada peningkatan.
Selain itu, sebaran penetrasi internet juga terus meluas ke seluruh penjuru negeri. Apalagi proyek Palapa Ring untuk mengatasi kesenjangan infrastruktur internet ditargetkan rampung pada awal tahun 2019. Proyek ini digadang-gadang sebagai backbone pemerataan digitalisasi.
Ringkasnya, dari aspek regulasi hingga infrastruktur, pemerintah bekerja dan mencapai langkah-langkah maju. Berbagai pencapaian tersebut mendukung terciptanya lingkungan ekonomi digital yang kondusif. Pada gilirannya, iklim bisnis dan investasi industri digital mendorong pertumbuhan sektor ekonomi anyar ini.
ADVERTISEMENT
Maka amat wajar bila Indonesia dilirik sebagai masa depan industri digital. Indonesia adalah destinasi investasi menjanjikan yang diincar oleh para pelaku ekonomi digital global.
Lintas Industri
Belum lama ini, saya menghadiri undangan SCG Investment Forum di hotel The Ritz Carlton, Jakarta. Pada event itu, Siam Cement Group (SCG) memperkenalkan salah satu group bisnisnya, AddVentures yang didaulat terjun ke industri digital. Event bertajuk #DigitalPassions : Transformations that change you tersebut bisa dikatakan sebagai momentum introduksi SCG sebagai salah satu pemain anyar di kancah ekonomi digital Indonesia.
Kehadiran SCG praktis menambah panjang daftar konglomerasi yang bersaing di industri digital. Terutama yang lintas industri. Selain lintas industri, AddVentures juga termasuk pemain global. AddVentures telah merambah ke Silicon Valley, China hingga Telaviv.
ADVERTISEMENT
Sebelum AddVentures, nama-nama besar telah melabuhkan sauh bisnisnya di negeri ini. Ada Alibaba, Tencent, hingga Amazon. Demikian pula konglomerasi tingkat lokal dari lintas industri juga terlihat serius menjajal indusri digital. Sebutlah misalnya Lippo, MNC Group, Sinarmas, Salim Group, Djarum, Mitra Adi Perkasa hingga CT Corp.
Di Indonesia, AddVentures telah membenamkan investasinya di startup lokal Ralali.com dan Dekoruma.com. Dua startup besutan anak bangsa ini memang memiliki ikatan langsung dengan DNA SCG yang besar di industri semen, konstruksi, pengemasan dan pertokimia. Ralali merupakan marketplace B2B dengan produk-produk yang spesifik. Demikian pula Dekoruma yang bergerak di sub industri properti, khususnya layanan interior desain hingga penjualan furniture.
Ringkasnya, dari dua startup yang dikucuri suntikan modal ini, SCG ingin menegaskan positioning. Bahwa ekspansi mereka ke ranah digital tidak lantas meninggalkan DNA asli SCG. Sebaliknya, keputusan diversifikasi bisnis tersebut merupakan pengejewantahan komitmen menopang transformasi digital yang sejak beberapa tahun terakhir ditempuh oleh SCG.
Nantapong Chantrakul, Country Director SCG Indonesia menegaskan komitmen SCG dalam mendukung digitalisasi. Baik di internal perusahaan, maupun dukungan terhadap ekosistem digital di Indonesia. “Teknologi merupakan kunci yang dapat mendorong bisnis untuk tumbuh dan berkembang saat ini. Untuk mendorong pertumbuhan, kami semakin berfokus untuk mengadopsi teknologi pada seluruh proses perusahaan serta mengembangkan investasi ke dalam bisnis teknologi digital,” ungkap Nantapong.
ADVERTISEMENT
Di tempat yang sama, Managing Director and Investment Committee of AddVentures, Joshua Pas mengungkapkan keyakinannya akan masa depan industri digital di Indonesia. Masa depan yang juga difirasati berbagai perusahaan global yang dibuktikan dengan mengerahkan sumber daya bisnis ke tanah air.
“Kami yakin bahwa digital dan teknologi merupakan masa depan bisnis. AddVentures by SCG dirancang secara strategis untuk memungkinkan dan mendukung startup dan wirausaha di wilayah ini untuk tumbuh. Sesuai dengan tujuan pemerintah Idonesia untuk menjadi The Digital Energy of Asia, kami kami membuka kesempatan kerjasama dengan startup digital Indonesia dimana kita bisa bersama-sama berkembang dengan memanfaatkan jaringan, keahlian dan SDM SCG,” kata Joshua.
Sebagai bukti keseriusan konglomerasi semen asal Thailand ini menjelajahi bisnis digital, SCG telah menyiapkan dana sebesar Rp1,27 triliun untuk lima tahun kedepan. Dana jumbo itu siap digelontorkan dalam tiga skema kerjasama. Bila merujuk pada investasi yang telah dilakukan, AddVentures tampak mempertimbangkan aspek proksimiti DNA bisnis dengan SCG kepada calon-calon startup yang didanainya.
ADVERTISEMENT
Kendati pendatang baru, AddVentures telah membuka peluang-peluang anyar startup di tanah air untuk berkembang bersama. Buktinya, hanya dua tahun setelah lahir di negeri asalnya Thailand, AddVentures langsung melalanglang ke Indonesia dengan menyuntikkan investasi kepada startup lokal ; Dekoruma.com dan Ralali.com.
Keyakinan AddVentures menggelontorkan investasi di Indonesia tak lepas dari kerja keras pemerintah membuka kran bagi para global player untuk turut berkontribusi mendorong pertumbuhan industri digital di negeri ini. Kalau sudah begini, ekspansi konglomerasi global di industri digital tanah air bukanlah mimpi buruk seperti banyak dikhawatirkan. Bukan pula sesuatu yang mengancam.
Sebaliknya, mereka hadir untuk scale up startup lokal. Selain memboyong modal, global player ini juga melakukan transfer teknologi, jaringan, hingga alih SDM yang memang dibutuhkan Indonesia.
ADVERTISEMENT