Kala Seni Sunda Berpadu dengan 'The Rolling Stones' di 'Sampurastun'

Konten Media Partner
25 Agustus 2019 10:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana pagelaran Sampurastun (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana pagelaran Sampurastun (Foto-foto: Agus Bebeng/bandungkiwari)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Suasana hangatnya persaudaraan di area lapangan Gedung bekas Pabrik Tekstil PT. BTN, Jalan Jend A H Nasution Kota Bandung berhasil 'melawan' hembusan angin kencang, Jumat malam (23/8).
ADVERTISEMENT
Pelukan dan teriakan khas kerinduan tampak kentara di balik wajah-wajah para pengunjung yang sebagian besar tidak lagi muda. Mereka melepas kerinduan laiknya para pengembara yang jauh dari saudara. Namun tidak semua yang hadir malam itu para orang tua, beberapa anak muda pun tampak memenuhi area lapangan.
Pemandangan yang khas tampak dalam pakaian mereka dengan kostum tahun 60-70-an. Slayer yang berkibar di leher, tergantung di atas gambar lidah menjulur pada kaos, kemeja dan jaket.
Merekalah yang disebut Stones Lover, para pecinta kelompok musik Rolling Stone, yang dikumpulkan dalam satu gelaran nafas yang sama yaitu; 'Sampurastun'.
Acara yang digagas Budi Dalton bekerjasama dengan JetuNetworkIndonesia ini merupakan kegiatan kali ke tiga dengan membawa tema "Dance with Wolves".
Sampurastun sendiri merupakan perpaduan dari kata 'sampurasun' dan ‘stun’. Sampurasun merupakan kata penghormatan dalam Bahasa Sunda, dan ‘stun’ berasal dari ‘The Rolling Stones’, grup band rock legendaris asal Inggris. Maka pada acara ini dihadirkan pula unsur budaya Sunda. Seperti penampilan seni Reak dan Rajah Bubuka pada malam sebelum penampilan para seniman musik.
Acara ini menjadi sarana silaturahmi dan berbagi kerinduan para pecinta Rolling Stones. Pada era 1970-an hingga 1990-an, Stones Lover di Kota Bandung dulu dipersatukan oleh program-program radio.
"Pada masa itu banyak radio seperti Volvo, Bongkeng, Mara, GMR, yang memiliki program-program khusus untuk pencinta The Rolling Stones. Untuk itu, Sampurastun hadir demi mengisi kehilangan tersebut, yakni menjadi ajang silaturahmi bagi Stones Lover di Bandung dan sekitarnya," ujar Budi Dalton.
Stones Lover, menurut Dalton, punya massa yang besar. Namun perkembangan teknologi informasi dewasa ini yang menuntut setiap hari berinteraksi dengan dunia online, mengakibatkan jarangnya terjadi pertemuan di antara mereka.
Pada Sampurastun ketiga ini, gelaran yang dibuat bukan hanya sebatas untuk para pecinta Rolling Stones yang sudah umur 40 tahun ke atas. Namun mengenalkan pula band lawas legendaris ini kepada anak-anak milenial.
Maka, rajah bersama mengalir dari mulut Dalton ditemani Harmonika dari Harry Pochang. Asap kemenyan mengalun menutupi panggung utama, sementara Stones Lover berkumpul.
ADVERTISEMENT
Laju malam di panggung utama menjadi liar. Para musisi menghadirkan kebolehannya bernyanyi dan meniru sang Jagger. Lidah-lidah menjulur memenuhi area lapangan. Para stoner pun bergoyang dengan gaya mereka yang khas. (Agus Bebeng)