Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
BANDUNG, bandungkiwari - Setiap hari Oman melangkah menyusuri jalan menawarkan jasa menambal perkakas dapur yang bocor, atap seng, atau mengasah pisau dapur.
ADVERTISEMENT
Warga Pameungpeuk Kabupaten Bandung ini sejak pagi sudah menyampirkan sebuah tas di pundak kiri berisi berbagai perkakas seperti palu atau gerinda.
Sedangkan tangan kanannya menenteng sebuah benda, untaian pelat-pelat besi yang dia rangkai sedemikian rupa sehingga mengeluarkan suara khas setiap kali diayunkan. Krek…krek…krek…
Jika keberuntungan hadir, ada satu-dua warga yang memanggilnya. Memintanya menambal panci bocor atau mengasah pisau dan gunting yang sudah tumpul.
Ongkos untuk membayar jasanya hanya 3 - 5 ribu rupiah, bergantung tingkat kesulitannya. "Kalau asah pisau dapur biasanya tiga ribu rupiah," ujarnya Jumat (27/3).
Tapi panggilan seperti itu semakin hari semakin jarang dia temui. Kadang dalam satu hari hanya ada satu orang yang meminta jasanya. Bahkan tidak jarang, meskipun sudah berkeliling hingga sore, Oman harus pulang tanpa uang sepeserpun.
ADVERTISEMENT
"Ayeuna mah sakali bocor langsung dipiceun, Cep," kata pria berumur 65 tahun itu. Hari gini, orang langsung membuang pancinya yang bocor. Tidak lagi mau menambalnya.
Lalu bapak sembilan anak ini bercerita tentang masa lalu. Tentang ibu-ibu rumah tangga yang masih menanak nasi menggunakan panci atau dandang nasi.
“Beda dengan sekarang. Ibu-ibu masak nasi kan pakai tempat dari listrik itu. Apa tuh namanya?” tanya Oman mencoba menyebut salah satu merk alat memasak nasi bertenaga listrik.
Masih kuat juga dalam ingatan Oman tentang rumah-rumah warga yang atapnya ditutup genting dan lembaran seng yang kerap bocor ditempa panas dan hujan.
“Jadi kalau sedang musim hujan seperti sekarang ini, penghasilan Mamang lumayan,” tutur Oman dalam Bahasa Sundanya yang kental.
ADVERTISEMENT
Kini Oman merasakan bebannya semakin berat. Namun dia tidak punya pilihan lain karena mematri jadi satu-satunya ketrampilan yang dia kuasai selama bertahun-tahun.
Plis jangan tanyakan tentang ancaman Virus Corona atau Covid-19 kepadanya. Anjuran pemerintah agar warga tetap tinggal di rumah untuk menghindari penyebaran virus yang mematikan itu, menjadi sesuatu yang mewah bagi Oman.
Juga jangan tanyakan pendapatnya tentang rencana Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang akan mengucurkan dana Rp5 triliun untuk membantu warga terdampak wabah. Sepanjang masih rencana, tentu warga Jawa Barat seperti Oman belum menerima apa-apa.
“Duka atuh, Cep,” jawabnya. Tukang patri ini mengaku bingung. Ada sedikit senyum dan mata yang berkaca-kaca.
Dalam benak Oman, masih ada keluarga yang harus dinafkahi. Putri-putrinya sudah berkeluarga atau bekerja, tapi masih ada tiga putra yang menganggur dan tinggal bersamanya.
ADVERTISEMENT
“Kasihan anak-anak saya yang belum bekerja. Mereka masih jadi tanggung jawab saya. Kepada siapa lagi mereka harus meminta?”
Maka, bisa jadi warga di seputar Soreang, Baleendah, Bojongsoang hingga Ciganitri Kabupaten Bandung besok lusa masih bisa melihat Oman melintas di depan rumah mereka.
Di tengah ancaman virus Corona, Oman masih akan menyusuri jalan, menawarkan jasa patri, sambil menenteng untaian pelat besi di tangannya. Krek…krek…krekk… (Rana Akbari Fitriawan)