Mahasiswa ITB Kembangkan Sistem Digital Anti Nyontek Ujian

Konten Media Partner
7 Juni 2018 15:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahasiswa ITB Kembangkan Sistem Digital Anti Nyontek Ujian
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sistem anti nyontek Examiner buatan mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB). (Foto: Humas ITB)
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari – Praktik menyontek saat ujian mengilhami Hendra Putra, Salman Abdillah dan Reza Wahyu Kumara untuk mengembangkan sistem pengawasan secara digital.
Tiga mahasiswa Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (ITB) angkatan 2012 itu menamai Examiner untuk alat yang mereka buat. Sistem kerja Examiner adalah mengamati gestur tubuh berdasarkan pergerakan sendi. Sehingga alat ini dilengkapi sensor gerak.
Sensor gerak tersebut bernama Kinect Sensor yang biasa dipakai pada permainan atau game yang melibatkan pergerakan tubuh sang pemain.
“Kinect Sensor dapat merekam gestur tubuh seperti isyarat jari, pergerakan tangan yang membuka kertas, mengulurkan tangan dan pergerakan leher yang menengok,” terang Salman Abdillah, melalui siaran pers yang diterima Bandungkiwari.com, Kamis (7/6/2018).
ADVERTISEMENT
Keterbatasan Kinect Sensor dalam mendeteksi objek dibantu oleh suatu subsistem yang bernama You Only Look Once (YOLO). YOLO akan mengidentifikasikan objek yang terekam oleh 4 kamera dalam ruangan 4x4 meter.
“YOLO akan mendeteksi objek yang berupa tangan atau gerakan tangan yang menggenggam kertas,” timpal Reza Wahyu Kumara.
Setelah gestur dan objek teridentifikasi oleh Kinect Sensor dan YOLO, terdapat subsistem terakhir bernama RabbitMQ yang bertugas mengirim data berupa tangkapan layar kepada seseorang yang menjadi pengawas secara terintegrasi.
“Hasil tangkapan layar terkirim kepada si pengawas dalam waktu sekitar 1-2 detik sehingga sistem ini dapat dikatakan real time system,” jelas Salman.
Akurasi Examiner dalam mendeteksi gestur tubuh diklaim berkisar 94% dengan percobaan sebanyak 200 kali. Selain itu, sistem ini dapat melakukan pengawasan secara kontinu hingga 3 jam.
ADVERTISEMENT
Hendra Putra menuturkan, pengerjaan proyek Examiner memakan waktu sekitar 4,5 bulan. Menurutnya, pembuatan ini dilatarbelakangi adanya kendala atau keterbatasan manusia dalam pengawasan ujian selama ini. Kendala itu bisa berupa kurang teliti ataupun faktor manusiawi pengawas lainnya.
Walau dalam uji coba hasilnya cukup memuaskan, Examiner masih memiliki beberapa kendala seperti jangkauan terbatas, kemampuan yang dipengaruhi oleh objek yang diamati, cahaya, sudut pemasangan sensor, sudut pemasangan kamera, dan lain-lain.
“Cahaya dalam ruangan dan sudut pemasangan IP Camera sangat mempengaruhi proses pendeteksian. Selain itu untuk saat ini Examiner hanya mampu merekam sebanyak 6 objek saja,” ungkap Salman.
Namun, di masa depan Examiner diharapkan bisa terus ditingkatkan dan dikembangkan sehingga bisa diaplikasikan dalam sistem pendidikan modern.
ADVERTISEMENT
Examiner merupakan karya sebagai tugas akhir mahasiswa. Alat ini sempat dipamerkan di Electrical Engineering Days di 2018 di Aula Timur ITB, ITB 22-24 Mei 2018. EEDays merupakan acara tahunan yang diselenggarakan Prodi Elektro STEI ITB. (Iman Herdiana)