Asal Longser, dari Melong Lahirlah Seredet

Konten Media Partner
10 November 2019 8:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari
zoom-in-whitePerbesar
Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Sebagai warisan tradisi lokal, Longser perlu dilestarikan oleh siapa saja yang perduli pada keberadaannya. Perhatian lebih kepada pelestarian seni drama lokal ini sebagai jawaban, sekaligus bentuk pengabdian Bandoengmooi dalam menjaga ruh seni Longser agar tidak tergeser peradaban jaman.
ADVERTISEMENT
Pelestarian Longser menjadi perhatian Hermana yang sejak lama jatuh cinta pada Longser. Longser yang merupakan salah satu jenis teater rakyat yang hidup dan berkembang di daerah Priangan, khususnya di daerah Bandung diharapkan mampu berkembang seiring pergerakan jaman.
"Longser itu sebagai Warisan tradisi lokal. Longser harus dilestarikan karena Longser memberikan banyak hal kepada para pemainnya. Mulai dari keaktoran, tari, gerak maupun musik. Cakupan Longser itu mampu menghasilkan aktor yang multitalenta. Mereka mampu menjadi apapun dalam kesehariannya" ujar Hermana.
Hermana yang pernah terlibat secara langsung dengan tokoh Longser Ateng Jafar pada kurun 90-an menyatakan Longser itu ada tetapi tiada. Dalam artian secara kesenian Longser masih ada dan bisa hadir. Namun karena melibatkan banyak pemain dalam pementasannya, memerlukan biaya yang luar biasa.
ADVERTISEMENT
"Kalau dulu orangtua kita mementaskan Longser itu usai mereka bertani. Waktu istirahat digunakan untuk hiburan. Maka Longser selalu hadir. Nah sekarang beda jaman, pemain Longser sekarang banyak yang bekerja dengan jam kerja yang lama, jadi susah Longser hadir setiap waktu" ucapnya.
Sementara secara istilah, menurut Hermana yang sempat berbincang dengan Ateng Jafar, Longser merupakan kependekan kata dari 'Long' dan 'Ser'. Long sendiri dari bahasa Sunda "melong" yang artinya melihat dan Ser dari kata "seredet" yang artinya tergugah. Maka secara umum Longser berarti bahwa siapa pun yang melihat atau menonton pertunjukan tersebut, maka hatinya akan tergugah.
Ketergugahan penonton saat itu dikarenakan secara tematik menarik, pun karena tarian yang dibawakan ronggeng menawan dengan gerakannya.
ADVERTISEMENT
Secara bentuk, Longser adalah teater rakyat yang di dalamnya terdapat unsur tari, nyanyi, lakon yang di dalamnya sarat dengan lelucon. Dahulu seni ini hadir dipentaskan pada malam hari di tempat terbuka dengan menggelar tikar, bermodal pencahayaan obor, damar atau oncor.
"Saat ini masyarakat kita banyak beranggapan bahwa seni Longser hanya sebuah seni pertunjukan teater tradisional yang nilainya tidak lebih dari media hiburan semata" ucap Hermana.
Penilaian masyarakat menurutnya bisa dibenarkan jika pelaku dan masyarakat apresiatornya hanya memandang satu sisi semata. Padahal apabila ditelusuri lebih dalam masyarakat akan melihat adanya ilmu pengetahuan untuk pembangunan karakter individu.
Dalam perkembangannya saat ini memang masih ada beberapa kelompok yang masih mementaskan Longser. Mengikuti era keemasan pada jaman Bang Tilil atau kelompok Pancawarna tentu tidaklah memungkinkan. Akan tetapi merawat Longser tetap hadir sebagai warisan tradisi sangatlah penting sebagai identitas budaya Bandung.
ADVERTISEMENT
Panggung memang telah usai, tetapi tidak berarti Longser menjadi lunglai. Kini keberadaan Longser ada di tangan para pelestarinya. Generasi Longser memang tidak seperti seni tradisi lainnya. Namun mereka tetap ada meski tiada. (Agus Bebeng)