Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Celup-celup Kain "Batik" ala Seniman Jepang di Tobucil and Klab Bandung
10 Juli 2018 11:53 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB

ADVERTISEMENT
Teknik celup kain shibori Jepang. (Mega Dwi Anggraeni)
BANDUNG, bandungkiwari - Bau menyengat muncul dari bak berisi pewarna indigo. Namun Eva tak menghiraukannya. Senyumnya malah mengembang lebar, matanya melebar, ketika kain putih di dalam cairan keruh itu berubah warna menjadi biru. Senyumnya makin mengembang, saat dia membuka jahitan dan melihat corak pada kainnya.
ADVERTISEMENT
Corak itu beragam, serupa batik. Ada yang bulat dengan sulur-sulur, ada yang serupa gigi kuda, ada juga yang serupa alur kayu. Semuanya tergantung dari teknik menjahit yang dilakukan sebelum mencelupkan kain ke dalam adonan pewarna.
Teknik mewarnai kain yang dilakukan Eva Joewono ini merupakan adaptasi dari seni kerajinan Jepang bernama shibori. Konon, warga Jepang sudah mulai menggunakan teknik shibori sejak abad ke-8. Kain-kain shibori selanjutnya mereka gunakan untuk membuat kimono.
Eva sendiri sudah cukup lama menekuni kerajinan tangan ini. Selain memproduksi kain-kain shibori, dia pun kerap membagikan ilmu yang didapatnya dengan menggelar workshop di berbagai tempat. Salah satunya di Tobucil and Klab, Bandung.

Teknik celup kain shibori Jepang. (Mega Dwi Anggraeni)
ADVERTISEMENT
Berbagai teknik dan trik yang dimiliki Eva, dibagikan kepada para peserta workshop. Misalnya saja, teknik menjahit dan mengunci. Jahitan-jahitan tersebut nantinya akan membentuk corak yang diinginkan. Seperti mokume atau pola yang akan menghasilan corak serupa sulur kayu. Ori nui, pola yang menghasilkan corak bulat serupa ubur-ubur. Uma no ha, pola yang membentuk corak serupa gigi kuda, dan beberapa teknik lainnya.
Proses pembuatan shibori memang membutuhkan waktu yang cukup lama. Butuh kesabaran ekstra untuk menekuni kerajinan tangan yang satu ini.
“Sebenarnya tergantung ukuran kain. Semakin besar kain yang akan diwarnai, ya pasti akan semakin lama prosesnya,” ucap Eva kepada Bandungkiwari.com.

Teknik celup kain shibori Jepang. (Mega Dwi Anggraeni)
Tapi semua akan waktu yang dikeluarkan akan terbayar ketika melihat hasil akhirnya. Proses pewarnaannya sendiri hanya membutuhkan waktu tak lebih dari satu jam. Sekitar dua hingga tiga kali mencelupkan kain dalam adonan pewarna, kain pun berubah. Dan corak akan muncul setelah jahitan dibuka.
ADVERTISEMENT
“Membuka jahitan akan jadi hadiah, karena kita nggak akan pernah bisa menebak hasil akhirnya,” tutup Eva. (Mega Dwi Anggraeni)