Kurangi Pencemaran Lingkungan, LIPI Kembangkan Toilet Pengompos

Konten Media Partner
27 Agustus 2019 9:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Siswa SD 210 Babakan Sinyar tengah melihat toilet kompos (Foto: Ananda Gabriel)
zoom-in-whitePerbesar
Siswa SD 210 Babakan Sinyar tengah melihat toilet kompos (Foto: Ananda Gabriel)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan toilet pengompos untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Toilet pengompos ini bisa mengubah kotoran, baik feses maupun air seni menjadi pupuk yang dapat menyuburkan tanaman sekaligus ekonomis.
ADVERTISEMENT
Ini diungkapkan oleh peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih (LPTB) LIPI Neni Sintawardani saat melakukan sosialisasi peluncuran penerapan teknologi toilet pengompos dan sosialisasi potensi pemanfaatannya di SD 201 Babakan Sinyar, Kecamatan Kiaracondong kota Bandung, Senin (26/8).
"Sekolah dipilih sebagai tempat pemanfaatan atau penggunaan toilet pengomposan ini agar selain mengurangi limbah kotoran, kami juga ingin memberikan pendidikan karakter pada siswa," kata Neni.
Menurut Neni, penting bagi penghuni sekolah memahami bagaimana sanitasi atau perilaku hidup bersih dalam penanganan kotoran sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan tetap menjaga lingkungan.
Secara teknis, Neni menjelaskan toilet pengompos yang dirancang LIPI memiliki bentuk serupa toilet duduk yang memiliki saluran khusus untuk buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK). Di bawah toilet tersebut terdapat bak penampung yang berisi sekam.
ADVERTISEMENT
“Untuk feses dikombinasikan dalam bak dengan serbuk gergaji agar bisa menjadi kompos. Adapun air seni ditampung terpisah, kemudian masuk ke pengumpulan pengolahan dan nantinya jadi pupuk cair,” paparnya.
Sedangkan untuk mencampurkan feses dengan serbuk gergaji, digunakan motor pengaduk bertenaga listrik. Hal itu dilakukan agar kotoran dapat tercampur merata dan bisa lebih maksimal dalam pembuatan kompos.
Menurutnya, toilet pengompos menampung kotoran tanpa perlu disiram air. Meski demikian, kotoran yang sudah tercampur tidak akan menimbulkan bau. Hal itu karena sifat urai serbuk gergaji. Adapun bilas dapat dilakukan dengan bergeser ke tempat bak kecil yang disediakan di dalam kamar mandi. Dengan cara tersebut, air yang dipakai akan lebih hemat.
Dalam mengembangkan teknologi toilet pengompos ini, LIPI menggandeng Research Institute for Humanity and Nature (RIHN) Jepang. Dari kerja sama ini, dia berharap, terjadi perubahan aspek sosial terkait penghematan air di kawasan pemukiman padat penduduk dan sekolah.
ADVERTISEMENT
"Saya berharap ini dapat mengubah perilaku anak-anak dan bagaimana guru mengajarkan perubahan pentingnya menjaga kebersihan, sanitasi, berhemat air, hingga menjadi sesuatu yang selama ini dinilai tak berguna jadi bermanfaat," ungkap Neni.
Selain itu, Neni mengatakan, kotoran yang nantinya sudah diolah dan menjadi pupuk akan digunakan di lingkungan sekolah. Misalnya, dipakai untuk pupuk tanaman. Dengan begitu, siswa akan lebih mudah memahami bahwa kotoran bisa bermanfaat.
Sementara itu Kepala SD Negeri 210 Babakan Sinyar, Memi Sumiati menyambut baik gagasan LIPI. Menurutnya, sosialisasi teknologi toilet kompos dapat menambah wawasan baru sehingga bisa diterapkan di sekolah nantinya.
"Sekolah kami ini tidak begitu dikenal karena berada di pinggiran kereta api. Tapi sekarang dalam beberapa tahun sudah banyak berubah. Tentu saja pertemuan ini semakin menambah wawasan kami para guru sehingga tidak kalah dengan sekolah favorit dalam hal penerapan karakter kebersihan lingkungan," kata Memi.
ADVERTISEMENT
Memi mengaku instalasi untuk toilet pengompos sedang disiapkan. Rencananya, minggu depan toilet tersebut sudah selesai dipasang agar bisa digunakan siswa. (Ananda Gabriel)