FAGI: Program Sumbangan Pohon Jangan Sampai Membebani Siswa

Konten Media Partner
10 Desember 2019 13:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bibit pohon mangga (Foto: maspires)
zoom-in-whitePerbesar
Bibit pohon mangga (Foto: maspires)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Forum Aksi Guru Indonesia (FAGI) mengingatkan agar program menanam 25 juta pohon di lahan kritis jangan sampai membebani siswa dan orang tuanya. “Kami mendukung program Kang Emil ini, tapi jangan sampai memberatkan siswa SMA karena mereka belum punya penghasilan sendiri,” ujar Ketua FAGI, Iwan Hermawan saat dihubungi bandungkiwari, Selasa (10/12) siang.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat berencana menanam 25 juta pohon di kawasan Bandung Utara (KBU) dan wilayah lain yang kondisinya saat ini sudah kritis. Namun penyediaan bibit pohon untuk program yang akan dimulai tahun depan ini rencananya melibatkan sumbangan dari warga.
"Bulan depan kita akan pencanangan 25 juta pohon. Jujur kami sendiri tidak sanggup. Makanya lingkungan ini bukan hanya urusan pemerintah. Pemerintah sekuat-kuatnya punya keterbatasan. Oleh karena itu ibu-ibu menyumbang pohon setuju?" kata Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, di Bandung Senin (9/12).
Pria yang sering disapa Kang Emil ini mengatakan, sumbangan pohon akan dirumuskan terlebih dahulu dalam bentuk surat edaran. Warga yang akan dilibatkan di sini antara lain pasangan yang akan menikah, dan suami istri yang mau bercerai. Selain itu edaran juga berlaku bagi para siswa, mahasiswa hingga PNS.
ADVERTISEMENT
Menurut Iwan, pihaknya sangat mendukung upaya penghijauan di Jawa Barat, khususnya di daerah-daerah yang sudah kritis dan berpotensi bencana seperti banjir bandang atau longsor. Namun pemerintah juga diminta hati-hati terhadap kemungkinan adanya oknum yang memanfaatkan rencana ini sebagai ajang jual beli bibit pohon.
Kawasan Nagreg, Kabupaten Garut, Jawa Barat (Foto: RAF)
Selain itu, kata Iwan, jika siswa hanya diminta menyumbang, dikhawatirkan mereka akan meminta uang tambahan kepada orang tuanya untuk membali bibit pohon. Mengingat siswa SMA yang baru lulus umumnya belum punya penghasilan sendiri. “Tidak ada proses edukatif yang mereka peroleh, malah menambah beban orang tua,” katanya.
Iwan mengusulkan, agar siswa bisa menyumbang bibit pohon tanpa harus membelinya. Caranya dengan menanam biji buah-buahan seperti mangga, alpukat, atau lengkeng. Selain kuat, pohon-pohon produktif ini juga bisa dinikmati buahnya.
ADVERTISEMENT
“Cara ini pernah kami diskusikan bersama mantan Gubernur Jawa Barat, Mashudi, sekitar tahun 2002 lalu. Pak Mashudi menyebutnya satu siswa satu pelok (biji buah mangga),” ujar Guru SMAN 9 Kota Bandung ini.
Dengan cara seperti ini, tambah Iwan, siswa bisa sekalian belajar cara menanam buah dari bijinya. Mereka akan merawat, menyiram, dan menjaganya. “Setelah menjadi bibit yang cukup siap tanam, barulah bisa mereka sumbangkan untuk disebar di wilayah kritis,” katanya.
Selain itu, Ketua Forum Aksi Guru Indonesia ini juga meminta agar pemerintah tidak lepas tangan terhadap perawatan bibit pohon yang sudah disumbangkan warga.
“Program seperti ini sudah pernah dilakukan oleh gubernur terdahulu. Tapi polanya hanya ditanam, lalu ditinggalkan tanpa perawatan. Akibatnya banyak bibit pohon yang tidak terurus dan mati,” ujar Iwan. (ananda/febriyan)
ADVERTISEMENT