Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Analisa PVMBG Terhadap Gempa yang Guncang Jabar Selama Dua Hari Beruntun
9 Januari 2019 10:12 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB
ADVERTISEMENT
Sumber gempa bumi Sukabumi. (BMKG)
BANDUNG, bandungkiwari - Selama dua hari berturut-turut, 7 - 8 Januari 2019, wilayah Jawa Barat diguncang lima kali gempa bumi. Catatan itu berdasarkan data yang diterbitkan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
ADVERTISEMENT
Namun yang paling berdampak dari kelima peristiwa gempa itu adalah gempa berkekuatan 5.4 dikedalaman 10 Kilometer pada 8 Januari 2019 pukul 16.54 WIB kemarin, berlokasi 7.85 LS, 106.48 BT atau 113 Kilometer Barat Daya Kota Sukabumi, Jawa Barat, dirasakan di Bandung, Pangandaran, Lembang skala II MMI, Sukabumi III MMI.
Meski terjadi gempa susulan pukul 18.05 WIB berkekuatan lebih kecil yaitu 4.4 dikedalaman yang sama, berlokasi 289 Kilometer Barat Daya Kabupaten Bandung dirasakan di Tasikmalaya dan Sukabumi dengan skala II MMI.
"Hampir sama dengan gempa dua hari lalu (7/1/2019) penyebabnya tapi lokasinya lebih ke barat di selatan Sukabumi dan magnitudonya lebih besar," ujar Kepala Sub Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami wilayah Barat Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Ahmad Solihin, Bandung, Rabu (9/1/2019).
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, 7 Januari 2019 pukul 23.58 WIB, terjadi gempa berkekuatan 4.5 dikedalaman 11 Kilometer berpusat di 69 Kilometer Tenggara Cilacap Jawa Tengah dirasakan di Pangandaran, Cilacap dengan skala I-II MMI.
Peristiwa gempa pertama pada tanggal yang sama terjadi hampir dua jam sebelumnya, yaitu pada pukul 22.04 WIB berkekuatan 4,8, dengan koordinat lokasi 8.15 LS, 107.88 BT atau 62 Kilometer Barat Daya Kabupaen Tasikmalaya dikedalaman 21 Kilometer, dirasakan di Sukabumi, Garut, Tasikmalaya dan Ciamis skala II-III MMI.
Tak hanya berhenti di tanggal 7 Januari 2019, memasuki sore hari kemarin tanggal 8 Januari 2019 pukul 15.56 WIB, gempa pertama berkekuatan 4.2 dikedalaman 32 Kilometer terjadi di 302 Kilometer Barat Daya Kabupaten Pangandaran Jawa Barat sebagai pembuka rangkaian lindu. Menurut Solihin, rangkaian gempa yang terjadi diduga dari sumber yang berbeda.
ADVERTISEMENT
"Memang itu masih di Selatan Jawa Barat, tapi kalau saya lihat posisinya lebih jauh ke Selatan dan kemungkinan itu dari sistem sumber gempa bumi yang berbeda," kata Solihin.
PVMBG Badan Geologi menyatakan berdasarkan lokasi pusat gempa bumi dan kedalamannya yang berada pada jalur kegempaan (Zona Benioff), penyebab gempa bumi berasosiasi dengan aktivitas penunjaman Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia. Pusat gempa bumi berada di Samudera Indonesia di sebelah selatan Pulau Jawa bagian barat.
Berdasarkan tatanan tektonik perairan selatan Jawa dipengaruhi oleh zona tunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia, sehingga memberikan kontribusi tektonik di laut maupun di daratan Pulau Jawa. Wilayah di sekitar pusat gempa bumi disusun oleh batuan sedimen berumur Tersier dan batuan gunungapi berumur Terasier hingga Kuarter.
ADVERTISEMENT
"Batuan Tersier yang terlapukan serta batuan berumur muda pada umumnya bersifat urai dan dapat mengamplifikasi guncangan gempa bumi," kata Kepala PVMBG Badan Geologi Kasbani dalam keterangan tertulisnya.
Dampak rangkaian gempa kemarin, guncangannya dirasakan di Pos Pengamatan G.unung Salak Kecamatan Cicuruk Kabupaten Sukabumi, Gunung Gede Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur, Gunung Tangkuban Parahu Ciater Kabupaten Subang dan Gunung Guntur Kecamatan Tarogong Kaler Kabupaten Garut dengan intensitas II MMI (Modified Mercalli Intensity). Berdasarkan BMKG, guncangan gempa bumi dirasakan di Sukabumi dan Pelabuhan Ratu dengan intensitas III MMI, di Bandung sebesar II-III MMI, di Pangandaran, Lembang, Cibareno dan Lebak dengan intensitas II MMI.
Gempa bumi ini tidak menyebabkan tsunami, karena meskipun berpusat di laut namun energinya tidak cukup kuat untuk menyebabkan deformasi di bawah laut. Hingga saat ini, PVMBG Badan Geologi belum menerima informasi mengenai kerusakan yang diakibatkan rangkaian kejadian gempa bumi tersebut. (Arie Nugraha)
ADVERTISEMENT