Bukit Uhud: Titik Balik untuk Introspeksi dan Transformasi

Prof. Dr. Bambang Irawan
Guru Besar UIN Jakarta
Konten dari Pengguna
17 Mei 2024 9:22 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Prof. Dr. Bambang Irawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejumlah wisatawan mengunjungi Bukit Rumat yang berada di kaki Jabbal Uhud di Madinah, Arab Saudi, Sabtu (15/7/2023). Foto: Wahyu Putro A/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah wisatawan mengunjungi Bukit Rumat yang berada di kaki Jabbal Uhud di Madinah, Arab Saudi, Sabtu (15/7/2023). Foto: Wahyu Putro A/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ziarah kami hari ini di antaranya adalah mengunjungi Bukit Uhud. Pelajaran berharga dari perang Uhud ini adalah kekalahan Umat Islam dengan tewasnya salah satu tokoh penting yakni paman Rasulullah, Hamzah.
ADVERTISEMENT
Perang Uhud sering kali dipandang sebagai titik balik dalam sejarah Islam, bukan hanya karena pertempuran itu sendiri, tetapi lebih pada pelajaran mendalam yang bisa diambil. Kekalahan yang dialami kaum Muslimin bukan sekadar kesalahan taktis, melainkan simbolis terhadap tantangan yang lebih luas yang dihadapi umat Islam hingga saat ini dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi.
Setidaknya ada 3 hal yang saya garisbawahi terkait Perang Uhud ini.
Pertama, kekalahan tersebut mengingatkan kita bahwa ketidakpatuhan terhadap prinsip-prinsip dasar dan ketiadaan kesatuan strategi dapat mempengaruhi keseluruhan komunitas. Dalam konteks global saat ini, umat Islam sering kali tampak terfragmentasi, kehilangan pengaruh dalam arena internasional karena kurangnya kepemimpinan yang bersatu dan visi yang jelas. Kondisi ini tercermin dalam keterbelakangan dalam inovasi dan ekonomi, serta posisi politik yang sering kali defensif dan reaktif.
ADVERTISEMENT
Kedua, momen penting seperti haji, yang mengumpulkan umat Islam dari seluruh dunia, seharusnya menjadi platform untuk bukan hanya beribadah, tetapi juga merumuskan solusi atas ketertinggalan ini. Para cendekiawan Muslim yang berkumpul bisa memanfaatkan momentum ini untuk melakukan Diskusi terbuka membahas dan merumuskan strategi yang konstruktif. Pertemuan umat Islam sejagad ini sejatinya diisi dengan diskusi tentang inisiatif bersama untuk pendidikan, transfer teknologi, dan kerjasama ekonomi antar negara-negara Muslim.
Ketiga, potensi umat Islam untuk kembali unggul dalam peradaban global tidak boleh diremehkan. Dengan jumlah populasi yang besar, sumber daya alam yang melimpah, serta warisan intelektual yang kaya, umat Islam memiliki semua komponen yang diperlukan untuk memimpin inovasi dan pembangunan.
Persatuan visi dan kerja sama bisa mengubah potensi ini menjadi kenyataan. Inisiatif seperti kerja sama riset antar universitas Islam, pengembangan teknologi dan penguatan ekonomi syariah adalah langkah nyata yang dapat diambil.
ADVERTISEMENT
Kekalahan yang dialami di Bukit Uhud harus menjadi titik tolak untuk introspeksi dan transformasi. Dengan kembali ke prinsip-prinsip dasar kesatuan dan patuh terhadap strategi yang jelas, umat Islam bisa mengatasi tantangan modern dan kembali menjadi pemain kunci dalam tatanan global.
Ini bukan hanya impian, tapi sebuah keharusan yang bisa dan harus diwujudkan. Kejayaan umat Islam di masa lalu bukanlah cerita nostalgia, melainkan bukti nyata bahwa dengan nilai yang tepat dan tindakan yang strategis, segala sesuatu adalah mungkin.
Madinah, 14 Mei 2024