Konten Media Partner

Foto: Konser 4 Harpa Buatan Indonesia

2 Oktober 2019 13:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
"Konser Harpa Nusantara" bersama seniman harpa Bandung, Sisca Guzheng Harp di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Senin (30/9) malam. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
zoom-in-whitePerbesar
"Konser Harpa Nusantara" bersama seniman harpa Bandung, Sisca Guzheng Harp di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Senin (30/9) malam. (Foto-foto: Agus Bebeng/Bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Ada perjalanan kecil imaji yang menelusuri nusantara dengan jembatan bunyi di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Senin (30/9) malam itu. Sebuah tamasya rasa yang mengantar pada keragaman irama dan bahasa yang hadir pada gelaran "Konser Harpa Nusantara".
ADVERTISEMENT
"Konser Harpa Nusantara" adalah konser harpa pertama di Indonesia yang menghadirkan empat buah harpa buatan Indonesia yang memiliki desain ornamen lokal (lukisan dan ukiran) yang berbeda. Yaitu harpa dengan motif Toraja, Mega Mendung karakter khas Cirebon, Kawung karakter Mataram dan harpa Dewi Sri yang memiliki makna Dewi Kesuburan di Jawa dan Bali.
Malam itu seluruh harpa dimainkan musisi Bandung; Sisca Guzheng Harp ditemani Iman Ulle dan rekannya yang merangkap sebagai music director.
Beragam lagu etnik Nusantara, seperti: Marendeng Marampa (lagu Toraja, dimainkan harpa Toraja), Warung Pojok (lagu Cirebon, dimainkan harpa mega mendung), Kidung Wahyu Kolosebo (sholawat Sunan Kalijaga, dimainkan harpa Kawung dan guzheng), Hariring Kuring (lagu Sunda, dimainkan harpa Dewi Sri), Nasonang Do Hita Nadua (Tapanuli), Selayang Pandang (Melayu), Yamko Rambe Yamko (Papua), dan Tanduk Majeng (Madura).
Tidak tertinggal medley lagu perjuangan semakin mengentalkan rasa ke-Indonesiaan pada kondisi negeri yang terus bergolak dengan aksi demo yang menolak berbagai RUU kontroversial.
Kecintaan Sisca pada nusantara hadir meruang pada konsernya. Proses satu tahun dirinya menggarap konser Harpa Nusantara memang penuh liku dan hambatan. Bersama Awan, Sisca membidani kelahiran empat harpa, meski hampir mengalami keguguran karena kendala teknis dan dana.
ADVERTISEMENT
Proses tersebut akhirnya dinyatakan "selesai", Sisca mengolaborasikan alat musik yang sudah dikenal dari jaman Mesir Kuno tersebut dengan sentuhan Nusantara.
Proses satu tahun itu pun akhirnya hadir dalam konser Harpa Nusantara. Penjelajahan irama Nusantara berkeliaran di telinga penonton. Selain musik hadir pula dua tarian, salah satunya adalah tarian yang dimainkan Vita Valeska seorang seniman tari Indonesia.
Sementara suasana panggung tidak luput dari garapan instalasi kertas dari perupa Setiawan Sabana, yang mengingatkan kembali kita pada sejarah kertas.
"Musik bagi saya adalah doa," ucap Sisca yang lebih jauh menjelaskan bagaimana dirinya merasa begitu dekat dengan irama tradisi.
Musik menurut Sisca telah melepas batas setiap individu. Seperti dirinya yang keturunan Tionghoa dan beragama Kristen mampu berkolaborasi dengan siapa pun. Tanpa terjebak etnisitas maupun agama.
Maka dalam konser Harpa Nusantara, sesungguhnya Sisca bersama para rekan tidak hanya memainkan musik an sich; melainkan berdoa pula untuk Ibu Pertiwi yang sedang bersusah hati. (Agus Bebeng)
ADVERTISEMENT