Kebanjiran Tiap Tahun, Warga Dayeuhkolot Bandung Punya Perahu Sendiri

Konten Media Partner
25 Januari 2020 7:51 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga Dayeuhkolot Kabupaten Bandung terpaksa menggunakan perahu untuk alat transportasi karena banjir menggenangi kawasan itu setiap musim hujan. (Foto: Assyifa/bandungkiwari.com)
zoom-in-whitePerbesar
Warga Dayeuhkolot Kabupaten Bandung terpaksa menggunakan perahu untuk alat transportasi karena banjir menggenangi kawasan itu setiap musim hujan. (Foto: Assyifa/bandungkiwari.com)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Intensitas hujan yang tinggi beberapa hari belakangan menyebabkan terjadinya banjir di beberapa daerah di Bandung. Seperti di Bojong Asih, Kecamatan Dayeuhkolot, Bandung Selatan. Pada Kamis malam (23/1) hingga Jumat, air mulai naik hingga lebih dari satu meter.
ADVERTISEMENT
"Semalam sekitar jam 12 malam, dari nol, kira-kira kalau di belakang sampai satu meter lebih yang paling parah," ujar salah satu warga, Ade (30), Jumat (24/1).
Menurut Ade, air naik dalam waktu dua jam. "Surutnya lama, dari pagi sampai sekarang (sore) baru sekitar 20 sentimeter," tuturnya.
Padahal, berdasarkan keterangan Ade, pada banjir-banjir sebelumnya, air lebih cepat surut. "Sore biasanya sudah surut," katanya.
Berdasarkan pantauan di lapangan, ketinggian air di kawasan Bojong Asih bervariasi. Mulai dari selutut hingga mencapai lebih dari 1 meter. Banjir mulai menggenang di depan Kantor Desa Dayeuhkolot hingga area Sungai Citarum.
Ade menambahkan, bahwa banjir yang terjadi sejak Kamis malam ini merupakan banjir kedua di tahun 2020. "Ini tidak sebesar yang sebelumnya," ungkap Ade.
Sebagian warga memilih membuat perahu sendiri menggunakan ban bekas ditambal kayu dan triplek (Foto: Assyifa/bandungkiwari.com)
Ia pun menunjukkan bekas banjir yang masih terdapat di tembok-tembok rumah warga. Perbedaannya cukup kentara, yaitu sekitar 20-30 sentimeter.
ADVERTISEMENT
Hingga Jumat sore pun, warga terpantau masih beraktivitas menggunakan perahu. Namun, pada kedalaman 50 sentimeter, masih banyak masyarakat yang memilih untuk menerobos banjir.
Menurut Ade, selain perahu yang disiapkan oleh Kantor Desa Dayeuhkolot, saat ini warga pada umumnya memiliki perahu sendiri, baik itu perahu kayu maupun ban yang digabung menjadi dua dan diberi triplek di atasnya. "Karena tiap tahun kena (banjir)," katanya.
Akan tetapi, meski banjir sudah mencapai 1 meter, Ade menuturkan, bahwa masih banyak warga yang bertahan di rumahnya, terlebih saat ini rumah warga pada umumnya terdiri dari dua lantai.
Pasalnya, listrik di kawasan tersebut masih menyala. "Kalau listrik sudah mati baru mengungsi," ujarnya. (Assyifa)