Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten Media Partner
Berburu Kamera Analog di Bandung, Harga Mulai dari Rp 200 Ribu
18 Oktober 2018 13:45 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Endang (49 tahun) membersihkan kamera analog di area pedestrian ABC, Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Menikmati sore yang indah di kota Bandung tentu akan memberikan pengalaman berbeda. Apalagi jika seseorang senang berjalan kaki ke kawasan perbelanjaan untuk sekadar melihat barang-barang tua masih berfungsi dan memiliki nilai sejarah tertentu.
Salah satu kawasan yang tidak boleh dipandang sebelah mata di Bandung adalah Jalan ABC. Tempat ini berada tidak jauh dari area Alun-alun kota Bandung. Kali pertama menjejakkan kaki di tempat ini pelancong akan disambut etalase sederhana memajang kacamata, arloji bahkan kamera analog.
Bagi yang memiliki minat kacamata dan arloji tua tentu akan tenggelam di tempat itu. Melarung bersama detail halus yang super mini, maupun melihat lekuk tubuh kacamatanya yang sensual. Begitupun halnya jika seseorang memiliki kecendrungan penyimpangan asmara pada kamera analog. Dijamin 3 jam lebih 365 menit akan terpaku dan kedatangan debar asmara pada teknologi tua penghasil citra tersebut.
ADVERTISEMENT
Pecinta fotografi di Bandung dan kota-kota lainnya tentu tidak asing dengan kawasan ABC. Di tempat ini akan didapati para penjual kamera analog, maupun kamera digital yang masih laik membekukan peristiwa; atau sekedar untuk merawat ingatan tentang seseorang.
Namun, umumnya peminat fotografi yang datang ke kawasan ABC, selain kolektor, profesional, sering para mahasiswa yang berburu harta karun kamera analog untuk keperluan praktikum atau sekedar menghadirkan kesan retro ketika kamera analog menggelayut di lehernya.
Sejumlah kamera dan lensa dipajang untuk dijual di jalan ABC Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
Musim perkuliahan baru yang memupuk jiwa-jiwa kaum pencitra visual memang selalu membuat tempat ini menjadi ramai dikunjungi. Acapkali para mahasiswa bergerombol untuk mencari dan memilah kamera yang sesuai keinginan dan uang saku mereka.
ADVERTISEMENT
“Banyak mahasiswa yang nanya kamera merek-merek tertentu. Tapi ya, barang lagi kosong. Hanya beberapa saja yang ada,” ucap Endang (49), salah seorang penjual kamera di kawasan ABC, kepada Bandungkiwari.com, Rabu (17/10/2018).
Di tengah cuaca sore yang sedikit mendung, Endang mengatakan bukan hanya kamera yang ketersediaannya menipis. Ia menunjukkan roll film expire yang hanya menyisakan dua bungkus dan beberapa lensa analog yang kondisinya sudah tidak terlalu bagus.
Beberapa waktu lalu menurut Endang, ABC kedatangan beberapa mahasiswa dari Yogyakarta yang membeli kamera analog di atas harga 1 juta lebih. Kedatangan mereka berburu kamera analog tidak serta merta membuat harga kamera dinaikan begitu saja, karena harga yang ada berada di batas normal penjualan.
Sejumlah kamera dan lensa dipajang untuk dijual di jalan ABC Bandung. (Foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
“Kita menjual dari harga Rp 200 ribu sampai jutaan. Tergantung merk dan kondisi barang yang kita jual,” ucapnya seraya membersihkan kamera analog Canon.
Gerimis mulai datang. Endang dan para pedagang lainnya menatap ke langit. Penjualan mereka hari itu pun akan segera ditutup, karena bagaimanapun hujan sangatlah tidak ramah terhadap kamera dan lensa.
Namun, tentunya tanpa disadari banyak pihak, keberadaan para pedagang ABC telah melahirkan banyak fotografer di negeri ini. Mungkin saja ratusan mahasiswa yang telah membeli kamera dari mereka, kini telah menjadi fotogafer profesional yang tidak lagi membutuhkan kamera analog tua.
Atau mungkin saat mereka menutup lapak etalase beroda karat itu, seseorang yang telah sekian tahun membeli kamera analog dari mereka, saat itu sedang membekukan realitas sosial manusia dalam hitungan sepersekian detik dan mengabarkan ke seluruh penjuru dunia. (Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT