Konten Media Partner

Cerita Senartogok, Penyanyi Jalanan yang Menggeluti Seni Kolase

11 Agustus 2018 10:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cerita Senartogok, Penyanyi Jalanan yang Menggeluti Seni Kolase
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pameran Visual Strikes 1 di Galeri Institut Français Indonesia (IFI) Bandung, Jalan Purnawarman. (Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari -Selain dikenal sebagai penyanyi folk dan pengamen jalanan, Tarjo juga punya keahlian yang mumpuni di bidang seni rupa.
Hal itu tampak dalam pameran bertajuk Visual Strikes 1 di Galeri Institut Français Indonesia (IFI) Bandung, Jalan Purnawarman, Jumat (10/8/2018).
Pria yang akrab disapa Senartogok di skena musik independen ini turut memamerkan karya kolase miliknya. Ia menampilkan karya berjudul "Nekrophone".
Seniman asal Medan yang berkiprah di Bandung ini membuat kolase dengan cara yang tradisional. Memotong kertas dan menempelkannya pada medium kertas lagi.
Nekrophone yang ia buat berbahan potongan media cetak seperti majalah bekas. Sama halnya ketika tampil bermusik, imajinasi Senartogok merangkai simbol-simbol yang direka sedemikian rupa sehingga menafsirkan sesuatu yang provokatif.
ADVERTISEMENT
"Mulanya saya bikin kolase itu tahun 2009. Buat keperluan poster, promosi dan sampul band," kata Senartogok kepada Bandungkiwari.
Senartogok mengatakan, menjadi perupa bukan hal yang mudah. Apalagi ia tak punya biaya untuk beli cat minyak dan cat air.
"Jujur saja, kolase ini lebih murah produksinya. Makanya saya semakin suka bikin kolase," ujarnya.
Dalam hal berkarya, Senartogok banyak terpengaruh oleh Gee Vaucher. Ia pun kerap memakai karyanya untuk terbitan yang rilis di Perpustakaan Jalanan Bandung, komunitas baca buku di jalanan yang ia dirikan bersama rekan-rekannya.
"Karena saya aktif di perpustakaan, sering bertemu Ucok (Herry Sutresna) akhirnya ada irisan dengan band musik. Saya coba bikin kolase untuk pameran ini," ucapnya.
Sebagai seniman kolase, Senartogok juga sudah membuat sejumlah artwork yang digunakan untuk cover album hingga merchandise. Band-band seperti Joe Million, Kwalik Mega, Densky 9 adalah sederet musisi yang menggunakan jasanya.
ADVERTISEMENT
"Kolase ini menurut saya erat banget dengan hip hop. Saya pun merasa masuk dengan aliran musik ini," ungkapnya.
Sebagai perupa di balik sejumlah artwork, Senartogok enggan menetapkan tarif. Ia lebih menyukai karyanya dihargai dengan bentuk barang.
"Memang ada yang kasih duit tapi tidak banyak. Kebanyakan barter. Misalnya dikasih printer atau barang lain," ujarnya.
"Barangnya digunakan buat kegiatan perpustakaan jalanan," jelasnya. (Ananda Gabriel)