Donasi untuk Pak Wawan yang Meninggal karena Tetanus Sebesar Rp39 Juta

Konten Media Partner
15 September 2019 17:05 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemberian bantuan Rp39.352.351 kepada keluarga korban. (Foto: Assyifa)
zoom-in-whitePerbesar
Pemberian bantuan Rp39.352.351 kepada keluarga korban. (Foto: Assyifa)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Meninggalnya seorang petugas kebersihan di Kota Bandung, Hermawan, pada 24 Juli 2019 meninggalkan pembelajaran yang penting. Pasalnya, supir motor gerobak pengangkut sampah itu meninggal akibat bakteri tetanus yang masuk ke dalam tubuhnya, setelah ia tanpa sengaja menginjak tusuk sate ketika tengah menjalankan pekerjaannya.
ADVERTISEMENT
Bakteri tetanus yang masuk ke tubuh Pak Wawan diakibatkan oleh tusuk sate yang tak sengaja ia injak. Sisa daging pada tusuk sate inilah yang menjadi perantara masuknya kuman dan bakteri ke tubuh Pak Wawan hingga menyebabkan ia meninggal dunia.
Hermawan atau sering disapa Pak Wawan meninggalkan seorang istri, 3 orang anak dan 2 orang cucu. Istrinya harus mengurus 2 orang cucu yang ditinggal ibunya bekerja sebagai TKW di Arab. Iapun harus menghidupi 2 orang anak yang masih sekolah. Pak Wawan juga masih memiliki   kewajiban cicilan motor sebesar Rp. 620.000/bulan yang masih tersisa 7 bulan lagi. 
Kejadian ini menginisiasi Founder Greenation Indonesia, M. Bijaksana Jurenosano, untuk menggalang dana melalui kitabisa.com. Total donasi yang terkumpul Rp 39.352.351 dan diserahkan kepada keluarga Pak Wawan, di Taman Lansia Jalaprang, Kota Bandung, Sabtu (14/9).
ADVERTISEMENT
Kisah Hermawan ini pun menimbulkan pertanyaan mengenai kesejahteraan serta keselamatan kerja dari para petugas kebersihan, utamanya di Kota Bandung. Menurut Executive Director Yayasan Pengembangan Biosains dan Bioteknologi (YPBB) Bandung, David Sutasurya, kesejahteraan petugas kebersihan di Kota Bandung memang terbilang rendah.
Berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh YPBB terhadap delapan kelurahan yang ada di Kota Bandung, yaitu Sukamiskin, Neglasari, Sukaluyu, Cihaurgeulis, Mengger, Gempolsari, Babakan Sari dan Kebon Pisang, hanya sedikit petugas yang mendapatkan honor di atas Rp700.000,00. "Mereka dibayar sangat rendah, apalagi bicara tanggungan kesehatan, ditambah dengan kondisi kerjanya sangat buruk," ujar David di Taman Lansia Jalaprang, Sabtu (14/9).
David menambahkan, pada prinsipnya, apabila seorang petugas kebersihan masih menangani sampah yang tercampur, artinya setiap hari pula mereka masih menangani sampah berbahaya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3).
ADVERTISEMENT
David menambahkan, dengan melakukan pemilahan sampah, masyarakat bisa membantu meningkatkan kualitas pekerjaan dan kesejahteraan petugas kebersihan. "Sampah kering benar-benar kering, sampah organik benar-benar organik. Apalagi kalau kita kompos dulu sampah organiknya," tutur David.
Akan tetapi, menurut David, penyadaran terhadap masyarakat perihal hal tersebut juga harus secara intensif dilakukan. Pasalnya, masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya melakukan pemilahan sampah. "Jadi kecepatan kita menyampaikan, penetrasi, sosialisasi, itu juga masih rendah," ujarnya.
Selain edukasi terhadap masyarakat, David berpendapat, regulasi juga berpengaruh dalam hal ini. "Pada satu sisi untuk bisa terpilah (sampahnya) butuh kesiapan sistem," tutur David. Menurutnya, meski dapat dilakukan atas kesadaran individu, hal tersebut tidak akan bisa berjalan tanpa adanya intervensi dari pemerintah. Sehingga, dalam hal ini penyusunan regulasi juga penting untuk dilakukan oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
YPBB sendiri turut memiliki andil dalam meningkatkan kesejahteraan serta keselamatan kerja para petugas kebersihan. Selain mendorong pemilahan sampah di masyarakat, YPBB terlibat dalam mengawal delapan kelurahan percontohan Kang Pisman, salah satu yang didorong adalah pengadaan alat pelindung diri (APD). Meski penggunaan APD tersebut masih memiliki berbagai kekurangan dan keluhan dari para petugas kebersihan.
Selain itu, YPBB juga terlibat dalam perumusan peraturan walikota (perwal) terkait pengolahan sampah, "Pasti salah satu misi kami adalah keselamatan petugas di dalam berbagai produk kebijakan pemerintah kota (pemkot)," pungkas David. (Assyifa)